Kamis, 22 Oktober 2015

Sejarah Terapi Naratif

Pada subpokok bahasan ini, akan dijelaskan secara singkat sejarah perkembangan terapi naratif. Penjelasan ini diperlukan untuk memberikan wawasan pada terapis mengenai asal mula terbentuknya paradigma naratif dan penerapannya hingga saat ini. Paradigma naratif dalam bidang keilmuan mulai dikenal pada tahun 1980-an, sejalan dengan pergerakan konstruksi sosial dan pendekatan interpretif lainnya dalam ilmu sosial, dan mendapatkan dukungan dari tradisi hermeneutik serta psikologi pemahaman narasi (psychology of narrative knowing).
Dalam terapi naratif, terbentuk asumsi implisit tentang sebab-musabab munculnya pemikiran (the social nature of the mind), sebagaimana peran bahasa dalam mengembangkan pemahaman intersubjektif. Morgan (2002) menyampaikan bahwa ketika seseorang mendengar tentang terapi naratif maka ia akan mengarah pada beberapa cara memahami identitas seseorang, permasalahan, dan pengaruh permasalahan tersebut pada kehidupannya. Terapi ini menawarkan cara-cara untuk membuka pembicaraan dengan klien tentang hidup dan permasalahan yang dialaminya.
Pada awalnya, terapi naratif berkembang dalam tradisi terapi keluarga sebagaimana telah dipraktekkan oleh para terapis Palo Alto di California yang memodifikasi praktek di lingkup keluarga untuk mengolah makna yang diberikan oleh keluarga tersebut atas peristiwa kehidupan yang telah mereka jalani. Model narasi dalam penggalian inquiri telah memberikan sumbangan pada ketertarikan baru atas pendekatan ideografik, yang disebut pendekatan studi kasus dan penggunaan informasi dari sejarah kehidupan personal. Pendekatan ini sangat membantu dalam menggeneralisasikan hipotesis dalam penelitian dan penyusunan pola induktif yang diperlukan untuk pengembangan teori. Karena perlunya melibatkan pemahaman atas konteks, terutama terkait dengan studi kasus, maka metode ini dianggap memiliki kekayaan dalam upayanya memaknai sesuatu. Berdasarkan alasan ini, terapi naratif dianggap sesuai digunakan untuk memahami pengalaman manusia.
Ketika mengaitkan terapi naratif dengan terapi lain dalam konteks berkembangnya terapi keluarga, maka terapi naratif akan sejajar dengan terapi keluarga struktural (Minuchin), terapi keluarga sistemik (Bowen), terapi keluarga konstruktivis, terapi singkat/brief therapy, terapi solution-focused (de Shazer), pendekatan sistem linguistik, dan banyak lagi lain. Terapi naratif merupakan bidang baru dalam pengembangan kerangka kerja psikologi dan oleh karenanya, pemahaman tentang teori naratif perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman penggunaan terapi ini dalam praktiknya.
Inquiri naratif dapat diasosiasikan dengan etnographic-grounded theory dan metode fenomenologis, sebagaimana teori dan metode ini berbagi argumentasi dalam penalaran narasi, kaya akan dekripsi induktif, dan proses analisis interprasinya didasarkan pada pemahaman hubungan antarbagian dengan keseluruhan konteks faktual yang ada. Ketiganya pun setara dalam mengasumsikan keterkaitan kolaboratif antara peneliti, inquirer, atau terapis dan subjek manusia yang menjadi sumber pemaknaan pribadi. Kesemuanya ini telah menjadi bagian dari terapi naratif. Banyak terapis dalam terapi naratif berawal dari perspektif terapi keluarga sistemik atau terapi keluarga interaksional.
Terapi naratif merupakan bagian dari terapi keluarga, namun juga digunakan secara meluas oleh praktisi dari kalangan luas dengan latar belakang profesi dan perspektif yang beragam, mulai dari pekerja sosial dan komunitas, guru dan konselor di sekolah, akademisi, antropolog, pekerja untuk bidang pengembangan masyarakat, hingga pembuat film atau video dokumenter. Gagasan bahwa terapi adalah seni pembicaraan yang peduli pada isi pembicaraan dengan merekam dan memperluas jumlah narasi klien, telah menarik perhatian dalam bidang terapi keluarga dan terapi psikologis individual (Morgan, 2002). Hal ini lah yang mengarahkan pada pengembangan kreatif dalam pemikiran dan praktik naratif sebagai terapi untuk kasus individual.

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat