Faktor fisiologis dapat
mempengaruhi kondisi emosi seseorang, demikian pula sebaliknya. Terdapat
perubahan struktur otak pada penderita depresi, yaitu membesarnya hipotalamus
dan kelenjar pituari (Ainsworth, 2000). Pada penderita depresi, juga terdapat
perubahan dalam area prefontal otak; bagian yang bertanggungjawab mengontrol
neurotransmitter dan berperan dalam meregulasi emosi, yang menyebabkan
terjadinya perubahan kadar neurotransmitter. Rendahnya kadar norepinephrine
ditemukan pada pasien depresi dan kadar serotonin yang lebih rendah ditemukan
pada pasien yang pernah mencoba bunuh diri. Rendahnya kadar serotonin juga
berhubungan dengan perilaku impulsif dan kekerasan (Ainsworth, 2000).
Pada penderita depresi
juga terjadi penurunan tingkat aktivitas dikarenakan terjadi penurunan tingkat
oksigen atau kadar glukosa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kelenjar adrenal,
kelenjar pituari, dan hipotalamus. Kelenjar adrenal merupakan bagian yang
saling bekerja sama dengan kelenjar pituari dan hipotalamus. Saat hipotalamus
melepaskan hormon adrenocorticotropic (adrenocoticotropic
hormone/ACTH), kelenjar adrenal memproduksi glucocorticoid; steroid yang
mempengaruhi aktivitas fisik, seperti metabolisme glukosa, reaksi stres, dan
fungsi kekebalan tubuh (Ainsworth, 2000). Penurunan kadar adrenocorticotropic
dapat menurunkan tingkat aktivitas dan meningkatkan risiko depresi (Ainsworth,
2000). Di lain pihak, pasien depresi biasanya mengalami penurunan sensitivitas
area lobus frontal terhadap efek kimia yang diproduksi oleh sistem
hipotalamus-kelenjar adrenal-kelenjar pituari. Padahal sistem tersebut
mempengaruhi tingkat konsentrasi berbagai neurotransmitter, seperti serotonin,
norepinephrine, asetil kolin, dan GABA; berbagai zat kimia yang berasosiasi
dengan perubahan emosi, termasuk depresi (Ainsworth, 2000).
Depresi tidak
hanya saling mempengaruhi fungsi otak namun juga fungsi tubuh yang lainnya.
Salah satu yang berperan dalam perubahan mood adalah hormon. Kelenjar tiroid
merupakan kelenjar yang berperan untuk memproduksi hormin. Bila kelenjar tiroid
tidak memproduksi hormon dalam jumlah cukup (hipotiroid). Kelenjar tiroid
merupakan kelenjar pusat produksi hormon yang mempengaruhi sebagian besar
bagian tubuh. Bila kelenjar terlalu sedikit memproduksi hormon tiroid, akan
muncul kondisi yang disebut hipotiroid. Bila terjadi hipotiroid, tubuh akan
menyesuaikan dengan cara memperlambat metabolisme (Ainsworth, 2000). Pasien
hipotiroid akan lamban, lelah sepanjang waktu, mengalami kenaikan berat badan, mengalami
pembengkakan anggota tubuh, dan terjadi penurunan detak jantung, sembelit, dan
perubahan pada kulit serta rambut. Pasien hipotiroid juga mengalami
simtom-simtom depresi ringan hingga parah, meliputi kehilangan energi, gangguan
tidur dan nafsu makan, mudah menangis, mood depresif, dan penurunan proses
mental dan memori (Ainsworth, 2000).
Bila kelenjar terlalu banyak memproduksi
hormon tiroid, tubuh akan menyesuaikan dengan cara mempercepat metabolisme.
Kondisi ini disebut hipertiroid, yang dapat mengakibatkan proses mental yang
terlalu cepat, kebingungan mental, dan psikotik (Ainsworth, 2000). Di lain
pihak, produksi hormon tiroid yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan depresi
mayor (Ainsworth, 2000).
0 komentar:
Posting Komentar