Seminar Psikologi Transpersonal

Seminar Psikologi Transpersonal.

Asesmen Pegawai

Asesmen Pegawai.

Proses Rekrutmen Karyawan

Proses Rekrutmen Karyawan.

Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris Menggunakan Flash Card

Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris Menggunakan Flash Card.

Pelatihan Psikologi Transpersonal Dalam Menjawab Realita Kehidupan

Pelatihan Psikologi Transpersonal Dalam Menjawab Realita Kehidupan.

Senin, 23 Mei 2016

TUGAS MAHASISWA PABK 6A
1.      Analisis Film Autisme (kerjakan secara kelompok)
a.       Sebutkan minimal 5 gejala autism yang ada pada film tersebut.
b.      Kesimpulan apa yang dapat anda Tarik dari film tersebut
2.      Analisis Kasus Alvaro berikut ini:
Alvaro adalah anak berusia kurang dari 3 tahun yang lahir pada 2 Januari 2009. Di sekolah Alvaro terkenal dengan keusilannya. Sering kali Alvaro mengambil tugas temannya kemudian merusaknya terus langsung pergi begitu saja. Alvaro dalam pandangan guru, orang tua dan pengasuhnya termasuk anak yang aktif. Alvaro sering berlari-lari dikelas, memanjat dan berkegiatan sendiri. Alvaro pandai bercerita, dia memiliki energi yang banyak dalam bercerita. Bahkan sebelum tidur pun Alvaro sering bercerita selama berjam-jam tentang kegiatannya dia selama seharian ini.
Apakah Alvaro dapat dikategorikan kedalam gangguan ADHD? Jelaskan mengapa anda berkata iya atau tidak (kerjakan secara kelompok)
3.      UTS (kerjakan secara individual): Review salah satu jurnal Retardasi Mental atau buatlah suatu treatment nyata di lingkungan anda pada anak-anak yang mendapatkan label tertentu dan jabarkan apa yang telah anda lakukan.


TUGAS MAHASISWA PABK 6B
1.      Analisis Film Autisme (kerjakan secara kelompok)
a.       Sebutkan minimal 5 gejala autism yang ada pada film tersebut.
b.      Kesimpulan apa yang dapat anda Tarik dari film tersebut
2.      Buatlah salah satu chaining perilaku (kerjakan secara kelompok)
Contoh:
Chaining perilaku makan bubur:
a.       Ambil sendok dengan tangan kanan
b.      Pegang sendok
c.       Masukkan sendok yang dpegang kedalam piring (mangkuk)
d.      Isi sendok dengan bubur
e.       Sendok yang berisi bubur didekatkan ke mulut
f.        Masukkan sendok berisi bubur ke dalam mulut
g.      Dst…
3.      UTS (kerjakan secara individual): Review salah satu jurnal Retardasi Mental atau buatlah suatu treatment nyata di lingkungan anda pada anak-anak yang mendapatkan label tertentu dan jabarkan apa yang telah anda lakukan.

  
TUGAS MAHASISWA PABK 6C
1.      Analisis Film Autisme (kerjakan secara kelompok)
a.       Sebutkan minimal 5 gejala autism yang ada pada film tersebut.
b.      Kesimpulan apa yang dapat anda Tarik dari film tersebut
2.      Analisis Kasus Alvaro berikut ini:
Alvaro adalah anak berusia kurang dari 3 tahun yang lahir pada 2 Januari 2009. Di sekolah Alvaro terkenal dengan keusilannya. Sering kali Alvaro mengambil tugas temannya kemudian merusaknya terus langsung pergi begitu saja. Alvaro dalam pandangan guru, orang tua dan pengasuhnya termasuk anak yang aktif. Alvaro sering berlari-lari dikelas, memanjat dan berkegiatan sendiri. Alvaro pandai bercerita, dia memiliki energi yang banyak dalam bercerita. Bahkan sebelum tidur pun Alvaro sering bercerita selama berjam-jam tentang kegiatannya dia selama seharian ini.
Apakah Alvaro dapat dikategorikan kedalam gangguan ADHD? Jelaskan mengapa anda berkata iya atau tidak (kerjakan secara kelompok)
3.      UTS (kerjakan secara individual): Review salah satu jurnal Retardasi Mental atau buatlah suatu treatment nyata di lingkungan anda pada anak-anak yang mendapatkan label tertentu dan jabarkan apa yang telah anda lakukan.



TUGAS MAHASISWA BK VIA dan VIB
1.      Tulislah sebuah artikel atau opini/pendapat tentang peranan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam mengembangkan perilaku yang sehat pada peserta didik, dengan ketentuan:
a.       Judul tulisan bebas asal sesuai dengan topik di atas.
b.      Panjang tulisan minimal 5 paragraf dan 3 lembar A4
c.       Cantumkan referensi yang dipakai untuk tulisan tersebut.
d.      Di bawah tulisan, cantumkan identitas anda meliputi : NAMA LENGKAP, TINGKAT PRODI / KELAS, dan NIM.
e.       Kerjakan secara berkelompok
2.      UTS (kerjakan secara individual):
Heron adalah siswa kelas XI di sekolah SMAN I Jakarta, Heron merupakan salah satu murid yang dibanggakan oleh para guru dan teman- temannya karena prestasinya yang mengagumkan, baik dalam akademik maupun non akademik (organisasi ekstrakurikuler). Pujian dan simpati masyarakat sekolah membuat Heron merasa bahwa hanya Heronlah yang paling pandai diantara teman- temannya yang lain, terlebih hal itu hingga membuat Heron menjadi seseorang yang suka membangkang kepada kedua orangtuanya, tidak mau membantu orangtuanya, Heron menganggap tanpa orang tua ia dapat menjadi orang yang dibanggakan atau diandalkan orang lain.
1.       Apa langkah saudara menanggapi permasalahan tersebut sebagai seorang professional konselor? Jelaskan!
2.       Bayangkan anda hendak mewawancarai Heron dan orangtuanya, pertanyaan apakah yang hendak anda tanyakan kepada mereka? (Tulislah minimal 10 pertanyaan anda)
3.       Langkah dan upaya apakah yang bisa anda lakukan sebagai seorang professional untuk memberikan saran dan masukan kepada guru atau pihak sekolah?
4.       Berdasarkan blind case di atas, apakah anda merasa perlu melakukan home visit atau kunjungan rumah? Jika iya, apakah yang anda lakukan saat kunjungan tersebut?
5.       Bagaimana cara anda sebagai seorang professional untuk menyelesaikan persoalan seperti kasus di atas? Apa yang akan anda lakukan dalam proses konseling?
CATATAN:
a)       Kerjakan secara individual (perorangan) dan cantumkan nama, NIM, beserta kelas apa anda. Misalnya Ricardo Gorbacev NIM: 1234567890, Kelas VI C.
b)      Dikumpulkan berdasarkan jadwal UTS yang telah disepakati kelas masing-masing. Jika masih ragu hubungi ketua kelas masing-masing.
c)       Apabila anda tidak mengumpulkan tugas ini berarti nilai UTS anda akan kosong. Jadi tugas ini bersifar WAJIB dikerjakan.
d)      Penundaan pengumpulan tugas ini tanpa pemberitahuan kepada dosen pengampu dianggap sebagai ketidakadaan nilai UTS anda. Hubungi 0815738888666 apabila anda tidak bisa mengumpulkan tugas tepat waktu karena alasan yang masuk akal.
e)       Terima Kasih… J




TUGAS MAHASISWA PSIKOLOGI OLAHRAGA VIA dan VIB
1.      Analisislah sebuah tim sepakbola baik dalam kancah nasional maupun internasional. Jelaskan apa yang telah mereka lalui hingga mengalami kesuksesan saat ini. (Kerjakan berkelompok)
2.      UTS (kerjakan secara individual): Analisis kasus berikut ini:
REJOSO – Sekitar 50 suporter sepak bola asal Malang, kemarin diamankan di Mapolres Pasuruan Kota. Mereka diamankan lantaran diduga menganiaya pengguna jalan yang melintas di Jalan Raya Rejoso, tepatnya di Desa Kemantren, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bromo menyebutkan, aksi dugaan penganiayaan itu terjadi dini hari. Peristiwa bermula saat rombongan suporter tim sepak bola asal Malang itu, hendak  melakukan perjalanan ke Bali  untuk menyaksikan tim  kesayangannya bertanding di  Bali Island Cup.
Rombongan itu berangkat dengan menggunakan sejumlah kendaraan. Ada yang menaiki mobil pribadi, ada pula naik bus pariwisata. Sekitar pukul 03.00, rombongan itu melintas di Jalan Raya Kemantren. Kebetulan di dekat perlintasan lori (kereta untuk mengangkut tebu), terjadi kecelakaan  beruntun kala itu.
“Laporan awalnya, sebuah mobil pikap saat hendak berjalan di perlintasan rel lori, memelankan kendaraannya. Mungkin karena perlintasan cukup tinggi, mobil itu harus melambatkan lajunya,” beber Iptu Jayadi, kanitlaka Satlantas Polres  Pasuruan Kota.
Ketika melambatkan mobilnya itulah, tiga mobil yang ada di belakangnya harus mendadak mengerem. Namun, satu mobil yang berada persis di belakang mobil pikap, menabrak cukup kencang. Tabrakan kendaraan sempat  terjadi cekcok mulut antara para pengemudi.
Insiden inilah yang mengawali terjadinya penganiayaan. Entah mengapa, tiba-tiba ada beberapa suporter lalu turun dan memukuli Misnadi, warga  Probolinggo. Akibat pukulan itu,  Misnadi mengalami sejumlah luka di bagian wajahnya.
Beruntung saat insiden terjadi, polisi cepat tiba di lokasi. Kebetulan dini hari kemarin, polisi baru saja mengamankan jalan  raya Kraton yang terjebak banjir. Polisi datang sesaat setelah peristiwa pengeroyokan terjadi.  Satlantas yang juga dibantu  personel dari Polres Pasuruan Kota, juga meminta agar kendaraan yang terlibat kecelakaan,  dibawa ke mapolresta.
Saat itu seluruh suporter yang  mengendarai 3 mobil plus satu bus pariwisata, menaati permintaan polisi. Mereka pun terpaksa putar balik ke arah Kota Pasuruan. Di mapolresta, seluruh suporter dimintai keterangannya. Mereka juga didata satu per satu. Bahkan, sidik jari mereka ikut dimasukkan dalam identifikasi.
Pendataan ini berlangsung sampai kemarin pagi. Dari pendataan itu, rata-rata suporter ini berasal  dari Kota Malang. Tak sedikit dari mereka yang juga wanita. Setelah didata, mereka dikumpulkan di halaman depan gedung  Abdurahman Saleh.
Di sana  mereka yang sebagian besar  menyembunyikan atribut timnya, diminta berbaris. Beranjak semakin siang, mereka  pun mulai lelah dan pesimistis  bisa berangkat menuju Bali. “Kalau sudah jam segini  (pukul 09.00), ya ndak nututi (tidak sampai). Kalau naik pesawat mungkin bisa,” tutur Andri,   salah satu suporter.
Ditanya soal insiden pengeroyokan, Andri mengaku tidak tahu. Sebab, bus yang dikendarainya, hanya diminta berhenti oleh polisi. Dia pun tak yakin bahwa telah terjadi insiden pengeroyokan. Hanya saja, polisi meyakini bahwa di antara puluhan suporter tersebut, ada yang telah bertindak  anarkistis dan menyebabkan korban luka-luka.
“Korban sempat kami konfrontir dan kami minta agar menunjuk  pelakunya. Tetapi, korban mengaku  tidak ingat lantaran saat kejadian, masih dini hari,” beber salah satu petugas. Kompol Sutiswono, kabag Ops Polres Pasuruan mengatakan, pihaknya berupaya mengamankan  dan sampai siang kemarin,  penyelidikan masih dilakukan.  Polisi hanya khawatir terjadi aksi  balasan.
“Kasus ini masih didalami Satreskrim,” terang Sutiswono mendampingi Kapolresta AKBP Yong Ferrydjon. Sampai berita ini diturunkan sore kemarin, sejumlah suporter masih diperiksa intensif. Mereka pun bersikeras bahwa tidak  melakukan penganiayaan ataupun pengeroyokan. (radar)
1.      Analisis kasus di atas berdasarkan sudut pandang psikologi dalam bidang olahraga?
2.      Upaya apakah yang bisa dilakukan agar kejadian serupa tidak lagi terulang?
Jawablah pertanyaan di atas dengan lugas dan komunikatif. Syarat pembuatan tugas:
a.       Minimal 3 halaman kertas A4
b.      Mencatumkan nama, NIM, dan kelas apa.
c.       Dikumpul sesuai jadwal UTS yang telah disepakati kelas.



TUGAS MAHASISWA PSIKOLOGI UMUM
1.      Analisislah seorang atlit dan kiat suksesnya berdasarkan ilmu psikologi yang telah dipelajari (kerjakan secara berkelompok)
2.      Bagaimana supaya masyarakat mempersepsikan bahwa STKIP Muhammadiyah Sorong adalah sebuah perguruan tinggi yang unggul, beretika, dan professional? (Kerjakan berkelompok)
3.      Analisislah kasus di bawah ini berdasarkan teori belajar (kerjakan berkelompok)
Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang tua Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian rupa membuat orang tuanya luluh juga.
           Setelah beberapa lama berada disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit, Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama kelamaan, ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali mengerjai Jono. Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus. Prestasi belajar mulai menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
            Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang selama ini selalu rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya. Akhirnya muncul juga keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini, namun itu hanya tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia tetap menjalankan kebiasaan buruk ini.
4.      UTS (Kerjakan individual): Analisis kasus di bawah ini:
Anakku Malas Belajar
Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, entah mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR)  ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.  Pentingnya belajar tanpa harus dibicarakan panjang lebar pasti sudah disadari oleh seluruh orangtua.
Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya terlalu banyak bermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar. Bahkan kalau anak sangat rajin belajar, pastilah orangtua memamerkannya ke orang-orang dengan nada bangga, "Iya loh Pak Dani, anak saya itu belajarnya rajin sekali. Pulang sekolah belajar, bangun tidur siang belajar, terus malam kalau bapaknya sudah pulang ya belajar lagi. Makanya anak saya itu pintar sekali, apa-apa tahu. Kadang-kadang malah saya yang nggak tahu".
Lain lagi kalimatnya jika anak terlalu banyak bermain, "Aduuuuuuh Pak Dani, anak saya ini kerjanya main melulu.... Siang main, sore main, malam juga main. Saya dan bapaknya kalau mau menyuruh dia belajar, harus teriak-teriak dulu, mengancam dulu, baru dia mau belajar. Pusing saya jadinya. Sudah begitu perkalian saja tidak hafal".   
Pertanyaan:
Jawablah pertanyaan dibawah ini berdasarkan kasus di atas dan menggunakan teori yang sudah dipelajari sebelumnya.
1.      Menurut anda mengapa anak mudah menjadi malas belajar? Faktor-Faktor apasajakah yang dapat membuat anak menjadi malas?
2.      Jelaskan mengapa hal seperti dicerita tersebut dapat terjadi berdasarkan teori belajar dan motivasi !
3.      Bagaimana caranya untuk memberikan dorongan bagi anak agar anak mau belajar?
4.      Bagaimana pola pembelajaran yang efektif menurut ilmu psikologi?
5.      Jika anda menemukan anak yang oleh orangtuanya disebut malas belajar, apa yang dapat anda lakukan sebagai seorang professional?






Kecemasan dalam Olahraga



A. Pendahuluan

Kecemasan adalah kondisi yang umum dihadapi oleh siapa saja saat akan menghadapi sesuatu yang penting, termasuk juga para atlet. Rasa cemas muncul karena ada bayangan-bayangan yang salah berkaitan dengan pertandingan yang akan dihadapi. Gambaran tentang musuh yang lebih kuat, tentang kondisi fisik yang tidak cukup bagus, even yang sangat besar atau semua orang menaruh harapan yang berlebihan bisa mengakibatkan adanya kecemasan yang berlebihan.
Kecemasan tidak selalu  merugikan, karena pada dasarnya rasa  cemas berfungsi
sebagai mekanisme kontrol terhadap diri untuk tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi. Namun, jika level kecemasan sudah tidak terkontrol sehingga telah mengganggu aktivitas tubuh, maka hal itu jelas akan sangat mengganggu.
Secara sederhana kecemasan atau dalam bahasa psikologi biasa disebut dengan anxiety di definisikan sebagai aktivasi dan peningkatan kondisi emosi (Bird, 1986). Peningkatan dan aktivasi ini didahului oleh sebuah kekhawatiran dan kegelisahan atas apa yang akan terjadi. Dalam konteks pertandingan, tentu saja berkaitan dengan lawan dan harapan-harapan baik yang berasal dari diri sendiri maupun orang lain. s



B. Definisi Arousal, Cemas dan Stress
Secara umum, ada tiga istilah yang penggunaannya mirip satu sama lainnya, yakni Arousal, Anxiety (kecemasan), dan Stress. Ketiga hal tersebut tidak jarang saling tumpang tindih. Sebelumembahas tentang kecemasan lebih  lanjut, terlebih  dahulu kita bahas definisi dari ketiga istilah tersebut.

Arousal adalah aktivasi fisiologi dan psikologi secara umum yang bervariasi dari tidur nyenyak  sampai  kesengangan  yang  sangat  intens  (Gould  &  Krane,  1992  dalam  Jarvis,
1999). Pada saat  seseorang dalam kondisi tidur, atau melamun atau sedang bersantai,
maka orang tersebut bisa dikatakan sedang berada dalam kondisi arousal yang rendah, sedangkan ketika seseorang sedang menonton film komedi yang sangat lucu, atau marah atau sedih, maka dia dikatakan sedang dalam kondisi arousal yang tinggi.

Anxiety (kecemasan) adalah kondisi emosi negatif ditandai perasaan gugup, kuatir dan takut dan diikuti oleh aktivasi atau arousal dalam tubuh (Weinberg & Gould, 1995 dalam Jarvis, 1999). Bisa dikatakan bahwa kecemasan adalah arousal yang tidak nyaman. Cemas adalah kombinasi antara intensitas perilaku dan arah dari emosi yang lebih bersifat negatif (Bird, 1986).

Stress   adala prose dimana   seoran individ meras menerima   tekana dan meresponnya dengan serangkaian perubahan-perubahan fisik dan psikis termasuk meningkatkan arousal dan merasakan cemas. Jadi, stress mempunyai dimensi yang lebih luas dibandingkan arousal dan anxiety. Kita merasakan stres ketika berhadapan dengan


tuntutan yang sulit untuk kita penuhi dan akan berdampak serius jika tidak dilaksanakan. Jika stres berlangsung lama dan dengan kuantitas serta kualitas yang tinggi, maka akan menjadi gangguan emosi yang berbahaya.

C. Jenis-Jenis Kecemasan

1. State and trait anxiety
Spielberger (1966, dalam Jarvis, 1999) membagi kecemasan menjadi 2, yaitu State
Anxiety dan Trait anxiety:
a State anxiety atau biasa disebut sebagai A-state. A-state ini adalah kondisi cemas berdasarkan situasi dan peristiwa yang dihadapi. Artinya situasi dan kondisi lingkunganlah yang menyebabkan tinggi rendahnya kecemasan yang dihadapi. Sebagai contoh, seorang atlet akan merasa sangat tegang dalam sebuah perebutan gelar  juara  dunia.  Sebaliknya,  tidak  begitu  tegang  saat  menjalani  pertandingan dalam kejuaraan nasional.
b Trai anxiet ata bias disebu denga A-trait Trai anxiet adala level
kecemasan yang secara alamiah dimiliki oleh seseorang. Masing-masing orang mempunyai potensi kecemasan yang berbeda-beda. Dalam A-trait ini tingkat kecemasan yang menjadi bagian dari kepribadian masing-masing atlet. Ada atlet yang mempunyai kepribadian yang peragu begitupun sebaliknya.

2. Kecemasan somatis dan kognitif
Selain  pembedaan  di  atas,  kecemasan  bisa  dibedakan  menjadi  dua  lagi,  yakni
kecemasan somatis (somatic anxiety) dan kecemasan kognitif (cognitive anxiety).
a Kecemasan somatik (somatic anxiety) adalah perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan munculnya rasa  cemas.  Somatic anxiety  ini merupakan tanda- tanda fisik saat seseorang mengalami kecemasan. Tanda-tanda tersebut antara lain: Perut mual, keringat dingin, kepala terasa berat, muntah-muntah, pupil mata melebar, otot menegang dan sebagainya. Untuk mengukur kecemasan jenis ini dibutuhkan pemahaman yang mendalam dari atlet terhadap kondisi tubuhnya. Atlet harus selalu sadar dengan kondisi fisik yang mereka rasakan.
b Kecemasan Kognitif (cognitive anxiety) adalah pikiran-pikiran cemas yang muncul
bersamaan dengan kecemasan somatis. Pikiran-pikiran cemas tersebut antara lain: kuatir, ragu-ragu, bayangan kekalahan atau perasaan malu. Pikiran-pikiran tersebut yang membuat seseorang selalu merasa dirinya cemas. Kedua jenis rasa cemas tersebut terjadi secara bersamaan, artinya ketika seorang atlet mempunyai keragu- raguan saat akan bertanding, maka dalam waktu yang bersamaan dia akan mengalami kecemasan somatis, yakni dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis.



D. Anxiety dan Penampilan


Hubungan Antar Arousal dan Penampilan a. Hipotesis U-terbaik
Teori awal yang menjelaskan tentang anxiety ini adalah Hipotesis U-terbaik. Dalam
teori ini anxiety dikatakan memberi pengaruh yang besar terhadap penampilan. Setiap tugas atau gerakan mempunyai tingkat arousal tertentu untuk mencapai optimum. Seorang atlet akan tampil dan mengeksekusi gerakan dengan sangat baik jika berada di level optimum arousal tadi. Jika arousal berada di bawah titik optimum tersebut, maka penampilan tidak akan maksimal.



b. Drive Theory
Menurut teori drive (dorongan), ada 3 faktor yang mempengaruhi penampilan atlet, yaitu: tingkat kerumitan tugas (task complexity), arousal dan kebiasaan (Learned habits). Menurut teori ini, semakin tinggi arousal yang dialami atlet, maka penampilannya akan selalu  meningkat.  Hubungan  antara  arousal  dan  penampilan  diformulasikasebagai berikut:

Perfomance = Habit strength (arousal) X drive

Habit strength merujuk pada proses belajar sebelumnya dalam menyelesaikan tugas tertentu, sedangkan drive merupakan tingkatan arousal bagseseorang. Jadi  kombinasi antara kondisi peningkatan kondisi (arousal)  dapengalaman serta  hasil  belajaakan menghasilkan penampilan yang lebih baik. Jika salah satu faktor mengalami penurunan, maka penampilan juga akan mempengaruhi penampilan di lapangan.





Hubungan antara Kecemasan dan Penampilan a. Model Catastrophe
Model ini merupakan penyempurnaan dari hipotesis U-terbalik. Menurut teori ini,
terkadang seorang atlet mengalami penurunan secara drastis dalam penampilannya meskipun tingkat arousalnya masih cukup tinggi. Penurunan drastis inilah yang disebut dengan catastrophe.


b. Zone of Optimal Functioning
Teori lain yang merupakan pengembangan dari teori Hipotesis U-terbalik adalah
teori Zone of Optimal Functioning (ZOF). Menurut teori ini, masing-masing individu mempunyai zona optimal tersendiri yang mengakibatkan masing-masing individu mempunyai dampak atas anxiety yang berbeda-beda.



Menurut gambar di atas, atlet A mempunyai level kecemasan yang rendah, atlet B mempunyalevel  kecemasan  menengah  daatlet  C  mempunyalevel  kecemasan  yang tinggi. Teori ini membawa dampak bahwa seorang pelatih harus benar-benar memahami kondisi mental para atletnya untuk menentukan program yang sesuai dengan dirinya.

E. Penyebab Kecemasan
Berikut ini beberapa hal yang bisa mempengaruhi tingkat kecemasan seorang atlet
menjelang pertandingan atau pada saat latihan. Faktor yang menjadi penyebab ini dibagi menjadi dua, yakni yang berasal dari lingkungan dan yang berasal dari diri sendiri.


A. Faktor Lingkungan
1. Jenis pertandingan yang diikuti
Jenis pertandingan akan sangat menentukan bagaimana kecemasan seorang atlet
muncul. Sebagai contoh, seorang pemain sepakbola tentu saja akan lebih merasa cemas dibandingkan dengan pertandingan persahabatan. Hal ini dikarenakan tekanan terhadap para pemain untuk level piala dunia lebih berat dibandingkan dengan pertandingan persahabatan. Namun, level kompetisi ini juga ditentukan oleh persepsi individual dari para atlet. Ada atlet yang menganggap penting untuk satu level kompetisi, tapi ada pula yang menganggapnya kurang penting.

2. Harapan atas penampilan
Harapan bisa datang dari diri sendiri maupun orang lain. Harapan menjadi sumber kecemasan ketika seorang atlet tidak merasa mampu atau siap dalam menghadapi pertandingan. Harapan ini juga ditentukan oleh level pertandingan dan lawan yang dihadapi. Harapan yang terlalu besar dengan lawan yang berat serta bertanding di level kompetisi yang ketat, maka atlet akan sangat mungkin mengalami rasa cemas.

3. Ketidakpastian
Ketidakpastian disini bisa diartikan sebagai ketidaktahuan atlet terhadap apa yang
akan dihadapi dalam pertandingan. Hal ini bisa disebabkan oleh kekuatan lawan yang tidak terdeteksi atau kondisi lapangan atau bahkan situasi penonton yang akan menyaksikan. Ketidakpastian cenderung membuat seorang atlet menjadi ragu-ragu dan tidak mempunyai dasar untuk mempersiapkan diri.

B. Faktor Individu
1. Trait Anxiety
Faktor individu pertama yang sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seorang atlet adalah kondisi trait anxiety-nya. Trait anxiety adalah kecenderungan level kecemasan yang merupakan bagian dari kepribadian seorang atlet. Jika atlet tersebut mempunyai trait anxiety yang tinggi, maka sangat mungkin atlet tersebut akan lebih mudah merasa cemas ketimbang atlet yang mempunyai tingkat trait anxiety yang rendah.
Trait anxiety merupakan hasil belajar dalam jangka waktu yang sangat lama. Faktor
keluarga dan lingkungan terdekat sangat mempengaruhi level trait anxiety dari seorang atlet. Jika dari kecil atlet tersebut mendapat contoh yang membuat dia takut, ragu-ragu, cemas atau kuatir, maka atlet tersebut relatif akan meniru dan mencontoh yang akhirnya perlahan akan masuk menjadi bagian dari ciri kepribadian.

2. Self esteem dan self Efficacy (kepercayaan diri)
Self Esteem adalah bagaimana perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Sedangkan
self efficacy adalah keyakinan tentang kemampuan yang kita miliki. Self efficacy sangat dengan dengan kepercayaan diri seorang atlet. Tingkat kepercyaan diri yang tinggi cenderung akan membuat seorang atlet lebih mudah mengatasi kecemasan yang muncul dibandingkan atlet yang tingkat kepercayaan dirinya rendah. Kepercayaan diri adalah bagaimana seseorang memandang kemampuannya yang berhubungan dengan tugas yang akan dihadapi. Jika seorang atlet merasa mampu dan bisa mengatasi lawan, maka tingkat kecemasannya cenderung akan rendah.




F. Mengatasi Kecemasan
Secara umum, kecemasan muncul karena persepsi yang terlalu berlebihan. Karena melibatkan  persepsi  yang  merupakan  proses  kognitif,  maka  proses  penanganan  yang paling sering dilakukan adalah memperbaiki proses kognitif dari seorang atlet. Berikut ini beberapa teknik untuk mengatasi kecemasan.

1. Relaksasi
Metode ini mendasarkan pada adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kecemasan somatis (somatic anxiety) dan kecemasan kognitif (cognitive anxiety). Hal ini berarti  bahwa  ketika  seseorang  mengalamkecemasan,  maka  fisiknya  akan  merespon yakni dengan munculnya ketegangan-ketegangan otot. Untuk mengatasinya maka otot-otot tubuh harus dibuat rileks dan menghilangkan ketegangan. Teknik inilah yang disebut sebagai teknik relaksasi.

2. Imagery
Imagery disebut juga sebagai visualisasi. Teknik imagery adalah sebuah proses membuat bayangan secara nyata tanpa didahului oleh adanya stimulus dari luar. Proses pembayangan ini lebih diutamakan melibatkan indera-indera yang dimiliki oleh manusia. Proses imagery ini  penting dalarangka mempersiapkan mentasekaligus otot untuk menghadapi pertandingan. Dengan membuat gambaran yang tepat berkaitan dengan apa yang akan dilakukan, maka seorang atlet bisa mengurangi rasa kuatirnya.

3. Goal Setting
Membuat  target  penting  untuk  meningkatkan  performa.  Menggunakan  teknik
pembuatan  target  akan  mengarahkapikiran  seorang  atlet  untuk  mencapai  sesuai targetnya dan tidak memikirkan hal lain yang tidak berkaitan dengan target. Ada beberapa syarat agar teknik goal setting ini berfungsi maksimal, yaitu:
1 Target harus spesifik.
2 Target harus bisa diukur.
3 Target yang relatif sulit akan lebih baik ketimbang target yang terlalu mudah.
4 Target jangka pendek akan berguna untuk mencapai target jangka panjang.
5 Target   yan menyasar   ppenampilan  akan   lebih   baik   ketimbang  targe yang memfokuskan pada hasil.
6 Target harus dituliskan dan selalu diawasi.
7 Target harus mendapat kesepakatan dari atlet dan pelatih.
Ketujuh panduan tersebut harus terpenuhi untuk memastikan berhasilnya teknik goal setting ini. Jika atlet berfokus pada targetnya, maka kecemasan akan relatif teratasi karena atlet akan berkonsentrasi penuh pada target yang harus dicapai.

4. Self Talk
Teknik  terakhir  adalah  berbicara  pada  diri  sendiri.  Secara  prinsip,  teknik  ini
sebenarnya  menitikberatkan  pada  pengalihan  fokus  dari  eksternal  ke  arah  internal.


Terkadang seorang atlet yang hendak bertanding merasa ragu dan cemas akan hasil yang akan mereka capai, keragu-raguan ini harus segera disingkirkan dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia mampu. Self talk yang sukses adalah ketika seorang atlet mampu menyingkirkan pikiran-pikiran ragu  dan  takut  tadi  dan  menggantinya dengaucapan- ucapan yang optimis.



jadwal-sholat