Tidur merupakan
bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat
hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan
suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat. Tidur merupakan proses yang
diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan
sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu
organ tubuh untuk beristirahat, maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan
irama kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah
untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari.
Dalam The World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi
kepada tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Mass, 2002).
Tidur adalah suatu fenomena biologis yang
terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam,
terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, Tidur merupakan
kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan
jasmani dan kelelahan mental (Panteri, 1993).Manusia memakai sepertiga waktunya
untuk tidur. Tidur merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak
dengan lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup matanya,
pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah, tekanan darah menurun dan
metabolisme tubuh melambat (Kedja, 1990).Menurut Panteri (1993) neourofisiologi
tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur
yaitu electroenchelograph, electrocardiograph, dan electromiograph.
Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang
otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima
belas hingga dua puluh putaran per detik dan bertegangan rendah yaitu kurang
dari lima puluh
mikrovolt. Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk
memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul mulai melambat
frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini
dinamakan gelombang alpha yang memiliki 8 hingga 12 putaran per detik
yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi terjaga. Setelah beberapa
menit dalam keadaan alpha kecepatan napas mulai melambat. Ini adalah transisi
tidur awal (tidak nyenyak) yang ditandai oleh gelombang theta 50 hingga 100
mikrovolt, 4 hingga 8 putaran per detik. Dalam keadaan permulaan tidur ini,
denyut jantung melambat dan menjadi stabil, napas menjadi pendek-pendek dan
teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga 10 menit dan
kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi hipnagogik, karena
otot rangka tiba-tiba mengendur dan kadang mengalami sensasi seperti jatuh,
yang menyebabkan kita terbangun sebentar dengan gerakan yang menyentak, keadaan
ini dinamakan tidur tahap pertama.Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang
otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi
dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor
atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan
dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga 20 menit menandai
permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang biasanya tidak
dapat merespon rangsang dari luar, dan rata-rata bila seseorang dibangunkan
pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tertidur.Tahap selanjutnya setelah
20–30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta
(tegangan tinggi dengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga
ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang
theta dan tinggal yang ada gelombang delta dengan 0,5–2 putaran per detik,
amplitudo 100–200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi
sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan
darah ke otak berada pada batas minimal.Kondisi tidur normal ini tidak
selamanya dirasakan oleh seseorang yang akan memasuki tidur.
Beberapa
penelitian yang ditulis di situs www.indomedia.com.
menyebutkan bahwa orang Indonesia
tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Penelitian
terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40% aktivitas
mereka untuk tidur. Sedang penelitian yang dilakukan oleh Liu et.al (2000) di
Jepang disebutkan 29% responden tidur kurang dari 6 jam, 23% merasa kekurangan
dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, 21 % memiliki prevalensi insomnia
dan 15 % memiliki kondisi mengantuk yang parah pada siang harinya. Setiap orang
pada dasarnya pernah mengalami insomnia. Sebuah survey yang dilakukan oleh National
Institut of Health di Amerika menyebutkan bahwa pada tahun 1970, total
penduduk yang mengalami insomnia 17% dari populasi, presentase penderita
insomnia lebih tinggi dialami oleh orang yang lebih tua, dimana 1 dari 4 pada
usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius (Chopra, 1994).Survey
epidemilogi yang dilakukan oleh Melinger (Morin, 1992. Lacks, 1992) menunjukkan
bahwa 35% dari populasi diindikasikan mengalami insomnia selama satu tahun
terakhir dan 10% mengalami gangguan insomnia 6 bulan terakhir. Dari survey
tersebut juga disimpulkan bahwa wanita, orang yang lebih dewasa, dan mereka
yang memiliki sosial ekonomi yang rendah lebih banyak mengalami gangguan tidur.Kurang
tidur dapat membahayakan bagi diri kita dan orang lain. Seseorang yang kurang
tidur lalu mengemudi mobil sendiri sering mengalami kecelakaan fatal. Kurang
tidur dapat pula mengakibatkan masalah dalam keluarga dan perkawinan, karena
kurang tidur dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit diajak bergaul
(Parmet, 2003).
Bila tidur
kurang lelap, maka kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun.
Kehilangan jam tidur meskipun sedikit, mempunyai akibat yang sangat
mempengaruhi bagi semangat, kemampuan konsentrasi, kinerja, produktivitas,
ketrampilan komunikasi, dan kesehatan secara umum, termasuk sistem
gastrointestinal, fungsi kardiofaskuler, dan sistem kekebalan tubuh.Orang yang
tidak tidur kehilangan energi dan lekas marah, orang yang dua hari tidak tidur
akan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang lama. Banyak kesalahan akan dibuat,
terutama dalam tugas-tugas rutin, dan kadang ia tidak mampu memusatkan
perhatian. Orang yang tidak tidur lebih dari tiga hari akan sulit berpikir,
melihat, dan mendengar dengan jelas. Beberapa orang akan mengalami periode
halusinasi, yaitu mereka melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Hasil tes
memperlihatkan setelah seseorang tidak tidur selama empat hari, ia hanya dapat
melakukan sedikit tugas rutin. Tugas-tugas yang menuntut perhatian atau bahkan
kegesitan mental yang minimum, akan menjadi sulit ditangani. Setelah empat
setengah hari ada gejala mengigau dan dunia di sekelilingnya menjadi sangat
aneh di matanya. Gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu, baik
ketika memasuki tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan
ini dapat terjadi karena adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat
menimbulkan kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan cemas
yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan pikiran tidak
terkendali.Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu
: (1) insomnia; gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur, (2) hypersomnia;
gangguan mengantuk atau tidur berlebihan, (3) disfungsi kondisi tidur seperti
somnabolisme, night teror, dan (4) gangguan irama tidur.
Gangguan Tidur Insomnia
Insomnia
berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti
tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya
dijelaskan bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya
gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu
terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia
yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 1990).The
Diagnostic and Statistical of Mental Disorder IV (DSM-IV) mendefinisikan
gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang kesulitan mengawali tidur
dan/atau menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak restoratif minimal
satu bulan terakhir (Espie, 2002).Menurut Hoeve (1992), insomnia merupakan
keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan
mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan
kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini terjadi bukan karena penderita terlalu
sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari
gangguan jiwa terutama gangguan depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang
memuncak.Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan
tidur ini bisa menyangkut kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas)
tidur. Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur,
tidur dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu.
Penderita insomnia tidak dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur
sebanyak-banyaknya.
Pada keadaan normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali. Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi jasmaniah lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase mimpi. Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel, tidak puas, dan menjadi murung (schenck et al., 2003). Penderita insomnia mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur, terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe.
Pada keadaan normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali. Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi jasmaniah lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase mimpi. Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel, tidak puas, dan menjadi murung (schenck et al., 2003). Penderita insomnia mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur, terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe.
1. Tipe
pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1 sampai 3
jam pertama. Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini biasanya
dialami penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan.
2. Tipe
kedua, dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur
terbangun. Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali.
3. Tipe
ketiga, penderita dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta
dia terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang
mengalami depresi.
Insomnia adalah
suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu
merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari
sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah
malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat
dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu:
susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep
maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang
diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami
satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini (Liu et al., 1999).
Penyebab Insomnia
Insomnia bisa
disebabkan berbagai faktor, di antaranya karena hormonal, obat-obatan, dan
kejiwaan, bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan batin, suasana kamar
tidur yang tidak nyaman, ribut atau perubahan waktu karena harus kerja malam.
Selain itu kopi dan teh yang mengandung zat perangsang susunan syaraf pusat,
tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus badan yang mengandung
amfetamin, adalah contoh bahan yang dapat menimbulkan kesulitan tidur. Banyak
ahli menyatakan, gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan menurunnya
hormone, namun kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan, gelisah, serta
emosi yang sering tidak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen, bisa
menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko gangguan tidur.Morin (Espie, 2002)
menyebutkan penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan emosional,
kognitif, dan fisiologis. Ketiganya berperanan terhadap terjadinya disfungsi
kognitif, kebiasaan yang tidak sehat, dan akibat-akibat insomnia.
Penanganannya:
Terapi Relaksasi untuk Mengurangi Gangguan Insomnia
Salah satu cara
untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi (Woolfolk et al. 1983).
Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali
dikenalkan oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan metode fisiologis
melawan ketegangan dan kecemasan. Teknik ini disebutnya relaksasi progresif
yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot (Levy dkk., 1984). Jacobson
berpendapat bahwa semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan mental didasarkan
pada kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992). Jika seseorang dapat
diajarkan untuk merelaksasikan otot mereka, maka mereka benar-benar relaks.
Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi tidur karena
dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan
santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu
suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur awal.
Dasar teori
relaksasi adalah sebagai berikut: pada sistem saraf manusia terdapat sistem
saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah
mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki,
leher, jari-jari, dan sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan
gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler,
gairah seksual, dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem
saraf simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh,
memacu meningkatnya detak jantung dan pernafasan, menurunkan temperatur kulit
dan daya hantar kulit, serta akan menghambat proses digestif dan seksual.
Sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan
oleh sistem saraf simpatis. Selama sistem-sistem tersebut befungsi normal dalam
keseimbangan, bertambahnya akfivitas Sistem yang satu akan menghambat atau
menaikan efek sistem yang lain. Pada waktu individu mengalami ketegangan dan
kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu
relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan demikian
relaksasi dapat menekan rasa tegang dan rasa cemas dengan cara resiprok,
sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan (Prawitasari,
1988).Apabila individu melakukan relaksasi ketika ia mengalami ketegangan atau
kecemasan, maka reaksi-reaksi fisiologis yang dirasakan individu akan
berkurang, sehingga akan merasa rileks. Apabila kondisi fisiknya sudah rileks,
maka kondisi psikisnya juga tenang (Lichstein, et al. 1993).Teknik relaksasi
sudah dikenal lama dan banyak digunakan dalam berbagai terapi baik terapi
permasalahan fisik maupun psikologis. Ada
beberapa jenis relaksasi yang sudah dikenal antara lain relaksasi
progresif, relaksasi diferensial dan relaksasi via letting go.
Kesimpulan
Tidur adalah
kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, gangguan tidur yang sering muncul
adalah insomnia. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh
penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur
atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali
penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali
tidur.
0 komentar:
Posting Komentar