Gangguan Makan
Gangguan Makan (Eating Disorder) adalah gangguan psikologis yang memiliki karakteristik pola makan yang
terganggu dan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat badan. Anorexia dan
bulimia termasuk gangguan makan. Gangguan ini sering disertai berbagai bentuk
psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan penyalahgunaan zat.
Mayoritas kasus pada wanita. Gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja
dan dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat. Kira-kira 0,5% (1 : 200) wanita di lingkungan kita mengidap
anorexia nervosa (APA, 2000). Tingkat prevalensi penderita bulimia nervosa di
kalangan wanita diperkirakan berkisar antara 1% dan 3%. Anorexia dan bulimia
pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanita. Berikut adalah jenis-jenis
gangguan makan :
Anorexia
Nervosa
Anorexia nervosa adalah suatu gangguan
makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan berat badan di bawah
standar normal, citra tubuh yang terdistorsi, ketakutan yang mendalam akan
bertambahnya berat badan, dan pada wanita, amenorrhea. Gangguan ini berkembang antara usia 12 dan
18 tahun. Setelah menarche wanita mulai sadar akan pertambahan berat
badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Wanita anoreksik mencoba diet yang
ekstrem, serta sering kali melakukan latihan fisik secara berlebihan. Usaha ini
menjadi lebih giat lagi setelah penurunan berat badan yang diinginkan tercapai.
Meskipun individu anoreksik secara sengaja membuat diri mereka lapar, mereka
akan menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan membicarakan makanan,
dan bahkan mempersiapkan makanan untuk orang lain. Berikut adalah karakteristik diagnostik
untuk anorexia nervosa :
Menolak
untuk mempertahankan berat badan minimal yang normal sesuai usia dan tinggi
seseorang.
Ketakutan
yang kuat terhadap pertambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun
tubuhnya kurus.
Citra
tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang dipandang sangat gemuk, walaupun
orang lain memandang orang tersebut kurus.
Dalam
kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga atau
lebih periode menstruasi.
Berikut
adalah sub tipe dari gangguan Anoreksia Nervosa :
1)
Tipe
Makan Berlebihan
Ditandai oleh episode yang sering dari
makan berlebihan dan memuntahkannya. Cenderung memiliki masalah yang
berhubungan dengan kontrol impuls, di mana peningkatan episode makan berlebih
mungkin melibatkan penyalahgunaan zat atau mencuri. Mereka cenderung untuk
berganti-ganti antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.
2)
Tipe
Menahan
Tidak ditandai dengan memuntahkan makanan.
Individu dengan anorexia tipe ini cenderung secara kaku bahkan obsesif
mengontrol diet dan penampilan mereka. Berkurangnya berat
tubuh sebesar 35 % dapat menimbulkan anemia. Wanita anorexia biasanya juga memiliki masalah
kulit seperti kulit kering, kulit pecah, rambut lepek, perubahan warna menjadi
kekuningan. Komplikasi kardiovaskular melibatkan gangguan hati, hopotensi, dan
pusing saat berdiri, terkadang menyebabkan pingsan. Menurunnya proses
pencernaan menyebabkan masalah gastrointestinal seperti konstipasi, sakit pada
perut, dan obstruksi atau kelumpuhan dari bowel atau intestines. Otot melemah
dan pertumbuhan yang tidak normal pada tulang menyebabkan tinggi tubuh yang
berkurang dan osteoporosis. Angka kematian pada anorexia diperkirakan antara 5 – 8 % dalam periode 10
tahun, dengan kebanyakan kematian disebabkan oleh bunuh diri atau komplikasi
medis yang dihubungkan dengan penurunan berat badan yang parah.
Bulimia
Nervosa
Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang memiliki karakteristik
episode yang berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan
penggunaan cara-cara yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan.
Seperti mengeluarkan makanan dengan memaksa diri untuk memuntahkannya
menggunakan obat pencahar, diuretics, atau enemas, berpuasa atau latihan fisik
yang berlebihan. Individu yang bulimia biasanya memiliki berat badan normal,
namun mereka memiliki perhatian berlebih mengenai bentuk tubuh dan berat badan.
Usia rata-rata terjadinya bulimia adalah remaja akhir. Komplikasi medis dari
bulimia adalah iritasi pada kulit sekitar mulut, terhambatnya air liur,
peluruhan enamel gigi, dan karang gigi, rusaknya reseptor pada lidah, sakit
pada perut, hiatal hernia, pankreatitis, gangguan menstruasi, dan
lain-lain.
Penyebab anorexia dan bulimia nervosa
Faktor
Sosiokultural
Menitikberatkan pada tekanan sosial dan harapan
dari masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan
gangguan makan. Tekanan untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis,
dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran
wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi tidak puas
dengan tubuh mereka sendiri. Model sosiokultural didukung dengan adanya bukti
yang menunjukkan bahwa gangguan makan tidak lebih umum, bahkan jarang terjadi,
di negara-negara non barat.
Faktor
Psikososial
Faktor yang paling sering dihubungkan dengan
bulimia adalah setidaknya ada riwayat diet yang kaku. Diet yang kaku ini dapat
mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti dengan pelanggaran diet dan
menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik. Ketidakpuasan terhadap
tubuh dapat menghasilkan usah-usaha yang maladaptif untuk mencapai berat badan
atau bentuk tubuh yang diinginkan. Faktor kognitif berperan dalam pembentukan
sikap yang perfeksionis pada wanita anorexia, sehingga mereka berjuang mencapai
prestasi yang tinggi. Wanita bulimik cenderung memiliki tipe kognitif
disfungsional yang dapat menghasilkan keyakinan berlebihan mengenai konsekuensi
negatif dari pertambahan berat badan.
Faktor
Keluarga
Gangguan makan sering kali berkembang dari adanya
konflik dalam keluarga. Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan
sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan
yang mereka rasakan di rumah. Keluarga dari individu dengan gangguan makan
cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang
saling memberi dukungan, namun lebih bersikap overprotektif dan kritis.
Orangtua kuran gmampu membangkitkan kemandirian dalam diri anak mereka. Dari
perspektif sistem, keluarga adalah sistem yang dikelola sedemikian rupa
sehingga meminimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan
segera untuk perubahan nyata. Individu anoreksik dipandang sebagai penolong
untuk mempertahankan keseimbangan dan harmoni yang muncul dalam keluarga
disfungsional dengan mengalihkan perhatian atas konflik keluarga dan tekanan
pernikahan ke dalam diri mereka.
Faktor
Biologis
Para ilmuwan menduga bahwa terdapat
ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada
penderita bulimia, kemungkinan besar terkait dengan serotonin kimiawi otak yang
berperan dalam pengaturan mood dan nafsu makan. Gangguan makan cenderung
menurun dalam keluarga, yang terkait dengan komponen genetis. Dalam pandangan
model diatesis-stres, diduga predisposisi genetis yang melibatkan disfungsi
aktivitas neurotransmiter berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya,
dan tekanan lingkungan dalam menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
Penanganan anorexia dan bulimia nervosa
Penderita dapat dirawat di rumah sakit,
ditempatkan dalam ruangan dengan pengawasan terus-menerus. Terapi perilaku juga
bisa digunakan, dengan sasaran membuat penderita mematuhi aturan dari jadwal
makan. Biasanya penguatan yang digunakan mencakup tempat istimewa dan
kesempatan sosial. Terapi Psikodinamika terkadang dikombinasikan dengan terapi
perilaku untuk menggali lebih dalam konflik psikologis yang ada. Terapi
Keluarga juga dapat digunakan untuk membantu
mengatasi konflik keluarga yang mendasari. Terapi Kognitif-Behavioral (CBT) berguna dalam membantu penderita bulimia untuk
mengatasi pikiran dan keyakinan yang self-defeating, seperti pemikiran
yang tidak realistis dan perfeksionis mengenai diet dan berat badan. Untuk
menghilangkan kebiasaan memaksa diri memuntahkan makanan, terapis dapat
menggunakan teknik pemaparan terhadap pencegahan respons yang dikembangkan
untuk penanganan gangguan obsesif-kompulsif. Terapi interpersonal menekankan
pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi
interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebiasaan dan sikap makan
yang lebih sehat. Obat antidepresan juga memberikan manfaat terapeutik dalam
menangani bulimia.
Gangguan makan berlebihan
Binge-eating disorder (BED)
menunjukkan pola makan secara berlebihan berulang kali tetapi tidak mengeluarkan makanan tersebut
sesudahnya. Makan berlebihan ini setidaknya terjadi 2 hari dalam seminggu
selama 3 bulan. BED lebih umum ditemukan di antara individu yang mengalami
obesitas. BED mempengaruhi 2% dari populasi. Sering kali diasosiasikan dengan
depresi dan usaha yang gagal dalam menurunkan berat badan. Orang BED cendrung
berusia lebih tua daripada penderita anoreksia dan bulimia, dan lebih banyak
ditemukan pada wanita. Teknik kognitif-behavioral telah
menunjukkan efek positif dalam menangani BED.
Obesitas
Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan lemak
tubuh, biasanya ditentiukan oleh IMT di atas 30. Dihitung dengan membagi berat
badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Sekitar 1 dari 3
anak-anak mengalami obesitas. Obesitas digolongkan sebagai gangguan medis
kronis, bukan gangguan psikologis. Obesitas juga merupakan faktor resiko
terbesar untuk penyakit kronis yang secara potensial membahayakan jiwa seperti
sakit jantung, diabetes, dan beberapa bentuk dari kanker. Obesitas melibatkan
faktor psikologis pada perkembangan dan penangannya. Adapun penyebab obesitas yaitu :
Faktor
Genetis
Faktor genetis dan lingkungan
sama-berpengaruh pada obesitas
Faktor
metabolisme
Ketika kita kehilangan berat badan,
terutama dalam jumlah yang signifikan, tubuh bereaksi seakan-akan kelaparan.
Tubuh merespons penurunan berat badan dengan memperlambat tingkat metabolisme.
Hal ini mempersulit penurunan berat badan lebih lanjut atau sekedar
mempertahankan penurunan berat badan.
Sel
Lemak
Orang-orang obesitas memiliki lebih banyak
sel lemak. Orang yang memiliki lebih banyak jaringan lemak mengirimkan lebih
banyak sinyal pengosongan lemak keotak, sehingga mereka lebih cepat merasa
membutuhkan makanan.
Faktor
Pola Hidup
Orang-orang obesitas biasanya secara fisik
kurang aktif. Mereka menetapkan pola makan tinggi lemak dan makan dalam porsi
besar.
Faktor
Psikologis
Teoretikus psikodinamika yakin bahwa orang-orang yang
pada tahap oral terfiksasi oleh konflik ketergantungan dan kemandirian,
cenderung akan mengatasi stress dengan aktivitas oral yang berlebihan seperti makan berlebihan. Rendahnya self-esteem,
kurangnya self-efficacy, konflik keluarga, dan emosi negatif juga merupakan
mempengaruhi obesitas.
Faktor
Sosio-ekonomi
Obesitas lebih umum terjadi di kalangan
orang-orang dari tingkat sosio-ekonomi rendah.
Akulturasi
Meskipun akulturasi dapat menolong orang-orang
imigran untuk beradaptasi dengan baik dalam budaya baru, hal ini juga dapat
menjatuhkan jika melibatkan penerapan diet yang tidak sehat dari budaya baru
ini.
Faktor
Metabolisme
Faktor bilogis, seperti perbedaan genetis
dalam tingkat metabolisme, juga dapat berperan dalam memunculkan obesitas. Persoalan dengan terapi
obat adalah manajemen pengaturan berat badan untuk jangka panjang
melibatkan perubahan gaya hidup dalam pola makan dan olahraga. Orang-orang
obesitas dapat mengontrol berat badan mereka dalam batas-batas tertentu dengan
melakukan diet yang tepat, meningkatkan level aktivitas dan olahraga, serta
melakukan perubahan kebiasaan makan. Program modifikasi perilaku berfokus pada membantu individu mengubah
kebiasaan makan yang salah dengan mengubah anteseden dari makan dengan melibatkan
pengubahan lingkungan sehingga orang tidak terus-menerus menerima isyarat yang
berhubungan dengan makanan, perilaku makan itu sendiri, dan konsekuensi dari
makan berlebihan. Orang obesitas memerlukan komitmen jangka panjang untuk mengikuti diet yang
tepat dan olahraga yang teratur.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur merupakan masalah yang berhubungan
dengan tidur yang berulang kali dan terus ada yang menyebabkan distress atau hendaya untuk berfungsi dengan baik.
Orang dengan gangguan tidur biasanya menghabiskan beberapa malam di pusat
tidur, di mana mereka dihubungkan dengan kabel kealat-alat yang mencatat
respons fisiologis mereka selama tidur atau berusaha untuk tidur, tingkat
jantung dan pernafasan, dan seterusnya. Evaluasi ini disebut pencatatan polisomnografik (PSG). DSM mengelompokkan
gangguan tidur dalam 2 kategori utama, yaitu :
Dissomnia
Adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik
terganggunya jumlah, kualitas, atau waktu tidur. Lima tipe khusus disomnia yaitu :
a)
Insomnia
Insomnia ditandai dengan kesulitan untuk tertidur,
tetap tidur, atau mencapai tidur yang restoratif. Insomnia yang tidak normal
adalah insomnia yang terus ada dan memiliki karakteristik kesulitan berulang-ulang
untuk tidur atau tetap tidur. Insomnia primer merupakan insomnia kronis dalam
jangka waktu sebulan atau lebih yang tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau
psikologis, atau oleh efek obat atau pengobatan.
b)
Hipersomnia
Yaitu sebuah pola munculnya rasa kantuk yang
berlebihan pada siang hari. Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk yang
berlebihan sepanjang hari yang berlangsung sampai sebulan atau lebih. Dapat
berbentuk kesulitan untuk bangun setelah periode tidur yang panjang, atau ada
episode tidur siang yang muncul setiap hari dalam bentuk yang diharapkan
ataupun tidak.
c)
Narkolepsi
Merupakan gangguan tidur yang memiliki ciri
episode tidur yang tidak dapat dielakkan dan terjadi secara tiba-tiba.
Diagnosis diberikan ketika serangan tidur muncul setiap hari selama periode 3
bulan atau lebih dan dikombinasikan dengan kehadiran salah satu atau kedua
kondisi berikut :
Ø
Cataplexy
(kehilangan kontrol
secara mendadak), biasanya disebabkan oleh reaksi emosional yang kuat;
Ø
Gangguan
tidur REM dalam tahap transisi antara sadar dan tidur;
Ø Gngguan tidur yang terkait dengan
pernapasan yaitu terganggunya
tidur secara berulang kali karena kesulitan bernapas;
Ø Gangguan tidur sirkadia; terganggunya siklus tidur-bangun internal
karena perubahan waktu pada pola tidur.
Parasomnia
Gangguan yang terjadi baik saat tidur maupun saat
ambang batas antara tidur dan terjaga.
a) Gangguan Mimpi Buruk
Berulang kali terbangun karena mengalami
mimpi buruk.
b) Gangguan Teror Dalam
Tidur
Berulang kali mengalami terror saat tidur
yang menyebabkan terjaga secara tiba-tiba.
c) Gangguan Berjalan Sambil
Tidur
Berulang kali mengalami episode berjalan sambil tidur.
Penanganan yang disarankan untuk menangani masalah gangguan tidur, adalah sebagai berikut :
Pendekatan
Biologis
Terapi obat dapat digunakan untuk
penyembuhan jangka pendek bagi insomnia dan untuk mengatasi gangguan tidur
lelap, narkolepsi, dan tidur apnea. Pembedahan atau alat bantu mekanik dapat
digunakan untuk membuka jalan udara pada pasien apnea.
Pendekatan
Psikologis
Terapi Kognitif-Behavioral membantu seseorang untuk mengubah kebiasaan tidur yang tidak sehat. CBT dapat
digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif dan pemikiran atau
keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.
0 komentar:
Posting Komentar