Rabu, 15 Agustus 2012

Personality Disorder




Kepribadian (Personality) merupakan keseluruhan dari emosi dan perilaku yang relatif stabil dan dapat diramalkan. Penderita gangguan kepribadian cenderung memiliki sifat Alloplastis (mengadaptasi dengan mengubah lingkungan eksternal) dan ego-syntonic yaitu menganggap apa yang terjadi pada individu tersebut sebagai sesuatu yang wajar atau lazim.
*      Klasifikasi Gangguan Kepribadian
*      Perilaku Kaku dan Eksentrik
Sulit berhubungan dengan orang lain dan menunjukkan sedikit atau bahkan tidak tertarik untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain.
1)      Paranoid
Suatu kecenderungan menginterpretasikan perilaku orang lain sebagai sesuatu yang mengancam atau hendak menyakitinya.
2)      Schizoid
Penyendiri dan eksentrik. Energi afektif sulit untuk disalurkan dalam relasi sosial, tetapi lebih tertarik dengan non-human (matematika, astronomi, hewan) atau segala sesuatu yang tidak memerlukan keterlibatan pribadi.
3)      Schizotypal
Schizotypal tidak mampu mengenali perasaan sendiri, tetapi sangat peka terhadap perasaan orang lain terutama afek negatif.
*      Perilaku Dramatis, Emosional Atau Perilaku Tidak Menentu
Pola perilaku dari gangguan ini adalah sesuatu yang berlebihan, tidak dapat diprediksi atau self-centered serta sulit memulai dan membina hubungan.
1)      Antisosial
Kecenderungan untuk terus menerus melanggar hak-hak orang lain dan hukum. Cenderung egosentris tidak jujur dengan sering berbohong, menggunakan nama samaran, suka memanipulasi, tidak ada rasa empati, rasa bersalah atau penyesalan. Iritabilitas dan agresif yang ditunjukkan dengan perkelahian fisik atau penyerangan yang berulang dan tidak merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya. Pola psikologis kepribadian ini antara lain :
a.    Mempunyai daya tarik dan inteligensi yang kurang;
b.    Tidak adanya kecemasan dalam situasi yang penuh tekanan;
c.    Tidak tulus dan jujur;
d.    Kurang mempunyai rasa penyesalan dan rasa malu;
e.    Ketidakmampuan merasakan cinta atau emosi yang sesungguhnya;
f.     Tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dipercaya;
g.    Impulsif dan tidak menghargai perilaku yang diterima secara sosial;
h.    Tidak terdapat delusi dan pikiran yang tidak rasional;
i.     Ketidakmampuan untuk belajar dari pengalaman; dan
j.     Tidak mempunyai insight.
2)      Borderline (Kepribadian Ambang)
Borderline dicirikan dengan ketidakstabilan dalam bersosialisasi, self-image, mood dan impulsif. Istilah borderline digunakan bagi individu yang perilakunya berada pada garis batas antara neurosis dan psikosis. Ada ambivalensi dalam bersikap, disatu sisi ada ketergantungan dengan seseorang, tetapi juga memiliki rasa permusuhan.
3)      Histrionik
Adanya emosi dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian yang berlebihan, cenderung self-centered dan tidak dapat mentoleransi penundaan kesenangan. Penderita senang mendramatisir kejadian untuk menarik perhatian lingkungan. Kebanyakan penderita mengalami disfungsi seksual, anorgasmik pada perempuan dan impotensi bagi laki-laki.
4)      Narsisistik
Adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh self-image yang membumbung serta tuntutan akan perhatian dan pemujaan. Orang dengan gangguan ini memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang ekstrem akan pemujaan. Mereka bersifat self-absorbed dan kurang memiliki empati pada orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung terpaku pada fantasi akan keberhasilan dan kekuasaan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdasan atau kecantikan.
*      Perilaku Kecemasan atau Ketakutan
Pola perilaku yang utama pada gangguan ini adalah adanya ketakutan dan kecemasan.
1)      Avoidant Personality
Merupakan gangguan kepribadian yang dicirikab dengan penghindaran terhadap hubungan sosial karena takut akan penolakan. Ketakutan yang sangat terhadap penolakan dan kritik ini membuat mereka umumnya enggan menjalani hubungan tanpa adanya kepastian akan penerimaaan. Penderita menghindari aktifitas pekerjaan yang membutuhkan kontak interpersonal karena takut adanya kritik dan penolakan, takut berbicara di depan umum, sensitif terhadap komentar, memandang dirinya janggal secara sosial, tidak menarik secara pribadi, dan underestimate terhadap dirinya sendiri atau dengan kata lain malu yang kronis.
2)      Dependent Personality
Merupakan gangguan kepribadian yang ditandai oleh kesulitan dalam membuat keputusan yang mandiri dan perilaku bergantung yang berlebihan. Gangguan ini menggambarkan orang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk diurus oleh orang lain yang menyebabkan mereka menjadi sangat patuh dan tergantung dalam hubungan mereka serta sangat takut akan perpisahan. Pola kepribadian ini biasanya menghindari tanggung jawab dan cemas jika dijadikan pimpinan, pesimis, ragu-ragu dan pasif.
3)      Obsessive Compulsive
Adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh cara berhubungan dengan orang lain yang kaku, kecenderungan perfeksionis, kurangnya spontanitas, dan perhatian yang berlebihan akan detail. Cirinya meliputi derajat keteraturan yang berlebihan, perbuatan yang melampaui batas, perfeksionis/ kesempurnaan, kekakuan, kesulitan melakukan coping dengan ketidakpastian/ keadaan ambigu, kesulitan mengekspresikan perasaan dan mendetail dalam kebiasaan kerja, sehingga umumnya tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu tepat waktu.
*      Gangguan yang Tidak Ditentukan
Kategori ini untuk gangguan fungsi kepribadian yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan spesifik, misalkan adanya ciri-ciri lebih dari satu gangguan kepribadian spesifik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk salah satu gangguan kepribadian.
*      SUDUT PANDANG TEORETIS
*      Perspektif Psikodinamika
Teori Freudian berfokus pada konflik Oedipal yang tidak terselesaikan dalam menjelaskan perkembangan kepribadian normal dan abnormal. Teoretikus psikodinamika terkini berfokus pada periode pra-Oedipal dalam menjelaskan perkembangan dari gangguan kepribadian seperti kepribadian narsisistik dan ambang. Bagi Kohut, kegagalan untuk merubah narsisisme masa kanak-kanak dengan penilaian yang lebih realistis tentang self dan orang lain mendasari perkembangan kepribadian
*      Perspektif Belajar
Ciri perilaku gangguan kepribadian berhubungan dengan pengalaman belajar di masa kanak-kanak, termasuk belajar observasional dari perilaku menyimpang atau agresif. Obsessive-compulsive bisa dihubungkan dengan disiplin dan kontrol orang tua yang berlebihan pada masa kanak-kanak. Kurangnya kesempatan pada masa kanak-kanak untuk mempelajari perilaku eksploratif atrau mandiri menuntun pada trait kepribadian dependen. Kepribadian histrionik terjadi karena pengalaman masa kanak-kanak di mana penguat sosial seperti perhatian dan reinforcement yang tidak konsisten dari orang tua untuk perilaku yang seharusnya mendapatkan perhatian. Kepribadian antisosial terjadi karena pengalaman belajar pertama dan reinforcer yang kurang konsisten dan sulit diprediksi, sehingga gagal merespon orang lain sebagai penguat yang potensial. Menurut Bandura, anak-anak mempelajari hukum-hukum dari belajar melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain. Biasanya agresivitas timbul akibat dari provokasi dan kepercayaan bahwa mereka akan lebih mendapat penghargaan daripada hukuman dari perilaku tersebut.
*      Perspektif Keluarga
Gangguan kepribadian terjadi karena gangguan dalam hubungan keluarga. Trauma masa kanak-kanak mendasari berkembangnya borderline personality. Faktor keluarga seperti orang tua yang overprotective dan authoritarian, mempunyai pengaruh dalam perkembangan dependent personality. Obsessive compulsive muncul dalam lingkungan keluarga dengan moralistik yang kuat dan keras yang tidak mengizinkan pelanggaran peraturan atau perilaku yang diharapkan, walau sedikit pun. Antisocial personality terjadi karena penolakan dan pengabaian orang tua pada masa kanak-kanak sehingga anak-anak tidak mengembangkan perasaan hangat dan penuh kasih sayang pada orang lain, yang disebabkan karena terjadinya kegagalan dalam menginternalisasi nilai-nilai orang tua dan kegagalan untuk mengembangkan empati.
*      Perspektif Kognitif
Pengalaman sosial mempengaruhi perilaku individu. Contohnya : remaja yang anti sosial cenderung mengartikan perilaku orang lain sebagai ancaman yang dikarenakan oleh pengalaman keluarga dan komunitasnya yang cenderung menganggap bahwa orang lain bermaksud menyakiti mereka.
*      Perspektif Biologis
*       Faktor Genetis ; Genetik mempunyai peranan dalam derajat yang bervariasi terhadap pengembangan sifat yang mendasari gangguan kepribadian. Orang dengan kecenderungan genetik dengan sifat yang mendasari gangguan kepribadian lebih rentan untuk mengembangkan gangguan kepribadian, jika mereka menghadapi pengaruh lingkungan tertentu, seperti menjadi terbelakang dalam keluarga disfungsional.
*       Respon Emosi Yang Kurang ; Orang dengan kepribadian antisosial dapat mengendalikan diri dalam situasi tekanan di mana pada kebanyakan orang akan menyebabkan kecemasan. Ketidakcemasan dalam menghadapi situasi yang mengancam dapat menjelaskan kegagalan hukuman untuk membuat orang-orang antisosial menghentikan perilaku sosialnya.
*       Reaktivitas Sistem Saraf Otonom ; Ketika orang-orang cemas telapak tangannya akan cenderung berkeringat yang disebabkan oleh kelenjar keringat yang aktivitasnya meningkat. Respon kulit ini disebut Galvanic Skin Response (GSR). Orang dengan kepribadian antisosial memiliki tingkat GSR yang lebih rendah dari pada orang normal. Hal ini menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom kurang responsif.
*       The Crafting for Stimulation Model ; Quaiy menyatakan bahwa kepribadian antisosial membutuhkan rangsangan di atas ambang normal untuk mengoperasikan emosi pada puncak efisiensi. Mereka juga lebih cepat jenuh oleh perubahan rangsangan daripada orang normal. Ambang yang lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kejahatan atau perilaku yang nekat.
*       Perbedaan Pola Gelombang Otak ; Electroencephalograph (EEG) telah digunakan untuk mendeteksi perbedaan biologis kepribadian antisosial. Disimpulkan bahwa cerebral cortex yang berperan dalam berpikir dan belajar matang lebih lambat pada orang dengan kepribadian antisosial. Bentuk gelombang otak yang abnormal dimulai dari kerusakan sistem limbik yang dianggap mengatur emosi-emosi dasar seperti takut dan kecemasan. Kerusakan pada bagian ini menjelaskan bagaimana ancaman hukuman gagal digunakan untuk menghambat perilaku maladaptif pada orang antisosial.
*      Perspektif Sosiokultural
Kondisi sosial dapat menyebabkan gangguan kepribadian. Dampak dari kemiskinan, penyakit urban dan penyalahggunaan obat dapat menuntun pada disorganisasi dan disintegrasi keluarga, membuat anak semakin kurang menerima pengasuhan dan dukungan yang mereka perlukan untuk mengembangkan pola perilaku yang adaptif secara sosial. Hal ini mengakibatkan anak menjadi kurang empati, tidak mempunyai perasaan, dan tidak menghormati keselamatan orang lain. Teoretikus sosiokultural yakin bahwa faktor seperti itu dapat mendasari perkembangan gangguan kepribadian, terutama gangguan kepribadian antisosial.
*      TREATMENT
Tidak ada treatmen yang paling tepat, atau tidak mutlak menggunakan satu pendekatan dari teori tertentu tetapi dapat dikombinasikan antara pendekatan-pendekatan yang ada. Terapis dari berbagai aliran mencoba membantu orang yang mengalami gangguan kepribadian umtuk mencapai kesadaran yang lebih baik dengan mengubah pola perilaku self-defeating dan belajar untuk lebih beradaptasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Selain itu, dapat pula diterapkan penggunaan terapi psikodinamika yang relatif berjangka pendek dan pendekatan penanganan kognitif-behavioral, yaitu dengan jalan menelusuri jalan pikiran untuk mencari tahu masalah kemudian memperbaiki encodingnya.

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat