CARL GUSTAV JUNG
(1875-1961)
A. RIWAYAT
Lahir di Kesswil, 26/7/1875, dan
wafat di Kusnacht, 6/6/1961. Tahun 1900 lulus FK Univ. Basle bidang psikiatri,
dan bekerja sebagai asisten di RSJ Zurich .
Saat itulah ia tertarik dengan kasus schizophrenia
dan mulai kontak dengan Freud tahun 1906 setelah membaca karya Freud: Interpretations of Dream. Mereka bertemu
tahun 1907 dan menjadi sahabat: Freud percaya Jung bisa menjadi jubir
psikoanalisa walaupun Jung bukan Yahudi. Atas dukungan Freud, Jung menjadi presiden pertama International
Psychoanalytic Association tahun
1911. Tapi pada tahun 1913 Jung mulai menolak teori libido Freud, dan melepas
jabatan/ keanggotaannya dari komunitas psikoanalisa. Tahun 1921-1926 Jung
berekspedisi ke daerah primitif: Arizona, Mexico, Af-Ut, Kenya, mendalami
mitologi, alkimia, agama, dan ilmu gaib.
B.
JUNG VS FREUD
Freud
mengemukakan kepribadian yang lebih mekanistik dan berdasar ilmu alam,
sedangkan Jung menginterpretasikan TL dari sudut filsafat, agama, dan mistik.
Berbeda dengan Freud yang lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu
TL, Jung lebih menekankan tujuan TL (teleologi) dan menekankan adanya dasar
rasial dan filogenetis dari kepribadian, dan kurang mementingkan arti dorongan
seksual dalam perkembangan kepribadian. Menurut Jung, libido bukan sebagai
dorongan seksual, tapi energi dasar proses mental: pikir, rasa, hasrat, indera.
Aktivitas psikis tidak ditentukan oleh pleasure principle, tapi secara
otonom dari libido: prinsip pelepasan energi.
C. TEORI JUNG
1. 3 sistem kepribadian
a. Kesadaran, pusatnya adalah ego yang
terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan. Ego memungkinkan penyesuaikan diri
dengan lingkungan.
b. Ketidaksadaran pribadi/ personal unconsciousness, terdiri dari
dorongan yang tidak dikehendaki ego, sehingga terpaksa didorong masuk ke
ketidaksadaran, tapi sewaktu-waktu dapat muncul mempengaruhi TL.
c. Ketidaksadaran kolektif/ collective unconsciousness, sistem yang
paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar
kesadaran. Merupakan bawaan rasial: pengalaman generasi terdahulu.
Komponen-komponen Ketidaksadaran kolektif disebut arkhetip: kecenderungan
bawaan yang universal, menyebabkan manusia bertingkah laku dan mengalami
hal-hal yang selamanya berulang: kelahiran, kematian, dan menghadapi bahaya. Arsetip
adalah bentuk tanpa isi, mewakili peluang munculnya jenis persepsi dan aksi
tertentu. Arsetip pada pengalaman awal manusia membuat pusat kompleks yang
mampu menyerap pengalaman lain kepadanya.Di antara arsetip yang paling penting
dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku adalah; persona, anima-animus,
shadow, dan self.
2. Ego, sebagai pusat kesadaran dan tempat
kontak dengan dunia luar. Berfungsi mengadakan keseimbangan antara tuntutan
dunia luar dengan dorongan ketidaksadaran pribadi-kolektif. Sampai batas-batas tertentu mempengaruhi/ mengubah dunia luar dan
mengontrol ketidaksadaran pribadi. Ego dipengaruhi ketidaksadaran kolektif.
Jika ego tidak berhasil menyeimbangkan dunia luar dengan dorongan
ketidaksadaran pribadi-kolektif, maka ego menderita: neurose.
3. Tipologi kepribadian:
a. Berdasarkan fungsinya
1) Kepribadian Rasional à dipengaruhi akal; tiap tindakan diperhitungkan
benar-benar.
2) Kepribadian Intuitif à dipengaruhi firasat; bersifat spontan.
3) Kepribadian Emosionil à dikuasai emosi; menilai sesuatu berdasarkan suka/
tidak.
4) Kepribadian Sensitif à dipengaruhi pancaindera; cepat merespon rangsang
yang diterima pancaindera (sensation).
Di antara 4 fungsi itu hanya satu fungsi superior, yang berkembang melampaui
ketiga lainnya dan memainkan peran yang lebih menonjol dalam kesadaran. Salah
satu dari ketiga fungsi lainnya sebagai fungsi pelengkap terhadap fungsi
superior. Sedangkan fungsi yang paling kurang berkembang di antara keempat
fungsi disebut fungsi inferior.
b. Berdasarkan reaksi terhadap lingkungan
1) Kepribadian Ekstrovert: terbuka, orientasi
keluar; ramah, mudah mengerti perasaan orang.
2) Kepribadian Introvert: tertutup, orientasi
diri sendiri, tidak mudah kontak dengan orang lain.
3) Ambivert: tidak dapat digolongkan
ekstrovert/ introvert.
D. INTERAKSI ANTAR STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Prinsip Oposisi. Paling sering terjadi,
karena kepribadian berisi kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan = esensi
hidup; tanpa itu tidak ada energi/ kepribadian.
2. Prinsip Kompensasi. Agar kepribadian tidak
menjadi neurotic. Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar, fungsi yang
dominan pada kesadaran dikompaensasi oleh hal lain yang direpres.
3. Prinsip Penggabungan. Berusaha untuk
mensistesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan
integral. Intregasi ini hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden.
E. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dinamika kepribadian rentan terhadap
pengaruh dan modifikasi dari luar, berarti bahwa kepribadian tidak mungkin
mencapai keadaan stabil secara sempurna, disebabkan oleh energi psikis/ libido.
Energi psikis, energi yang menjalankan fungsi kepribadian dan merupakan manifestasi energi
kehidupan; lahir dari semua energi vital lain: proses metabolik. Energi psikis
merupakan konstruk hipotesis, bukan suatu substansi/ gejala konkrit; tidak
dapat diukur, hanya terungkap dalam bentuk daya-daya aktual/ potensial.
Nilai-nilai psikis, jumlah energi psikis yang tertanam dalam sistem kepribadian disebut nilai
dari unsur itu. Nilai absolut suatu ide tidak dapat ditentukan, kecuali nilai
relatifnya.
Prinsip equivalensi dan prinsip entropi, prinsip equivalensi bahwa jika
energi dikeluarkan untuk menghasilkan suatu kondisi tertentu maka jumlah yang
dikeluarkan akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem.
Prinsip entropi bahwa jika dua benda
berbeda suhu bersentuhan maka panas akan mengalir sampai pertukaran energi
berhenti dan kedua benda dalam suhu seimbang/ equilibrium. Tetapi karena psikhe
bukanlah sistem yang tertutup maka energi mungkin ditambah atau dikurangi.
Penggunaan energi, digunakan untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk keberlangsungan spesies
à fungsi instingtif.
Perkembangan kepribadian, manusia berusaha berkembang secara progresif. Tujuannya:
realisasi diri. Psikhe telah mengembangkan pusat baru yakni diri menggantikan ego.
Teleologi VS Kausalitas, teleologi menerangkan masa sekarang dari sudut masa
depan. Menurut kausalitas masa
sekarang dijelaskan oleh masa lampau (sebab-akibat). Gabungan keduanya menghasilkan
gambaran lengkap seseorang.
Sinkronisitas, diterapkan pada peristiwa yang terjadi pada saat yang sama tapi tidak
saling mempengaruhi.
Hereidtas, berkenaan dengan insting biologis yang menjalankan fungsi pemeliharaan
diri dan reproduksi. Inilah sisi binatang pada kodrat manusia.
Tahap-tahap perkembangan , tahun paling awal, libido disalurkan dalam kegiatan
survival. Sebelum 5 tahun, nilai seksual tampak dan mencapai puncak pada
remaja. Pada masa muda, insting kehidupan dasar dan proses vital meningkat.
Usia akhir 30-an/ awal 40-an terjadi perubahan nilai yang radikal: menjadi
realistis. Usia tengah baya menjadi
introvert dan kurang impulsif: kebijaksanaan/ kecerdasaan menggantikan gairah
fisik dan kejiwaan (lebih spiritual).
- Childhood
a. Tahapan anarkhis (0-6 tahun):
ditandai kesadaran kacau dan sporadis (kadang ada, kadang tidak). Pengalaman
pada fase ini sering muncul ke dalam kesadaran sebagai gambaran primitif.
b. Tahap monarkhis (6-8 tahun):
ditandai perkembangan ego dan mulainya pikiran verbal dan logika. Anak
memandang dirinya subjectively.
c. Tahap dualistik (8-12 tahun):
ditandai pembagian ego à obyektif dan subyektif. Anak
kini memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya
sebagai individu yang terpisah. Pada tahap ini kesadaran terus berkembang.
- Usia
pemuda, ditandai meningkatnya kegiatan kematangan seksual,
tumbuh-kembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari
kehidupan anak-anak sudah hilang.
- Usia
pertengahan (35-40 tahun), ditandai aktualisasi potensi yang bervariasi
(bersifat idealis), dan timbul kebutuhan spiritual.
- Usia tua,
mirip dengan usia anak. Sebagian besar ketidaksadaran.
Progresi dan regresi, progresi: ego-sadar menyesuaikan diri terhadap tuntutan
lingkungan luar maupun kebutuhan ketidaksadaran. Apabila ada situasi yang
menghambat, maka libido tidak dapat disalurkan dalam nilai ekstravert dan
berregresi ke dalam ketidaksadaran dan menyalurkan dirinya ke dalam nilai
introvert.
Proses individuasi à individual differences. Untuk memiliki kepribadian yang sehat dan terintegrasi,
setiap sistem harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasi.
Fungsi transenden. Sistem (sadar dan tak sadar) yang berdiferensiasi akan diintegrasikan
oleh fungsi transenden. Fungsi ini memiliki kapasitas untuk mempersatukan semua
kecenderungan yang saling berlawanan dalam beberapa sistem dan bekerja menuju
tujuan yang ideal yakni kebulatan sempurna (diri). Tujuannya adalah
pengungkapan pribadi yang esensial dan realisasi kepribadian dalam semua
aspeknya yang mula-mula tersembunyi dalam cairan sel telur; produksi dan
penyingkapan dari kebulatan yang original dan potensial.
Sublimasi dan represi. Apabila pemindahan dikuasai oleh proses individuasi dan
fungsi transenden maka disebut sublimasi yang merupakan pemindahan energi yang
lebih berdiferensiasi (bersifat progresif). Apabila pelepasan energi terlambat,
energi akan direpresikan. Energi ini tidak begitu saja hilang, ia harus pergi
ke ketidaksadaran. Represi bersifat regresif.
Perlambangan. Dua fungsi utamanya: usaha memuaskan impuls instingtif yang terhambat, dan
merupakan perwujudan bahan arkhetipe. Ungkapan simbolis dari kegiatan
instingtif dapat sama sekali tidak memuaskan karena tidak mencapai objek yang
real. Kedua aspek dari lambang: retrospektif dibimbing oleh insting, dan prospektif
dibimbing tujuan akhir. Retrospektif: tipe analisis kausal, reduktif, dan
progresif: tipe teleologis, finalistis. Keduanya menguraikan lambang secara
lengkap.
F. ANALISIS MIMPI à Mengungkap Elemen Di Taksadar
Pribadi-Kolektif Serta Mengintegrasikannya Ke Kesadaran Untuk Mempermudah
Realisasi Diri.
1. 3 jenis mimpi
a. Mimpi besar/ numinous à bermakna khas, menarik, asing,
memberi pengalaman mendalam. Ketika ego gagal menangani dunia luar.
b. Mimpi tipikal à banyak orang, melibatkan arketip
figural, arketip peristiwa, arketip obyek.
c. Mimpi anak-anak à bukan mimpi asli, berisi arketip
motif dan simbol. Bukti adanya ketidaksadaran kolektif.
2. Metode analisis mimpi
a. Amplifikasi à metode asosiasi bebas, dilakukan
dengan mempertahankan kaitan respon dengan materi mimpinya, sehingga terjadi
asosiasi jamak yang memberi bentuk
konstelasi di sekitar mimpi. Untuk menemukan isi tak sadar lainnya dan
maknanya.
b. Rangkaian mimpi à analisis komponen mimpi berturut
untuk melihat kecocokan yang berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut.
c. Imajinasi aktif à introspeksi campuran mimpi, fantasi,
atau keduanya.
Sumber:
Hall, Calvin S
& Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori
Psikodinamika (Klinis). Canisius: Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1986. Berkenalan
dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Bulan Bintang: Jakarta.
Hjelle,
Larry A. & Ziegler, Daniel J. 1992. Personality Theory. McGraw-Hill
International: NY.
0 komentar:
Posting Komentar