Kamis, 28 April 2016

Teori Kepribadian Gustav Jung

CARL GUSTAV JUNG (1875-1961)

A.    RIWAYAT
      Lahir di Kesswil, 26/7/1875, dan wafat di Kusnacht, 6/6/1961. Tahun 1900 lulus FK Univ. Basle bidang psikiatri, dan bekerja sebagai asisten di RSJ Zurich. Saat itulah ia tertarik dengan kasus schizophrenia dan mulai kontak dengan Freud tahun 1906 setelah membaca karya Freud: Interpretations of Dream. Mereka bertemu tahun 1907 dan menjadi sahabat: Freud percaya Jung bisa menjadi jubir psikoanalisa walaupun Jung bukan Yahudi. Atas dukungan Freud, Jung menjadi presiden pertama International Psychoanalytic Association tahun 1911. Tapi pada tahun 1913 Jung mulai menolak teori libido Freud, dan melepas jabatan/ keanggotaannya dari komunitas psikoanalisa. Tahun 1921-1926 Jung berekspedisi ke daerah primitif: Arizona, Mexico, Af-Ut, Kenya, mendalami mitologi, alkimia, agama, dan ilmu gaib.
B.     JUNG VS FREUD
      Freud mengemukakan kepribadian yang lebih mekanistik dan berdasar ilmu alam, sedangkan Jung menginterpretasikan TL dari sudut filsafat, agama, dan mistik. Berbeda dengan Freud yang lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu TL, Jung lebih menekankan tujuan TL (teleologi) dan menekankan adanya dasar rasial dan filogenetis dari kepribadian, dan kurang mementingkan arti dorongan seksual dalam perkembangan kepribadian. Menurut Jung, libido bukan sebagai dorongan seksual, tapi energi dasar proses mental: pikir, rasa, hasrat, indera. Aktivitas psikis tidak ditentukan oleh pleasure principle, tapi secara otonom dari libido: prinsip pelepasan energi.
C.     TEORI JUNG
1.      3 sistem kepribadian
a.       Kesadaran, pusatnya adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan. Ego memungkinkan penyesuaikan diri dengan lingkungan.
b.      Ketidaksadaran pribadi/ personal unconsciousness, terdiri dari dorongan yang tidak dikehendaki ego, sehingga terpaksa didorong masuk ke ketidaksadaran, tapi sewaktu-waktu dapat muncul mempengaruhi TL.
c.       Ketidaksadaran kolektif/ collective unconsciousness, sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran. Merupakan bawaan rasial: pengalaman generasi terdahulu. Komponen-komponen Ketidaksadaran kolektif disebut arkhetip: kecenderungan bawaan yang universal, menyebabkan manusia bertingkah laku dan mengalami hal-hal yang selamanya berulang: kelahiran, kematian, dan menghadapi bahaya. Arsetip adalah bentuk tanpa isi, mewakili peluang munculnya jenis persepsi dan aksi tertentu. Arsetip pada pengalaman awal manusia membuat pusat kompleks yang mampu menyerap pengalaman lain kepadanya.Di antara arsetip yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku adalah; persona, anima-animus, shadow, dan self.
2.      Ego, sebagai pusat kesadaran dan tempat kontak dengan dunia luar. Berfungsi mengadakan keseimbangan antara tuntutan dunia luar dengan dorongan ketidaksadaran pribadi-kolektif. Sampai batas-batas tertentu  mempengaruhi/ mengubah dunia luar dan mengontrol ketidaksadaran pribadi. Ego dipengaruhi ketidaksadaran kolektif. Jika ego tidak berhasil menyeimbangkan dunia luar dengan dorongan ketidaksadaran pribadi-kolektif, maka ego menderita: neurose.
3.      Tipologi kepribadian:
a.       Berdasarkan fungsinya
1)      Kepribadian Rasional à dipengaruhi akal; tiap tindakan diperhitungkan benar-benar.
2)      Kepribadian Intuitif à dipengaruhi firasat; bersifat spontan.
3)      Kepribadian Emosionil à dikuasai emosi; menilai sesuatu berdasarkan suka/ tidak.
4)      Kepribadian Sensitif à dipengaruhi pancaindera; cepat merespon rangsang yang diterima pancaindera (sensation).
Di antara 4 fungsi itu hanya satu fungsi superior, yang berkembang melampaui ketiga lainnya dan memainkan peran yang lebih menonjol dalam kesadaran. Salah satu dari ketiga fungsi lainnya sebagai fungsi pelengkap terhadap fungsi superior. Sedangkan fungsi yang paling kurang berkembang di antara keempat fungsi disebut fungsi inferior.
b.      Berdasarkan reaksi terhadap lingkungan
1)      Kepribadian Ekstrovert: terbuka, orientasi keluar; ramah, mudah mengerti perasaan orang.
2)      Kepribadian Introvert: tertutup, orientasi diri sendiri, tidak mudah kontak dengan orang lain.
3)      Ambivert: tidak dapat digolongkan ekstrovert/ introvert.


D.    INTERAKSI ANTAR STRUKTUR KEPRIBADIAN
1.      Prinsip Oposisi. Paling sering terjadi, karena kepribadian berisi kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan = esensi hidup; tanpa itu tidak ada energi/ kepribadian.
2.      Prinsip Kompensasi. Agar kepribadian tidak menjadi neurotic. Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar, fungsi yang dominan pada kesadaran dikompaensasi oleh hal lain yang direpres.
3.      Prinsip Penggabungan. Berusaha untuk mensistesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Intregasi ini hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden.
E.     DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dinamika kepribadian rentan terhadap pengaruh dan modifikasi dari luar, berarti bahwa kepribadian tidak mungkin mencapai keadaan stabil secara sempurna, disebabkan oleh energi psikis/ libido.
Energi psikis, energi yang menjalankan fungsi kepribadian dan merupakan manifestasi energi kehidupan; lahir dari semua energi vital lain: proses metabolik. Energi psikis merupakan konstruk hipotesis, bukan suatu substansi/ gejala konkrit; tidak dapat diukur, hanya terungkap dalam bentuk daya-daya aktual/ potensial.
Nilai-nilai psikis, jumlah energi psikis yang tertanam dalam sistem kepribadian disebut nilai dari unsur itu. Nilai absolut suatu ide tidak dapat ditentukan, kecuali nilai relatifnya.
Prinsip equivalensi dan prinsip entropi, prinsip equivalensi bahwa jika energi dikeluarkan untuk menghasilkan suatu kondisi tertentu maka jumlah yang dikeluarkan akan muncul di salah satu tempat lain dalam sistem.
Prinsip entropi bahwa jika dua benda berbeda suhu bersentuhan maka panas akan mengalir sampai pertukaran energi berhenti dan kedua benda dalam suhu seimbang/ equilibrium. Tetapi karena psikhe bukanlah sistem yang tertutup maka energi mungkin ditambah atau dikurangi.
Penggunaan energi, digunakan untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk keberlangsungan spesies à fungsi instingtif.
Perkembangan kepribadian, manusia berusaha berkembang secara progresif. Tujuannya: realisasi diri. Psikhe telah mengembangkan pusat baru yakni diri menggantikan ego.
Teleologi VS Kausalitas, teleologi menerangkan masa sekarang dari sudut masa depan. Menurut kausalitas masa sekarang dijelaskan oleh masa lampau (sebab-akibat). Gabungan keduanya menghasilkan gambaran lengkap seseorang.
Sinkronisitas, diterapkan pada peristiwa yang terjadi pada saat yang sama tapi tidak saling mempengaruhi.
Hereidtas, berkenaan dengan insting biologis yang menjalankan fungsi pemeliharaan diri dan reproduksi. Inilah sisi binatang pada kodrat manusia.
Tahap-tahap perkembangan , tahun paling awal, libido disalurkan dalam kegiatan survival. Sebelum 5 tahun, nilai seksual tampak dan mencapai puncak pada remaja. Pada masa muda, insting kehidupan dasar dan proses vital meningkat. Usia akhir 30-an/ awal 40-an terjadi perubahan nilai yang radikal: menjadi realistis.  Usia tengah baya menjadi introvert dan kurang impulsif: kebijaksanaan/ kecerdasaan menggantikan gairah fisik dan kejiwaan (lebih spiritual).
  1. Childhood
a.       Tahapan anarkhis (0-6 tahun): ditandai kesadaran kacau dan sporadis (kadang ada, kadang tidak). Pengalaman pada fase ini sering muncul ke dalam kesadaran sebagai gambaran primitif.
b.      Tahap monarkhis (6-8 tahun): ditandai perkembangan ego dan mulainya pikiran verbal dan logika. Anak memandang dirinya subjectively.
c.       Tahap dualistik (8-12 tahun): ditandai pembagian ego à obyektif dan subyektif. Anak kini memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah. Pada tahap ini kesadaran terus berkembang.
  1. Usia pemuda, ditandai meningkatnya kegiatan kematangan seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran, dan pemahaman bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang.
  2. Usia pertengahan (35-40 tahun), ditandai aktualisasi potensi yang bervariasi (bersifat idealis), dan timbul kebutuhan spiritual.
  3. Usia tua, mirip dengan usia anak. Sebagian besar ketidaksadaran.
Progresi dan regresi, progresi: ego-sadar menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan luar maupun kebutuhan ketidaksadaran. Apabila ada situasi yang menghambat, maka libido tidak dapat disalurkan dalam nilai ekstravert dan berregresi ke dalam ketidaksadaran dan menyalurkan dirinya ke dalam nilai introvert.
Proses individuasi à individual differences. Untuk memiliki kepribadian yang sehat dan terintegrasi, setiap sistem harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasi.
Fungsi transenden. Sistem (sadar dan tak sadar) yang berdiferensiasi akan diintegrasikan oleh fungsi transenden. Fungsi ini memiliki kapasitas untuk mempersatukan semua kecenderungan yang saling berlawanan dalam beberapa sistem dan bekerja menuju tujuan yang ideal yakni kebulatan sempurna (diri). Tujuannya adalah pengungkapan pribadi yang esensial dan realisasi kepribadian dalam semua aspeknya yang mula-mula tersembunyi dalam cairan sel telur; produksi dan penyingkapan dari kebulatan yang original dan potensial.
Sublimasi dan represi. Apabila pemindahan dikuasai oleh proses individuasi dan fungsi transenden maka disebut sublimasi yang merupakan pemindahan energi yang lebih berdiferensiasi (bersifat progresif). Apabila pelepasan energi terlambat, energi akan direpresikan. Energi ini tidak begitu saja hilang, ia harus pergi ke ketidaksadaran. Represi bersifat regresif.
Perlambangan. Dua fungsi utamanya: usaha memuaskan impuls instingtif yang terhambat, dan merupakan perwujudan bahan arkhetipe. Ungkapan simbolis dari kegiatan instingtif dapat sama sekali tidak memuaskan karena tidak mencapai objek yang real. Kedua aspek dari lambang: retrospektif dibimbing oleh insting, dan prospektif dibimbing tujuan akhir. Retrospektif: tipe analisis kausal, reduktif, dan progresif: tipe teleologis, finalistis. Keduanya menguraikan lambang secara lengkap.
F.      ANALISIS MIMPI à Mengungkap Elemen Di Taksadar Pribadi-Kolektif Serta Mengintegrasikannya Ke Kesadaran Untuk Mempermudah Realisasi Diri.
1.      3 jenis mimpi
a.       Mimpi besar/ numinous à bermakna khas, menarik, asing, memberi pengalaman mendalam. Ketika ego gagal menangani dunia luar.
b.      Mimpi tipikal à banyak orang, melibatkan arketip figural, arketip peristiwa, arketip obyek.
c.       Mimpi anak-anak à bukan mimpi asli, berisi arketip motif dan simbol. Bukti adanya ketidaksadaran kolektif.
2.      Metode analisis mimpi
a.       Amplifikasi à metode asosiasi bebas, dilakukan dengan mempertahankan kaitan respon dengan materi mimpinya, sehingga terjadi asosiasi jamak yang memberi  bentuk konstelasi di sekitar mimpi. Untuk menemukan isi tak sadar lainnya dan maknanya.
b.      Rangkaian mimpi à analisis komponen mimpi berturut untuk melihat kecocokan yang berlanjut dan koreksi pengembangan lebih lanjut.
c.       Imajinasi aktif à introspeksi campuran mimpi, fantasi, atau keduanya.



Sumber:
Hall, Calvin S & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Psikodinamika (Klinis). Canisius: Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1986. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Bulan Bintang: Jakarta.
Hjelle, Larry A. & Ziegler, Daniel J. 1992. Personality Theory. McGraw-Hill International: NY.

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat