Anxiety
atau kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang
megeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan dikatakan abnormal
jika tingkatannya tak lagi sesuai dengan proporsi ancaman yang dicemaskannya,
dan apabila datangnya tanpa disertai alasan yang dapat dijadikan penyebab
kecemasan itu sendiri. Gangguan kecemasan bisa terjadi kapanpun, tanpa ada rentang
masa yang jelas, bisa perhari, perjam, perbulan, bahkan pertahun. Saat stimulus
yang dicemaskan muncul, maka kecemasan berlebihan akan terpaparkan, misalnya
pada gangguan phobia. Kecemasan
terdiri dari beragamnya ciri fisik, kognisi, dan psikomotor. Freud mengatakan
bahwa perilaku neurotik misalnya kecemasan ini terjadi karena adanya ancaman
bahwa ide-ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat diterima muncul kedalam
alam sadar. Semua gangguan ini merupakan refleksi ego dalam menjalankan defense
mechanismnya. Gangguan Kecemasan meliputi banyak aspek, antara lainnya yaitu : Kesehatan, Relasi Sosial, Karier, Keselamatan, dan Kondisi Lingkungan.
- Klasifikasi ganngguan kecemasan
Istilah neurosis diambil dari kata yang berarti
suatu kondisi abnormal. Neurosis
diasumsikan mempunyai penyebab biologis. Neurosis dipandang sebagai suatu penyakit pada sistem
syaraf. Sigmund Freud mengatakan
bahwa tingkah laku neurotis
terjadi karena adanya ancaman bahwa ide pembangkit kecemasan yang tidak dapat
diterima akan muncul kealam sadar. Pada tahun 1980, DSM tidak lagi mempunyai kategori yang disebut neurosis. DSM
yang sekarang didasarkan pada similaritas dalam tingkah laku yang diamati dan
ciri-ciri khusus dibandingkan dengan asumsi kausal. Orang yang mempunyai
gangguan penyesuain, depresi dan gangguan psikotis juga dapat mempunyai masalah kecemasan. Versi DSM IV, mengakui
tipe spesifik dari gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan tidak berdiri secara eksklusif, karena penderita
seringkali memenuhi lebih dari satu kriteria diagnostik.
Gangguan Panik
Panic Disorder
meliputi munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga. Serangan panik pertama melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simton
fisik. Terdapat komponen ketubuhan yang lebih kuat pada serangan panik dibandingkan bentuk kecemasan yang
lain. Orang yang mengalami serangan
panik cenderung sangat menyadari
adanya perubahan detak
jantung mereka. Serangan panik terjadi tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10-15 menit.
Dalam banyak hal, orang yang
mengalami serangan panik
membatasi aktivitas mereka untuk menghindari apa yang mereka cemaskan
tersebut. Hal ini bisa menyebabkan agoraphobia yaitu ketakutan untuk keluar tempat umum.
Gangguan Kecemasan yang Menyeluruh (GAD)
Gangguan kecemasan menyeluruh atau GAD (Generalized Anxiety Disorder)
dicirikan oleh perasaan cemas yang persisten yang nampak mengapung
bebas atau tidak terikat pada situasi yang spesifik. Gangguan ini cenderung
merupakan gangguan yang stabil. Gangguan ini sering ada bersama dengan gangguan
kecemasan lainnya. Ciri-ciri GAD yaitu sebagai berikut :
Aspek pemicu GAD
antara lainnya : Keuangan, Kesejahteraan anak atau
keluarga, Hubungan sosial, dan
sebagainya.
Gangguan Phobia
Phobia merupakan ketakutan irasional
yang berlebihan terhadap suatu situasi atau objek spesifik. Phobia juga
mencakup komponen perilaku, penghindaran stimulus phobik, selain ciri-ciri
fisik dan kognitif. Jenis gangguan-gangguan phobia antara lain :
1) Phobia
Spesifik, merupakan ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap
objek atau situasi spesifik. Terdapat beberapa tipe phobia spesifik, antara
lainnya : binatang, lingkungan alam, darah, situasi lainnya. Phobia spesifik
seringkali bermula pada masa kanak-kanak. Phobia spesifik adalah salah satu
gangguan psikologis yang paling umum. Selain itu, cenderung berlangsung terus
selama bertahun-tahun, kecuali bila ditangani dengan efektif.
2) Phobia
Sosial, merupakan ketakutan yang melibatkan perasaan takut yang besar dan
muncul karena penilaian negatif orang lain. Penderita biasanya memiliki
ketakutan yang kuat pada situasi yang menyengsarakan dan mereka cenderung menjauhi
kontak sosial.
3) Agoraphobia,
merupakan ketakutan pada tempat terbuka, dan daerah yang ramai. Ini dapat
terjadi dengan atau tanpa serangan panik. Agoraphobia lebih umum terdapat pada
perempuan.
Bentuk terapi
yang disarankan antara lainnya :
a)
Cognitive Restructuring, yaitu proses
terapi yang digunakan untuk membantu penderita dengan cara membuat daftar
tentang hal-hal yang ada dalam pikiran meraka dan merusak kontrol, lalu dicari
alternatif rasional untuk mengatasi hal yang ada dalam pikirannya itu.
b)
Terapi Kognitif dan Perilaku,
merupakan teknik gabungan antara kognitif dan perilaku yang dipadukan. Dalam
pendekatan ini, diterapkan teknik relaksasi dan latihan pernapasan. Dengan
berjalannya waktu penderita akan mengalami desentisasi terhadap pengalaman.
c)
Terapi Psikososial, yaitu pendekatan
keluarga yang diarahkan untuk mendidik dan mendukung usaha perubahan yang dilakukan
penderita.
Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Obsesi adalah suatu ide, pikiran atau dorongan yang
intrusif dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk
mengontrolnya. Kompulsi adalah tingkah laku yang repetitif atau tindakan mental
repetitif yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan. Obsesi akan
meningkatkan kecemasan seseorang. Sedangkan, kompulsi menurunkan kecemasan. Akan
tetapi, jika seseorang dipaksa untuk melakukan suatu kompulsi, maka
kecemasannya akan meningkat. Obsesif-kompulsif seringkali berkombinasi
menciptakan kecemasan. Obsesif
kompulsif dialami 2-3 % populasi individu di seluruh dunia. Persentase antara wanita dan pria sama dalam terkena
gangguan ini. Seseorang dikatakan mengidap gangguan
obsesi-kompulsif, jika menyebabkan distress konkret pada individu, dan dalam durasi lebih dari 1 jam/ hari, mengganggu hal-hal rutin yang
normal, fungsi kerja dan fungsi social individu.
Gangguan ini juga sering
berangkai dengan gangguan tic. Perbedaannya dengan delusi adalah adanya
keyakinan pada OCD dapat
digoyahkan, jika diberi penjelasan logis terus
menerus secara berulang
kali.
Gangguan stress akut (ASD) dan Gangguan Stress
Pascatrauma (PTSD).
Gangguan stress akut (ASD) adalah suatu reaksi
maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman traumatis.
Gangguan stress pascatrauma adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan
terhadap suatu pengalaman traumatis. Pada kedua tipe gangguan stress ini
terjadi karena terjadinya suatu peristiwa traumatis. Ciri-ciri stres traumatis,
antara lain : mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari petunjuk, mati
rasa dalam segi emosional, mudah sekali terangsang, dan mengalami gangguan
fungsi. Walaupun gangguan cemas telah menjadi subjek dari penelitian yang
ekstensif, hanya sedikit perhatian yang diberikan pada perbedaan etnik dalam
kaitannya dengan prevalensi dari gangguan-gangguan ini. Contoh Kondisi-kondisi
yang dapat menimbulkan stress yaitu : Perang, Bencana
Alam, Bencana
Teknologis, Kematian
seseorang yang berharga, Sakit, Perceraian orang tua, Kekerasan, Pemerkosaan, Kecelakaan, dan sebagainya.
B.
Perspektif Teoritis
Gangguan kecemasan merupakan suatu laboratorium
teoritis bagi para ilmuwan.
Banyak teori mengenai tingkah
laku abnormal dikembangkan dengan pemikiran tentang gangguan ini khususnya kecemasan.
Berikut adalah beberapa pandangan mengenai gangguan kecemasan :
a.
Pandangan Psikodinamis
Kecemasan dalam pandangan ini diasumsikan sebagai suatu sinyal bahaya bahwa impuls yang mengancam yang sifatnya seksual atau agresif mendekat kealam kesadaran. Teoretikus psikodinamis memandang gangguan kecemasan sebagai usaha ego
untuk mengendalikan munculnya impuls yang mengancam kesadaran melalui defense
mechanism individu.
Perasan-perasaan akan kecemasan
merupakan tanda-tanda
peringatan bahwa impuls yang mengancam mendekat kearah kesadaran. Ego menggerakkan defense
mechanismnya untuk
mengalihkan impuls tersebut, dan kemudian mengarah pada gangguan kecemasan
lainnya.
b.
Faktor-faktor Kognitif dalam Gangguan Kecemasan
Faktor-faktor kognitif mungkin juga memegang peranan
penting dalam gangguan
kecemasan, misalnya saja
prediksi berlebihan mengenai
ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan irasional, sensitivitas
berlebihan tentang sinyal-sinyal dan tanda-tanda adanya
ancaman, harapan-harapan self-efficacy
yang terlalu rendah, dan salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh. Para peneliti
berusaha untuk menemukan dasar biologis dari gangguan-gangguan kecemasan dengan
mempelajari peranan dari faktor-faktor genetis, neurotransmitter, dan induksi
rasa panik melalui tantangan-tantangan biologis.
c.
Faktor-faktor Biologis dalam Gangguan Kecemasan
Rata-rata perempuan mengalami agoraphobia dan spesifikasiphobia.
Selain itu, menurut
penelitian Sandra Searr, dkk
mengungkapkan bahwa anak-anak alami mengalami konstelasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak adopsi terhadap orang
tuanya. Faktor genetik ini lebih memainkan peranan pada phobia spesifik
daripada agoraphobia, karena
adanya pengalaman aversif
yang mempengaruhi perkembangan phobia spesifik. Aspek biologis dari gangguan
panik ditunjukkan dengan sebagian
besar penyebab gangguan panik adalah karena terjadinya gangguan pada otak.
Gangguan panik juga dapat disebabkan oleh terinfusnya kimiawi sodium laktosa
atau kelebihan CO2 dan lebih disebabkan gangguan internal daripada gangguan eksternal.
C.
Penanganan
Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan Psikodinamis
Kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan
kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap
terepresi. Terapis psikodinamika yang lebih modern juga menyadarkan klien
mengenai sumber-sumber konflik yang berasal dari dalam dirinya. Akan tetapi, jika
dibandingkan dengan pendekatan tradisional, mereka lebih menjejaki sumber
kecemasan yang berasal dari keadaan hubungan yang sekarang ini daripada
hubungan di masa lalu, dan mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah
laku yang lebih adaptif.
Pendekatan-pendekatan Humanistis
Para teoritikus Humanistis yakin bahwa banyak dari
kecemasan kita yang berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Orang
mungkin merasakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa mampu untuk
mengatakan yang dirasakannya, karena bagian diri yang tidak diakui tidak secara
langsung diekspresikan pada kesadaran. Terapis humanis bertujuan untuk membantu
penderita dalam memahami, dan mengekspresikan bakat, serta perasaan mereka yang
rasakan sesungguhnya.
Pendekatan-pendekatan Biologis
Berbagai variasi obat-obatan digunakan untuk mengobati
gangguan-gangguan kecemasan. Orang yang menjadi tergantung kepadanya dapat
mengalami serangkaian simtom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya secara
tiba-tiba. Simtom-simtom tersebut mendorong orang untuk menggunakan kembali
obat-obatan tersebut. Masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien
kemungkinan menganggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan
bukan karena sumber daya mereka sendiri. Obat-obat ini juga tidak membawa
kesembuhan total. Terapi obat kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi
kognitif behavioral.
Pendekatan-pendekatan Belajar
Inti dari pendekatan belajar ini adalah usaha untuk
membantu individu-individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi objek atau
situasi yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
A) Desentisitisasi
Sistematis
Merupakan prosedur untuk mengurangi rasa takut yang diciptakan oleh
psikiater Joseph Wolpe. Desensitisasi sitematis adalah suatu proses gradual.
Klien belajar menghadapi secara progresif menghadapi stimulus yang makin
mengganggu sementara mereka tetap rileks. Para terapis berorientasi pada
behavioral, seperti yang Wolpe jelaskan akan manfaat dari desensitisasi
sistematis dan terapi serupa melalui prinsip counterconditioning para terapis
yang berorientasi kognitif member catatan bahwa dengan berada bersama dengan
gambaran stimulus fobik, dan tidak lari darinya, akan meningkatkan harapan
self-efficacy.
B) Pemaparan
Gradual
Metode ini dapat menbantu orang dalam mengatasi phobianya melalui
pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik.
Pemaparan gradual juga sangat banyak dipakai pada penanganan agoraphobia.
Metode yang disebut flooding
adalah suatu bentuk dari terapi pemaparan dimana subjek dihadapkan kepada
stimulus pembangkit kecemasan tingkat tinggi baik melalui imajinasi ataupun
situasi aktual. Melalui teknik flooding, klien secara langsung dihadapkan pada
situasi pembangkit ketakutan. Terapi Kognitif , berusaha untuk
mengidentifikasi dan mengoreksi keyakinan yang disfungsional. Terapis kognitif
membantu orang untuk mengenali cacat logis dalam pemikiran mereka dan membantu
mereka untuk memandang situasi secara rasional. Terapi virtual untuk phobia,
keuntungan menggunakan terapi virtual ini adalah untuk memberi kesempatan pada
kita untuk mengatasi situasi sulit atau hampir tidak mungkin diadakan dalam
realitas yang sesungguhnya. Terapi Kognitif-behavioral, dengan memadukan
teknik-teknik behavioral seperti restrukturisasi kognitif.
0 komentar:
Posting Komentar