Rabu, 28 Oktober 2015

Pertolongan pertama jika anak mengalami pelecehan seksual

 Jika Anda menengarai seorang anak mengalami pelecehan seksual setelah mengenali beberapa ciri/tandanya dari tulisan InfoPsikologi.Com sebelumnya (Kenali Tanda Anak Mengalami Kekerasan Seksual, Mendengar yang Tak Terungkap), Anda bisa melakukan tindakan-tindakan berikut ini sebagai upaya awal untuk membantunya.

Temukan waktu dan tempat yang tenang untuk berbincang dengan sang anak. Katakan bahwa ia tidak terlihat seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Yakinkan bahwa ia bisa bercerita pada Anda apa yang terjadi, apa yang dirasakannya, dan Anda tidak akan marah. Gaya bahasa dan pilihan kata tentu perlu disesuaikan dengan umur anak.

Contoh:
“Kamu kenapa, sayang, kok tidak ceria seperti biasa. Cerita, dong pada Ibu/Bapak. Ibu/Bapak janji tidak akan marah, apapun yang kamu katakan. Justru Ibu/Bapak ingin membantu agar kamu bisa gembira lagi… .”

Tidak semua anak akan siap bercerita dan mengungkapkan apa yang dialaminya. Tidak apa, dan jangan dipaksa. Poin penting pertama, anak tahu bahwa dia disayangi, bahwa ada orang dewasa yang peduli dan ada untuknya. Mengetahui hal ini, akan meningkatkan keberanian anak sehingga pada akhirnya dia sendiri memilih saat yang pas untuk menghampiri Anda dan bercerita.

 

Jika pada akhirnya anak bercerita dan Anda mendapati bahwa sang anak mengalami pelecehan seksual… :

1. Tenang, jangan panik! Kontrol diri Anda!Berusahalah untuk tetap tenang. Anak membaca reaksi (bahasa lisan dan bahasa tubuh) Anda. Perubahan reaksi yang drastis dan berlebihan justru bisa membuat anak merasa menyesal telah bicara pada Anda, dan akhirnya tidak mau bercerita lebih lanjut.

2. Berikan rasa aman. Katakan pada anak bahwa Anda percaya pada apa yang dikatakannya. Bahwa apa yang terjadi bukanlah kesalahannya. Dia telah melakukan hal hebat dengan menceritakan itu pada Anda, dan tentu saja Anda akan melindunginya.

3. Gali informasi dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Pancing anak untuk bercerita lebih lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing jawaban panjang; bukan pertanyaan yang hanya cukup dijawab dengan YA atau TIDAK saja. Pertanyaan terbuka bisa diawali dengan kata:Bagaimana; Apa saja; Menurut kamu, dll.

Pertanyaan semacam ini selain memancing informasi lebih banyak, juga mencegah anak mengatakan sesuatu yang sebetulnya tidak terjadi (tapi dikatakannya karena mendapat ide dari pertanyaan yang Anda lontarkan).
Misalkan Anda bertanya, “Apakah orang itu mengancam kamu dengan senjata tajam?” Maka anak (apalagi yang masih kecil) cenderung menjawab, “Iya, dia mengancam dengan senjata tajam”; –padahal sebenarnya tidak.

4. Hindari meminta anak mengulangi apa-apa yang telah dikatakannya. Langkah ini akan membantu petugas berpengalaman (penyidik, psikolog, atau lainnya) yang nanti akan mewawancarai sang anak dalam mendapatkan informasi yang murni/akurat.

5. Memeriksa alat kelamin anak untuk memastikan adanya luka (untuk dilakukan oleh orang tua atau dokter). Lebih baik lagi membawa anak dan orang tuanya ke dokter untuk mendapatkan visum dan pengobatan. Orang tua harus tetap tenang, tidak memaksa, tidak menunjukkan rasa cemas, marah, dsb pada anak saat memeriksa.

6. Hubungi pihak berwenang: polisi, dokter, psikolog, atau petugas dari dinas sosial, untuk mendapatkan penanganan yang profesional, tepat dan ramah anak. Siapkan mental anak dan keluarga sebelum melapor.

7. Rencanakan tindakan perlindungan agar anak aman dari ancaman pelaku (apalagi jika pelaku tahu dirinya dicurigai). Lingkungan sosial dan liputan media juga perlu dicermati, karena terkadang menjadi sumber masalah tersendiri yang membuat anak merasa tidak aman dan tidak nyaman. Bila perlu, minta pendampingan hukum dan psikologi dari lembaga terkait.

8. Cari dukungan untuk diri Anda sendiri.Mengambil peran dalam penyingkapan kekerasan seksual menimbulkan tantangan tersendiri, kadang melelahkan dan menguras tenaga (fisik/ psikis). Ini memang satu risiko yang meski ditanggung. Tapi selalulah ingat bahwa mengungkap dan melaporkan kekerasan seksual terhadap anak adalah tanggung jawab setiap orang. Ingat pula, Anda tengah memperjuangkan keadilan dan masa depan seorang anak (entah itu anak didik, tetangga, kerabat, apalagi anak sendiri). Jadi, tetaplah kuat, jangan ragu cari dukungan dari keluarga, sahabat, pihak berwenang ataupun pihak profesional lain yang terkait.

Pihak mana lagi yang bisa dihubungi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak? Silakan buka laman Daftar Lembaga yang Menangani Pelecehan Seksual dan Kekerasan Terhadap Anak; dan temukan pihak/lembaga yang terdekat yang kemungkinan besar bisa membantu, serta memberikan penanganan lanjutan.

Luka atau bekas kekerasan seksual mungkin bisa sembuh dengan relatif cepat dan tak berbekas. Akan tetapi, anak yang mengalami pelecehan seksual tidak hanya ‘terluka’ secara fisik. Mereka juga terluka secara psikis. Trauma emosional yang dialami anak-anak yang mengalami pelecehan seksual akan membekas lama dan dalam. Apalagi, pelaku kekerasan seksual terhadap anak biasanya adalah orang-orang dekat yang mereka percayai. Kita bisa bayangkan betapa terkoyaknya jiwa mereka diperlakukan sedemikian rupa oleh orang yang selama ini dipercayai. Untuk itu, terapi psikologis yang intensif dan berkesinambungan biasanya dibutuhkan untuk membantu anak-anak tersebut kembali melanjutkan hidupnya dengan optimal.

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat