Kamis, 28 April 2016

Fisiologis Otak Depresi


Faktor fisiologis dapat mempengaruhi kondisi emosi seseorang, demikian pula sebaliknya. Terdapat perubahan struktur otak pada penderita depresi, yaitu membesarnya hipotalamus dan kelenjar pituari (Ainsworth, 2000). Pada penderita depresi, juga terdapat perubahan dalam area prefontal otak; bagian yang bertanggungjawab mengontrol neurotransmitter dan berperan dalam meregulasi emosi, yang menyebabkan terjadinya perubahan kadar neurotransmitter. Rendahnya kadar norepinephrine ditemukan pada pasien depresi dan kadar serotonin yang lebih rendah ditemukan pada pasien yang pernah mencoba bunuh diri. Rendahnya kadar serotonin juga berhubungan dengan perilaku impulsif dan kekerasan (Ainsworth, 2000).  
Pada penderita depresi juga terjadi penurunan tingkat aktivitas dikarenakan terjadi penurunan tingkat oksigen atau kadar glukosa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kelenjar adrenal, kelenjar pituari, dan hipotalamus. Kelenjar adrenal merupakan bagian yang saling bekerja sama dengan kelenjar pituari dan hipotalamus. Saat hipotalamus melepaskan hormon adrenocorticotropic (adrenocoticotropic hormone/ACTH), kelenjar adrenal memproduksi glucocorticoid; steroid yang mempengaruhi aktivitas fisik, seperti metabolisme glukosa, reaksi stres, dan fungsi kekebalan tubuh (Ainsworth, 2000). Penurunan kadar adrenocorticotropic dapat menurunkan tingkat aktivitas dan meningkatkan risiko depresi (Ainsworth, 2000). Di lain pihak, pasien depresi biasanya mengalami penurunan sensitivitas area lobus frontal terhadap efek kimia yang diproduksi oleh sistem hipotalamus-kelenjar adrenal-kelenjar pituari. Padahal sistem tersebut mempengaruhi tingkat konsentrasi berbagai neurotransmitter, seperti serotonin, norepinephrine, asetil kolin, dan GABA; berbagai zat kimia yang berasosiasi dengan perubahan emosi, termasuk depresi (Ainsworth, 2000).
Depresi tidak hanya saling mempengaruhi fungsi otak namun juga fungsi tubuh yang lainnya. Salah satu yang berperan dalam perubahan mood adalah hormon. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang berperan untuk memproduksi hormin. Bila kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon dalam jumlah cukup (hipotiroid). Kelenjar tiroid merupakan kelenjar pusat produksi hormon yang mempengaruhi sebagian besar bagian tubuh. Bila kelenjar terlalu sedikit memproduksi hormon tiroid, akan muncul kondisi yang disebut hipotiroid. Bila terjadi hipotiroid, tubuh akan menyesuaikan dengan cara memperlambat metabolisme (Ainsworth, 2000). Pasien hipotiroid akan lamban, lelah sepanjang waktu, mengalami kenaikan berat badan, mengalami pembengkakan anggota tubuh, dan terjadi penurunan detak jantung, sembelit, dan perubahan pada kulit serta rambut. Pasien hipotiroid juga mengalami simtom-simtom depresi ringan hingga parah, meliputi kehilangan energi, gangguan tidur dan nafsu makan, mudah menangis, mood depresif, dan penurunan proses mental dan memori (Ainsworth, 2000).
Bila kelenjar terlalu banyak memproduksi hormon tiroid, tubuh akan menyesuaikan dengan cara mempercepat metabolisme. Kondisi ini disebut hipertiroid, yang dapat mengakibatkan proses mental yang terlalu cepat, kebingungan mental, dan psikotik (Ainsworth, 2000). Di lain pihak, produksi hormon tiroid yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan depresi mayor (Ainsworth, 2000).





0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat