Jumat, 18 Mei 2012

DISSEMINATION OF AN EVIDENCE BASED INTERVENTION TO PARENTS OF CHILDREN WITH BEHAVIORAL PROBLEMS IN A DEVELOPING COUNTRIES


John A Fayyad, Lynn Farah, Youmna Cassir, Mariana M Salamoun, Elie G Karam
Eur Child Adolescent Psychiatry. 2010. 19:629-636

A.    Permasalahan
Kebanyakan permasalahan psikoterapi yang sangat terkait dengan anak, orang tua bahkan keduanya sudah seringkali diuji secara empiris, dengan banyaknya indikasi positif pada akhir penelitian terutama dalam pelatihan pengasuhan. ADHD adalah salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi di dunia, salah satunya di Arab. Dikarenakan kurangnya kesadaran mengenai ADHD dan kelainan mental lainnya, kebanyakan anak-anak dilabel sebagai malas, bodoh, pembuat masalah dan seringkali terkena hukuman.
Walaupun prevalensi penyakit ini sudah mendunia, tetap saja tidak ada satu bentuk intervensi efektif yang digunakan yang berefek pada kurangnya kesadaran masyarakat di tingkat pendidikan dan komunitas. Oleh karena itu, kita memiliki banyak pekerjaan rumah bagi para anak dan keluarga yang membutuhkan penanganan dan yang belum menerima akses yang cukup. Semenjak disadari bahwa program pengasuhan orang tua telah mendemonstrasikan keefektifan dalam mengurangi permasalahan perilaku anak, pemikiran diperlukan penyebaran informasi mengenai satu bentuk intervensi komunitas di negara-negara berkembang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyebarkan informasi mengenai intervensi berbasis komunitas di negara berkembang (Lebanon) dan untuk mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi permasalahan eksternal melalui pelatihan pekerja sosial dan kesehatan untuk memberikan pelatihan mengenai pola asuh bagi ibu dengan anak-anak yang bermasalah.

B.     Metode
Manual penanganan dikembangkan oleh Integrated Service Program Task Force yang pada awalnya diterapkan pada setting klinis di mesir, Lebanon, Israel dan Brazil. Pada penelitian ini digunakan 8 sesi pelatihan bagi orang tua (ibu) dan tidak dikenakan sesi bagi anak, setiap sesi pada manual ditelaah dan diterjemahkan dalam bahasa Arab Lebanon.
Prosedur perekrutan dilakukan dengan menerima nominasi pekerja sosial dan kesehatan dari petugas kementrian yang menegurusi pusat pelayanan kesehatan dan sosial. Partisipan dalam program pelatihan ini harus bekerja aktif dalam organisasi dan minimum memiliki berlatar belakang pendidikan pekerja sosial, perawat (dengan 5 tahun pengalaman kerja), sosiologi, psikologi atau pendidikan. Tim peneliti menyelenggarakan pertemuan dengan supervisor dan petugas lokal masing-masing pusat pelayanan. Pelatihan bagi pekerja sosial dan kesehatan berlangsung selama 4.5 hari sesi. Pelatihan terdiri atas mengenali dan memahami kelainan perilaku anak berumur 6 dan 12 tahun, administrasi instrument dan memberikan intervensi kepada ibu dari anak-anak tersebut. Sesi kelima berjalan disaat implementasi program dan saat pelatihan dengan para ibu. Setiap pekerja menerima 8-10 paket pembelajaran yang akan didistribusikan pada para ibu. Pekerja awal semula berjumlah 29, tapi pada akhirnya hanya berjumlah 20 pekerja dari 17 pusat pelayanan. Setiap pekerja sosial dan kesehatan mempromosikan program ini dan semua ibu yang seringkali mengunjungi pusat pelayanan diberi tahu dan ditawari untuk berpartisipasi. Pelatihan kemudian berlangsung dalam 8 sesi mingguan selama 60-90 menit tiap sesi. Supervise dilakukan oleh IDRAAC melalui telepon atau datang langsung.
Instrument yang digunakan adalah The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) versi orang tua, digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan permasalahan perilaku pada permulaan dan akhir studi. Ibu juga diminta untuk mengisi kuesioner singkat tentang cara pola asuh dan kepuasaan mereka kepada program yang dijalani. Target populasi penelitian adalah anak dengan permasalahan perilaku anak dengan level ringan-sedang yang berumur 6-12 tahun di Beirut dan selatan Lebanon. Ekslusi dilakukan pada anak dengan mental retardasi sedang-parah, kemangkiran dari rumah, pernah ditahan/ditangkap, gangguan kecemasan/perasaan parah, gejala psikotik dan anak yang sedang menjalani terapi farmakologis. Ekslusi pada ibu dilakukan apabila ibu menderita retardasi mental dan menderita psikotik. Total SDQ yang disebar adalah 320, tersaring 126 ibu yang termasuk dalam kriteria dan 87 ibu yang akhirnya menyelesaikan pelatihan. Analisis statistik menggunakan SPSS 13.

C.     Hasil
Dari anak umur 6-12 tahun yang terjaring dalam penelitian, sekitar 77.5% laki-laki dan perempuan 22.5%. total terdapat 87 ibu berpartisipasi.  Skor SDQ orang tua meningkat dari pre ke post, yang mana rentang skor normal SDQ meningkat dari 16.2 ke 57.6% dan rentang skor abnormal menurun dari 54.4 ke 19.7% dan terdapat perubahan signifikan dalam semua skala SDQ terutama hiperaktivitas dan permasalahan perilaku.
Terdapat pengurangan gejala negatif dalam kehidupan di rumah, hubungan dengan teman, sekolah, aktivitas lowong dan permasalahan anak. Intervensi dalam pola asuh juga menunjukkan peningkatan dalam pola asuh positif. Pada awalnya terdapat 40.2% ibu yang terbiasa memukul anaknya dan menggunakan hukuman, setelah intervensi hanya 6.1% yang melakukannya. Awalnya 57.3% ibu berpikir bahwa berteriak adalah strategi yang bagus untuk mengurangi perilaku bermasalah anak dan setelah intervensi berkurang menjadi 9.8%.
Pada kuesioner mengenai kepuasaan ibu, 74.4% mengaku bahwa program ini telah memberikan keterampilan baru dalam pola asuh dan berpengaruh terhadap perilaku anak. Sekitar sepertiga ibu mengaku bahwa suaminya ikut terlibat dalam pelatihan pola asuh dan mereka mengaku bahwa anggota keluarga lain melihat adanya perkembangan perilaku anak.

D.    Diskusi
 Pelatihan dilaksanakan oleh personel kesehatan dan pekerja sosial yang tidak pernah memiliki pengalaman di bidang kesehatan mental dan hanya melibatkan ibu. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya kebutuhan mereka untuk membawa anaknya ke pusat pelayanan. Hasil dari program ini adalah ibu memiliki cara baru untuk berhadapan dengan anaknya dan berujung pada minimnya siksaan fisik dan peningkatan signifikan dalam perilaku anak yang dilihat berdasarkan rating perilaku.
Pelatihan ini hanya melibatkan orang tua, karena apabila melibatkan anak maka harus diperlukan keterampilan lebih dari pekerja sosial juga membutuhkan pekerja sosial yang berlatar belakang kesehatan mental. Fakta bahwa hasil signifikan telah dicapai membuat program ini lebih mudah direplikasi dan disebar di negara-negara berkembang yang masih minim tenaga professional kesehatan. Pelatihan dalam program ini efektif secara harga, menghasilkan dan hasil pengukurannya kredibel. Informasi berdasarkan bukti nyata tentang program ini telah tersedia, tetapi penyebaran informasinya yang masih minim.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu Pertama ini tidak melibatkan kelompok control, yaitu kelompok ibu yang tidak menerima intervensi apapun, sehingga kita tidak mengetahui apakah keberhasilan penelitian ini disebabkan oleh penelitian ini atau apakah ada faktor diluar itu. Kedua, kepatuhan ibu yang mengikuti pelatihan ini. Apabila kepatuhan ibu lebih besar, maka hasil penelitian diharapkan akan lebih baik. Ketiga, hasil yang positif kemungkinan dihasilkan karena adanya eksklusi kasus yang parah. Apabila kasus yang parah dimasukan dalam penelitian, kemungkinan hasil penelitian akan lebih bervariasi dan efektifitas penelitian akan lebih dapat terlihat pada populasi yang lebih besar. Keempat, proses seleksi dan pelatihan yang dilakukan ditargetkan pada ibu dan ayah, hal yang menarik adalah hanya ibu yang berminat untuk mengikuti pelatihan. Apabila ibu dan ayah sama-sama mengikuti pelatihan, tentunya aka nada efek yang lebih besar. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan usaha untuk melibatkan ayah lebih besar. Kelima, hambatan ini adalah hambatan yang paling mendasar: karena kebanyakan pekerja tidak memiliki pengalaman dalam bidang epidemologis, maka banyak dari mereka yang menghilangkan kuesioner atau bahkan tidak memberikan kuesioner pada saat pelatihan selesai.
Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, tetapi banyak orang tua yang telah merasakan manfaat dari penelitian ini dan informasi mulut ke mulut telah menyebar dan makin banyak orang yang tertarik dengan program ini. Bahkan anak pun berani untuk meminta ibunya untuk dipertemukan dengan pekerja sosial dan kesehatan untuk berterima kasih atas perubahan positif yang telah dibawa ke dalam keluarganya. Ibu dan pekerja pun masih merasakan manfaat dari program setelah 2 tahun pelatihan berlangsung.

E.     Kesimpulan
 Penelitian ini cukup menarik, terutama apabila direplikasikan di Indonesia yang banyak sekali remajanya yang memiliki permasalahan perilaku. Meskipun begitu, beberapa hal dalam penelitian ini seperti hanya anak yang memiliki permasalahan perilaku ringan-sedang yang menjadi subjek penelitian, menurut saya sangat disayangkan.  Seharusnya anak dengan gangguan perilaku parah juga dimasukkan untuk lebih melihat efektifitas dari studi ini, sehingga pada saat hasil penelitian yang memiliki hasil yang positif ini keluar dan menyebar, masyarakat memiliki ekspektasi yang wajar terhadap program ini. Para orang tua bila mendengar tentang program ini akan langsung berharap bahwa anak mereka juga akan dapat ditangani setelah mengikuti program ini, tanpa tahu bahwa apabila anak mereka menderita gangguan kepribadian parah maka hasilnya bisa saja berbeda.
Hal kedua yang disoroti adalah hanya orang tua yang diberi kuesioner untuk mendeteksi perilaku anak. Apakah hasil ini bisa dipercaya? Karena kebanyakan orang tua yang mengikuti pelatihan ini adalah orang tua dengan anak bermasalah sehingga belum tentu mereka memiliki pemahaman jelas mengenai perilaku anaknya di luar rumah.
Hal ketiga adalah tidak adanya seleksi random pada pemilihan ibu. Ibu hanya dipilih berdasarkan keminatan masing-masing ibu. sehingga belum tentu ibu yang berpartisipasi adalah ibu-ibu yang merupakan representasi dari lingkungan pusat pelayanan tersebut. oleh karena itu, generalisasi populasi dalam penelitian ini pun harus dilakukan dengan lebih berhati-hati.
Hasil positif dihasilkan dalam penelitian ini, tetapi tidak disebutkan data bahwa peningkatan banyak terjadi pada golongan anak yang bermasalah ringan atau sedang. Bisa jadi intervensi ini hanya efektif pada golongan bermasalah ringan, sehingga pertimbangan untuk mereplikasi pada kelompok anak yang bermasalah parah harus lebih dipikirkan. 

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat