NAMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI ABNORMAL
TOPIK : GANGGUAN KEPRIBADIAN
PENGAMPU : DRS. SUBANDI, MA MEI 2000
________________________________________________________________
PENDAHULUAN:
Gangguan kepribadian secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok:
A. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah laku aneh. Termasuk di sini gangguan (1) kepribadian paranoid, (2) Skizoid dan (3) Skizotipal.
B. Gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah laku yang berlebih-lebihan. Termasuk disini adalah gangguan kepribadian (4) borderline, (5) histrionik, (6) narsisistik dan (7) antisosial
C. gangguan kepribadian yang tungkah lakunya ditandai dengan kecemasan dan ketakutan. Termasuk di dlamnya adalah gangguan (8) kepribadian menghindar (avoidant), (9) tergantung (dependant), (10) obsesif-kompulsif dan (11) pasif-agerif.
1. GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID
Orang dengan gangguan kepribadian paranoid cenderung menginterpretasikan tingkah laku orang lain sebagai hal yang mengancam dirinya. Oleh karena itu mereka tidak bisa mempercayai orang lain. Mereka selalu menaruh rasa curiga. Mereka mempertanyakan kesetiaan dan ketulusan orang lain dalam hubungan sosial. Jangan-jangan informasi yang ada digunakan untuk menjebaknya.
Orang paranoid merasa ada komplotan atau konspirasi yang berusaha menjelekkan, menyakiti atau menjatuhkan dirinya.
Ciri-ciri gangguan kepribadian paranoid secara lebih jauh digambarkan dalam PPDGJ III, yaitu:
(a) Kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
(b) kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
(c) kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
(d) perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada
(e) kecurigaan yang berulang, tanpa dasar tentang kesetiaan seksual dari pasangannya.
(f) kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
(g) preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
2. GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID
Gambaran utama orang dengan kepribadian skizoid adalah bahwa mereka kurang mempunyai minat terhadap hubungan sosial. Mereka lebih suka menyendiri dan lebih suka memilih aktivitas yang dilakukan sendirian. Ada preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan. Oleh karena itu mereka hampir tidak punya teman dekat. Jika ada mungkin hanya satu atau dua. Memang mereka tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan akrab. Meskipun mereka selalu menjaga jarak, tetapi mereka tetap memiliki kontak dengan realitas yang lebih baik dibandingkan dengan skizophrenia. Emosi orang skizoid dangkal dan mendatar. Mereka jarang terlihat mengekspresikan kehangatan dan kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain. Seakan mereka tidak perduli terhadap pujian dan kecaman.
3. GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL
Orang yang memiliki gangguan kepribadian skizotipal sering disebut sebagai suatu bentuk skizophrenia sederhana (simple schizophrenia). Mereka memiliki tingkah laku, cara berpikir, keyakian dan persepsi yang aneh.
Seperti pada skizoid, orang skizotipal tidak berminat terhadap hubungan sosial. Mereka lebih suka menyendiri. Emosinya dangkal dan tumpul. Mereka kurang bisa menyambut ekspresi senyum orang lain. Tetapi kadang dia malah tersenyum dan tertawa sendiri ketika ada sesuatu yang lucu dalam pikirannya. Orang skizoid memang sering tenggelam dalam fantasi dan pikirannya sendiri. Bahkan ketika bersama-sama dengan orang lain, misalnya dalam suatu kuliah atau pesta, tampak dia berbicara dengan dirinya sendiri. Mereka senang sekali berpikir hal-hal yang bersifat magis dan supernatural. Misalnya mereka yakin bahwa dirinya memiliki indera keenam. Tetapi mereka masih bisa mengontrol dirinya dan masih memiliki kontak dengan realitas.
4. GANGGUAN KEPRIBADIAN BORDERLINE
Istilah borderline personality sebenarnya digunanakn untuk menggambarkan orang yang tingkah lakunya beraada di ambang/perbatasan (border) antara neurosis dan psikosis. Mereka lebih parah dari neurosis tapi tidak separah psikosis, karena mereka masih memiliki kontak dengan realitas yang cukup baik. Tetapi tampaknya sekarang gangguan ini lebih dekat pada klasifikasi gangguan suasana perasaan hati (mood disorder). Mereka memiliki kemiripan dengan gangguan depresi dan bipolar.
Ciri pokok orang yang memiliki gangguan kepribadian Borderline adalah adanya kegagalan mengembangkan citra diri (self-image) yang stabil dan utuh. Hal ini diwujudkan dalam bentuk ketidak-pastian terhadap tujuan hidup, sehingga hidupnya seperti tidak punya arah. Karier atau pekerjaannya sering berubah secara mendadak. Mereka juga tidak memiliki kepastian terhadap nilia-nilai hidupnya. Kadang dia tampak memiliki moralitas tinggi, tapi kemudian berubah total. Loyalitas dan hubungan interpersonalnya labil. Meskipun sebenarnya mereka tidak tahan sendirian. Perasaan terhadap orang lain bisa berubah dengan cepat. Mereka cepat sekali marah. Suatu saat teman dekatnya dianggap orang yang paling baik di dunia, saat lain jadi yang paling jelek. Ini karena dalam melihat orang lain, dia cenderung hitam - putih. Orang lain itu baik dalam segala hal atau jelek dalam segala hal. Oleh karena itu mereka tidak bisa menjalin hubungan dekat dengan orang lain dalam waktu yang cukup lama.
Alam perasaan orang borderline tidak menetap. Mereka mudah sekali berubah dari normal keadaan normal menjadi depresi atau cemas. Mereka juga mudah marah. Hal ini menyebabkan tingkah lakunya sulit diprediksi. Bahkan ada kecenderungan menyakiti atau mencederai diri sendiri. Apalagi ketika mereka dilanda perasaan kosong dan bosan hidup yang memang sudah kronik.
5. GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK
Istilah histrionik berasal dari bahasa Yunani, histrio, yang artinya aktor, yang biasanya menjadi pusat perhatian orang. Orang histrionik memang selalu berusaha mencari perhatian orang dengan berbagai cara. Misalnya dengan menunjukkan ekspresi emosi yang berlebihan. Ketika dia sedang mengalami kesedihan sedikit saja sudah ditunjukkan dengan menangis terisak-isak.
Orang histrionik suka mendramatisasi hal-hal yang menimpa dirinya supaya orang lain menaruh perhatian. Hal yang sepele saja sering dibesar-besarkan. Misalnya kalau dia mengalami sakit sedikit saja, sudah menunjukkan sepertinya dia mengalami sakit berat. Demikian juga dalam memberikan reaksi terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya juga berlebihan. Oleh karena itu mereka bisa jengkel dan marah secara tidak rasional.
Hubungan interpersonal dengan orang lain meski tampak hangat dan menarik, tetapi sebenarnya hubungan itu dangkal saja. Mereka kurang bisa berempati dan cenderung egosentrik. Mereka hanya memperhatikan kepentingannya sendiri dan kurang mau memperhatikan kebutuhan orang lain. Bahkan terhadap orang lain mereka lebih banyak menuntut. Terutama berkaitan dengan keinginannya untuk dipuji dan diperhatikan. Kalau dia memakai baju baru dan orang lain tidak menghiraukannya, maka dia akan marah besar.
Orang-orang histrionik akan sangat tertarik sekali dengan profesi yang berkaitan dengan pemberian perhatian dan pemujaan, seperti aktris bintang film, foto model atau peragawan/wati. Tetapi meskipun di luar dia tampak sukses, banyak dipuji orang, ternyata mereka kurang bisa merasakan makna hidup.
6. GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK
Istilah ini berasal dari nama seorang pemuda dalam mitologi Yunani, yaitu Narkisos, yang jatuh cinta dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu orang yang memiliki gangguan kepribadian narsisistik memiliki kebanggan dan kecintan yang berlebihan tentang keunikan/kelebihan diri. Seperti pada orang histrionik, orang narsisistik juga membutuhkan perhatian dan pujian orang lain. Tetapi hal itu lebih di arahkan sebagai dukungan pada dirinya sendiri, sehingga dia lebih bangga dan cinta terhadap diri sendiri.
Untuk meningkatkan kebanggaAn dirinya, mereka memiliki preokupasi yang berlebihan dengan sukses, kekuasaan, cinta dan pasangan ideal. Atau ingin terkenal karena kecemerlangan pikiranatau karena kecantikan. Jika mereka mendapatkan hal itu, maka akan meningkatlah nilai dirinya di depan dirinya sendiri.
Oleh karena itu seperti pada orang histrinik, orang narsisistik cenderung menyenangi pekerjaan yang membuat orang memujinya dan memperhatikannya, misalnya bintang film, foto model atau dalam dunia politik.
Orientasi yang berlebihan terhadap diri sendiri membuat mereka tidak memiliki empati terhadap orang lain dan menjadi sangat egoistik. Dalam berhubungan dengan orang lain mereka lebih banyak menuntut perlakuan istimewa dari pada memberikan sesuatu pada orang lain. Bahkan ada kecenderungan dia mengeksploitasi orang lain utnuk kepentingannya sendiri.
7. GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL (di bagian akhir tulisan ini)
8. GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR (AVOIDANT)
Orang dengan kepribadian menghindar sangat terganggu terhadap penolakan dan kritik orang lain, sehingga mereka tidak mau mengadakan hubungan sosial jika tidak yakin bahwa dia akan diterima. Di sini tampak bahwa sebenarnya orang dengan kepribadian menghindar tidak seperti orang skizoid yang tidak memiliki kehangatan hubungan sosial. Di sini mereka memiliki minat dan perasaan hangat untuk mendapatkan kasih sayang. Tetapi rasa takut ditolak membuat dia melakukan penarikan diri dari hubungan sosial. Mereka sangat takut dipermalukan dihadapan umum, sehingga mereka tak mau mengunjungi acara-acara berkumpul bersama tema-teman. Di sini mereka tampak memiliki rasa rendah diri. Mereka lebih suka menjaga jarak dan mengambil peran perifer.
Gangguan kepribadian menghindar memiliki beberpa kesamaan dengan orang yang mengalami soisal phobia. Keduanya takut ditolak dan dikritik orang lain. Tetapi dalam phobia sosial orang takut pada situasi bersama yang spesifik. Misalnya dalam pesta atau ketika diminta berbicara di depan umum. Pada orang dengan kepribadian menghindar cenderung menghindari hubungan interpersonal. Menurut Mark (dalam Rathus, 1983) kepribadian menghindar tidak bisa menjaga hubungan sosial untuk jangka yang cukup lama karena pada umumnya mereka tidak memiliki ketrampilan sosial (social skill)
9. GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDANT
Ciri utama orang yang memiliki gangguan kepribadian dependant adalah bahwa mereka sangat sulit melakukan suatu perbuatan yang dipilihnya sendiri. Mereka selalu berusaha mencari nasehat dan dukungan orang lain untuk melakukan perbuatan kecil sekalipun. Misalnya apakah mau pergi ke luar kota dengan naik bis atau naik kereta api. Pada anak-anak dan remaja mereka akan meminta orangtuanya untuk memilihkan pakaian, memilihkan makanan atau mencari sekolah. Pada orang dewasa mereka akan meminta orang lain untuk memilihkan karier yang cocok untuknya. Bahkan kadang mereka minta tolong untuk memilihkan pasangan hidupnya. Jika merke sudah menikah, mereka akan menggantungkan diri pada pasangan hidupnya dalam memilih untuk melakukan sesuatu mislnya kemana akan pergi ke rekreasi atau bagaimana mengatur keuangan.
Perilaku yang pasif seperti di atas tampaknya dilandasi oleh perasaan tidak berani bertanggung jawab. Mereka akan menghindari peran-peran sosial di mana mereka harus banyak memikul tanggung jawab. Mereka cenderung memilih posisi sebagai bawahan yang hanya mengikuti perintah atasannya. Mereka memang sangat memperhatikan kebutuhan orang lain yang digantungi itu. bahkan kadang tidak memperhatikan kepentingan dirinya sendiri supaya dia tetap mendapatkan tempat bergantung. Mereka sangat penurut dan suka mengalah, sehingga kadang banyak dimanfaatkan oleh orang lain.
Mereka kurang percaya pada kemampuan diri (merasa tak mampu, merasa bodoh dsb.), sehingga mereka umumnya memiliki prestasi yang jauh di bawah kemampuan yang sebenarnya mereka miliki. Mereka tidak suka dengan persaingan. Lebih menyukai ketenangan dan ketenteraman.
10. GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESSIVE KOMPULSIVE
Ciri utama orang yang memiliki gangguan obsesif kompulsif adalah adanya kecenderungan perfeksionistis. Ingin melakukan sesuatu dengan benar dan takut membuat kesalahan dalam melakukan suatu pekerjaan. Mereka sangat memperhatikan hal-hal kecil dan detail. Preokupasi dengan aturan, urutan, jadwal dan daftar.
Aturan bagi orang yang memiliki gangguan obsesif kompulsif menjadi teramat penting untuk diperhatikan. Mereka menjadi orang yang sangat disiplin. Tidak pernah datang terlambat ke sekolah atau ke tempat kerja atau melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal. Mereka juga akan mengatur rumahnya dengan rapih dan bersih. Jika ada hal yang tidak beres sedikit membuatnya jengkel. Jadwal kegiatannya sehari-hari telah tersusun dalam daftar yang rapi. Mereka mempunyai preokupasi terhadap pekerjaan. Bahkan ada kecenderungan lebih mementingkan untuk berkarya dan karier daripada menjalin persahabatan.
Hubungan sosial ornag obsesif kompulsif memang menjadi sangat kaku karena segala seuatu telah diatur secara rapi. Mereka tidak memiliki dan tidak mampu mengekspresikan kehangatan dan kelembutan perasaan. Selanjutnya hal ini akan mempengaruhi kemampuannya berempati yang mnjadi rendah. Dia tidak bisa mersakan apa yang dirasakan orang lain. Atau memang dia tidak mau perduli dengan perasaan orang lain. Yang lebih mereka perhatikan dalam hubungan sosial adalah aturan dan tata krama. Mereka selalu menjaga formalitas setiap saat, sehingga tampak selalu serius.
Dalam pergaulan mereka berpegang teguh pada hierarki sosial. Orang yang lebih rendah kedudukannya dari dia tidak selayaknya duduk sejajar dengannya. Dalam situasi ini dia akan merasa superior dan cenderung bersikap otoriter. Mereka mendesak orang lain melaksanakan pekerjaan sesuai dengan caranya.
11. GANGGUAN KEPRIBADIAN PASIF AGRESIF
Orang dengan kepribadian pasif-agresif tidak mengekspersikan agresifitas dengan orang lain secara terbuka, tetapi dengan cara-cara yang pasif. Untuk menunjukkan permusuhan dan kejengkelannya dia bukannya marah-marah ataupun memukul orang yang menjengkelkannya, tetapi justru sebaliknya dia akan menjadi diam, pura-pura tidak mendengar jika disuruh, sengaja melakukan kesalahan sengaja "lupa". Misalnya seorang suami yang merasa jengkel karena disuruh membantu istrinya mencuci piring, tidak menyatakan terus ternag kejengkelannya itu tetapi ketika disuruh dia pura-pura tidak mendengar sampai istrinya jengkel. Kemudian ketika dia terpaksa mencuci piring untuk membalas kejengkelan itu dia kemudian memecahkan piring dengan sengaja.
Penampilan luar orang dengan kepribadian pasif agresif adalah keras kepala dan bandel. Dalam bekerja sering berlambat-lambat atau tidak efisein dengan sengaja. Dalam berhubungan sosial mereka sulit diajak kerja sama. Selalu melawan dan bersikap negativistik. Suka mencari kesalahan orang lain dan mengkritiknya. Tetapi dia sendiri merasa jengkel jika dikritik. Lebih banyak mengutarakan keluhan-keluhan kepada orang lain.
7. GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL
Istilah yang pertama kali digunakan untuk menyebut gangguan kepribadian ini adalah 'Psikopat'. Sebagai klasifikasi psikiatris konsep psikopat bermula dari label yang diberikan Philip Phinel kepada pasiennya yang menderita: "manie san delire". Pasien ini berasal dari keluarga bangsawan yang kaya. Meskipun demikian, dia tidak pernah puas terhadap semua keinginannya, mudah marah dan melakukan tindakan agresip.
Label lain diberikan oleh Pritchard yaitu 'moral insanity'. Sedangkan Rush menyebutnya sebagai 'moral dearangement'. Konsep yang lebih profesional berawal dari anggapan bahwa tingkah laku ini bersifat herediter. Kemudian Koch mengusulkan istilah 'Psychopatie inferiority'. Tetapi ternyata bahwa orang psikopat ini tidak mempunyai gangguan fisik maupun psikopatologis seperti yang dikenal, misalnya: neurosis, psikosis maupun retardasi mental, maka beberapa ahli berpendapat bahwa sebenarnya mereka bukan sakit dalam arti fisik dan psikologis, tetapi 'sakit' dalam pengertian sosial, sehingga timbullah istilah 'Sosiopat'. (Ullmann and Krasner, 1969).
Istilah yang sekarang banyak digunakan adalah 'anti sosial'. PPDGJ II juga menggunakan istilah ini, dan menggolongkan dalam kategori gangguan kepribadian dengan kode 301.7.
PENGERTIAN
Dibanding dengan jenis keabnormalan yang lain, gangguan kepribadian psikopat ini agak sulit untuk dikenal. Sebab seorang psikopat tidak menunjukkan gejala yang jelas seperti pada neurosis, retardasi mental ataupun psikosa. Buss mengatakan bahwa gejala pokok psikopat adalah ketidakmampuan mereka mengendalikan diri, sehingga menimbulkan sikap yang asosial dan immature. Ini sangat berlawanan dengan orang neurotis yang mempunyai kontrol diri berlebihan. Jadi jika orang normal mempunyai kpntrol diri yang cukup baik, dan neurotis mempunyai kontrol yang berlebihan, maka psikopat hampir tak ada kontrol sama sekali (Siti Meichati,1970).
Menurut Eysenk dan Mcili (1972) psikopat adalah orang yang impulsip, tak bertanggungjawab, hedonistik dan memiliki kepribadian ganda yang tak mampu menghayati hubungan interpersonal. Mereka tak punya rasa bersalah, rasa penyesalan, empati, afeksi serta tak ada perhatian sungguh-sungguh untuk kebaikan orang lain. Meskipun dia pandai berkata tentang hal-hal yang emosional, tetapi semuanya hanya dibuat-buat saja.
Demikian juga Maslow dan Mittleman (1951) mengatakan bahwa istilah psikopat menunjuk kepada suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan menghayati hubungan interpersonal, hubungan sosial maupun menghayati nilai-nilai moral. Coleman (1976) menambahkan bahwa semua ini menyebabkan psikopat senantiasa berkonflik dengan masyarakat.
Jadi psikopat atau kepribadian anti sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan mengendalikan diri dan menghayati kehidupan emosional, sehingga menimbulkan tindakan yang antisosial.
KARAKTERISTIK
Coleman (1976) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kepribadian antisosial:
1. Perkembangan hati nurani yang tidak baik dan kurang memiliki rasa bersalah.
Mereka tidak memahami dan menghayati nilai-nilai moral dan etika secara sungguh-sungguh. Mungkin saja dia pandai berbicara tentang masalah moral dan keagamaan, tetapi semuanya hanya berifat verbalistik, hanya omongan saja. Demikian juga kalau dia melakukan kesalahan atau tindakan agresip, mungkin saja dia pandai meyakinkan bahwa dia sudah merasa bersalah dan menyesal, tapi di lain waktu juga melakukan lagi, sebab pada dasar mereka tidak punya rasa bersalah, berdosa atau penyesalan yang dalam.
2. Tingkah lakunya impulsip dan tak bertanggungjawab. Toleransi frustasinya rendah.
Kepribadian psikopat sama sekali tidak masak. Seperti seorang kanak-kanak, mereka tak punya kontrol diri. Mereka selalu ingin bersenang-senang. Semua keinginan harus terpenuhi, maunya menang sendiri. Sikapnya sangat Egosentris, tak pernah mempedulikan hak-hak dan kepentingan orang lain. Kalau keinginannya tidak terpenuhi maka mudah timbul frustasi. Mereka juga tak mampu bertanggungjawab atas segala tindakannya. Amat mudah bagi mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum, tanpa mempedulikan akibatnya.
3. Pandai bermuka manis untuk menekan dan memanfaatkan orang lain demi kepentingan sendiri.
Memang benar bahwa orang psikopat itu biasanya mempunyai intelegensi yang tinggi. Penampilannya sangat meyakinkan, pandai bermuka manis, pandai berbicara dan merayu, tapi semua itu digunakan untuk menipu orang lain, demi tercapainya keinginan sendiri. Mereka terkenal sebagai penipu dan pendusta yang patologis dan lihai. Sangat pandai memutarbalikkan fakta dan membuat berbagai macam alasan, sehingga terhindanr dari kesalahan.
4. Menolak otorita dan tak mampu mengambil pelajaran dari pengalaman.
Mereka ingin bebas dan tak mau diatur. Bahkan aturan-aturan dan norma dalam masyarakat itu seakan-akan tak ada, sehingga melakukan pealnggaran hukum itu suatu hal yang biasa. Jadi kalau mereka melakukan tindakan kriminal itu sifatnya bukan profesional, karena bagi mereka itu hal yang biasa. Dan kalaupun diberi hukuman berkali-kali mereka tetap melakukannya. Mereka tak bisa mengambil pelajaran dari tindakannya di masa lalu maupun memikirkan akibat tindakannya di masa mendatang. Yang penting adalah hari ini dan di sini 'saya' senang.
5. Tidak mampu membina hubungan interpersonal yang baik.
Karena sifatnya yang egosentris, orang psikopat tak bisa menenggang rasa pada orang lain. Mereka tak bisa merasakan cinta, kasih sayang, simpati, persahabatan, kesetiaan. Orang lain hanya dianggap sebagai obyek untuk memuaskan keinginan-keinginannya saja.
Benyamin Kleinmuntz (1980) secara lebih jelas dan sistematis menyebutkan beberapa karkteristik kepribadian psikopat:
1. Tidak mampu membentuk hubungan yang penuh loyalitas, dan memperlakukan manusia seperti benda.
2. Tidak mempunyai rasa bersalah (guilty feeling), penyesalan yang dalam tapi pandai meyakinkan orang lain dengan omongannya bahwa dia betul-betul merasa bersalah.
3. Tidak mampu mengambil pelajaran dari pengalaman, dan berulang- ulang melakukan tindakan kriminal.
4. Cenderung menuruti keinginan dan mencari kesenangan saja.
5. Sikapnya impulsip dan kekanak-kanakan.
6. Agresifitasnya tinggi, cenderung destruktif jika frustasi.
7. Penampilan sangat meyakinkan dan inteligen, tapi hanya superfisial saja.
8. Tidak mampu bertanggungjawab.
9. Pembohong yang patologis.
10. Miskin perasaan, tidak bisa menghayati emosi.
11. Egosentris.
12. Kurang memiliki insigtt, tidak mampu melihat diri sendiri seperti yang dilihat orang lain.
13. Tingkah laku seksualnya ganas, tak bisa merasakan cinta.
TEORI-TEORI PSIKOPAT (ANTI-SOSIAL)
Ada beberapa teori yang berusaha mengungkap timbulnya kepribadian antisosial/psikopat, baik yang bersifat biologis, psikologis, maupun sosiokultural.
1. Teori Biologis:
Termasuk dalam teori ini adalah adanya anggapan bahwa kepribadian psikopat bersifat herediter, suatu bentuk kelainan yang diturunkan dan dibawa sejak lahir. Tetapi menurut penelitian Mc Crod & Mc Crod dapat disimpulkan bahwa faktor genetik & konstitusional dari psikopat ternyata tidak cukup meyakinkan. Sehingga hubungan antara hereditas dan psikopat tak dapat dipertahankan (Ullman & Krasner, 1969).
Pandangan yang bersifat biologis lainnya timbul setelah ditemukan adanya kelainan getaran otak pada psikopat. Ternyata hasil EEG mereka menunjukkan keabnormalan, yakni pada bagian lobus temporalis, gelombang otaknya sangat rendah. Hare menyimpulkan bahwa kelainan semacam itu menunjukkan tidak berfungsinya mekanisme pertahanan pada susunan saraf sentral, sehingga membuat orang itu mengalami kesulitan dalam belajar mengontrol tingkah lakunya (Coleman, 1976). Tetapi hasil penelitian yang lain menyatakan bahwa tidak semua psikopat mengalami kelainan EEG, sebagian juga normal.
2. Teori Interpersonal:
Teori ini meletakkan titik pangkal gangguan kepribadian psikopat pada hubungan interpersonal, terutama hubungan antara ibu dan anak pada masa kanak-kanak.
Pandangan psikoanalisa menganggap bahwa psikopat muncul karena adanya kesalahan dalam perkembangan super Ego. Aspek pengontrol perilaku manusia ini tidak timbul dengan baik. Demikian juga Ego tidak berkembang sebagaimana layaknya. Id yang paling berkuasa. Baik Ego maupun Super Ego tunduk mengikuti kemauan Id (Siti Meichati, 1970).
Berdasarkan pada penelitian empiris, Coleman (1956 dan 1976) menyebutkan beberapa bentuk hubungan dalam keluarga, yang bisa menimbulkan kepribadian psikopatik:
a). Kehilangan orangtua di masa kanak-kanak dan adanya deprivosi emosional.
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sebagian besar psikopat mempunyai pengalaman traumatik di masa kanak-kanaknya, karena ditinggal orangtuanya atau kedua orangtuanya bercerai. Tetapi menurut Hare bukan kehilangan orangtua itu yang menjadi kunci persoalannya, melainkan karena gangguan-gangguan emosional (emotional turbances) dengan adanya hubungan antara anggota keluarga yang patogenik.
b) Penolakan orangtua atau orangtua yang tidak konsisten.
Menurut Mc Cord dan Mc Cord, penolakan orang tua yang berat dan kurangnya afeksi orangtua merupakan penyebab utama timbulnya psikopat. Selanjutnya Buss mengemukakan dua tipe perilaku orangtua yang menyertai timbulnya kepribadian ini, yaitu :
Pertama, orangtua bersikap dingin dan hubungan dengan anak terlalu jauh. Tidak ada kehangatan emosional, cinta dan kasih sayang. Hal ini akan tetap dibawa oleh anak pada masa dewasanya, sehingga dia pun bersikap dingin terhadap orang lain, tak bisa berempati atau terlibat secara emosional.
Kedua adalah tipe perilaku orangtua yang tidak konsisten baik dalam memberikan afeksi maupun dalam memberikan hadiah dan hukuman. Biasanya orangtua itu sendiri tidak konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya. Misalnya anak dilarang berbohong, tetapi orangtua sendiri tak dapat dipercaya omongannya. Hal ini membuat anak kehilangan model yang mantap untuk mengadakan imitasi dan gagal mengembangkan identitas diri yang jelas. Demikian juga kalau orangtua tidak konsisten dalam memberikan hadiah dan hukuman. Misalnya anak mencuri uang, mestinya harus dihukum tetapi ternyata ibu mudah merasa iba setelah anak menyatakan penyesalan (meskipun hanya pura-pura) sehingga tak tega menghukumnya. Hal ini terjadi berulangkali. Dari sini anak belajar, bahwa dengan pernyataan sesal saja dia sudah lepas dari hukuman. Disiplin yang tidak konsisten ini akan menimbulkan rendahnya perkembangan hati nurani.
c) Model orangtua dan interaksi dalam keluarga yang salah.
GREEACRE melaporkan hasil penelitian terhadap psikopat dari keluarga kelas menengah. Ternyata kebanyakan ayahnya adalah orang yang sukses dan terpandang di masyarakat tetapi dingin dan menaruh jarak pada anaknya. Sedangkan ibunya pemalas dan pecinta kenikmatan. Sebenarnya keluarga ini penuh dengan konflik dan skandal, tapi mereka tetap mempertahankan penampilan di depan masyarakat sebagai keluarga yang harmonis. Dengan demikian anak mempelajari bahwa yang penting itu adalah penampilan bukan kenyataan yang sebenarnya. Dia juga mempunyai sikap dingin seperti ayahnya.
3. Teori Sosio-kultural:
Beberapa kondisi sosiokultural dalam masyarakat ternyata juga dapat mengakibatkan timbulnya psikopat. Terutama masyarakat yang norma dan aturan-aturan hidupnya sudah berantakan, tidak teratur, dan masanya terasing dari masyarakat lebih luas bahkan bersikap bermusuhan degan mereka. Ini adalah tempat yang subur bagi timbulnya orang-orang yang hati nuraninya tidak berkembang dengan baik, yang kurang perhatian pada orang lain dan cenderung bertingkah laku destruktif.
TREATMENT
Karena memang individu dengan kepribadian psikopat ini bukan termasuk dalam kategori psikopatologi seperti retardasi mental, neurosis ataupun psikosis, maka mereka jarang mendapat perhatian dari rumah sakit jiwa. Mereka yang nyata melanggar hukum, biasanya dimasukkan dalam program-program rehabilitasi di lembaga-lembaga tertentu, tapi sejauh ini belum efektif.
Kleinmuntz (1980) menyebutkan beberapa treatment yang pernah dicobakan pada psikopat:
1. Psikoterapi tradisional:
Tehnik psikoterapi tradisional dengan memberikan konsultasi ternyata gagal karena mereka pandai berpura-pura, kurang mempunyai insight, impulsip, sikapnya meremehkan dan kurang motivasi terhadap treatment.
2. Somatic Treatment:
Ini dilakukan berdasar pada teori biologis yang telah disebutkan, yaitu dengan memberikan shock-therapy secara berkala. Ada pasien yang tingkah laku maupun EEGnya menjadi baik, tapi ada juga yang EEGnya justru bertambah buruk. Tehnik ini masih meragukan.
3. Pendekatan Farmakologis:
Yaitu dengan memberikan obat-obatan pada para psikopat. Tetapi hasilnya juga masih dipertanyakan. Demikian juga pembedahan otak, ternyata tidak efektif.
4. Modifikasi Perilaku:
Tehnik ini dilaksanakan dengan memberikan hadiah pada tingkah laku prososial dan memberikan hukuman pada tingkah laku antisosial. Meskipun tampaknya tehnik ini sedikit memberi harapan untuk memperbaiki psikopat, tapi hanya diterapkan untuk mengubah tingkah lakkkku delinquent, dan tidak pada kepribadian antisosial itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Coleman, J.C. Abnormal Psychology and Modern Life, 5th
Edition, Taraporevala Sons & Co, Private Ltd, India
1956
Kleinmuntz, B. Essential of Abnormal Psychology. Second
Edition. Harper & Row Publishers, San Fransisco.
1980
Maslim, R. 1996. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta:
Rathus, S.A. & Nevid, J.S. 1991. Abnormal Psychology. Engelwood Cliff, New Jersey: Prentice Hall.
Siti Meichati. Psikologi Abnormal dan Psikopatologi. Fa
kultas Psikologi UGM, Yogyakarta. 1970
Ullmann & Krasner. A Psychology Approach to Abnormal Be
havior. Prentice-Hall, Inc, Engelwood Cliffs, New
Jersey. 1969.
KASUS-KASUS
Suatu hari Tina, seorang siswa SMA, sedang makan sambil nonton film Knigh Rider di TV. Ibunya yang sedang didapur memanggil-manggil dan menyuruhnya membantu mencuci piring. Tapi Tina pura-pura tidak mendengar. Ia tetap asyik dengan makanan dan totntonannya. Berkali-kali ibunya memanggil, tapi tidak ada jawaban. Karena jengkel, ibunya menghampiri Tina.
"Apa kamu tidak punya kuping?" kata ibunya jengkel.
Tina diam saja pura-pura tidak tahu.
"Mama kan dari tadi memanggil kamu. Kamu kok diam saja kayak anak bego."
"Kan Tina baru makan dan nonton TV, Ma," Tina membikin alasan.
"Habis makan nanti bantu Mama cuci piring. Ngerti?"
Tina diam saja.
"Ngerti, nggak?" Ibunya tambah jengkel.
"Ya......ngerti, Ma," jawab Tina malas.
Ketika ibunya pergi ke dapur, Tina asyik kembali dengan makanan dan Knigh Rider-nya seakan tidak ada apa-apa sebelumnya. Dengan sengaja ia mengulur-ulur waktu, supaya kalau dia sudah selesai makan, ibunya juga selesai mencuci piring.
Ibunya memanggil dari dapur sekali lagi.
Tina diam seribu bahasa.
******
Ketika Heru, seorang mahasiswa Psikologi, akan mencari tempat kost baru ia mengetuk pintu kamar yang ada di situ. Beberapa kali diketuk pintu tak ada jawaban. Padahal Heru terdengar suara radio berbunyi dari luar, pasti ada orangnya di dalam.
Beberapa saat kemudian seraut wajah laki-laki muncul dengan menyibakkan sedikit korden jendela. Heru agak terkejut melihat wajah yang agak menakutkan itu. Sorot matanya tajam penuh selidik.
"Mau cari siapa?" tanya orang itu dengan penuh kecurigaan.
"Mau cari kost. Apa masih ada kamar kosong?"tanya Heru.
"Itu tempat ibu kost-nya. Tanya sendiri ke sana," kata orang itu tetap dari balik korden jendela.
Heru menjadi terkesan dengan penghuni kamar itu. Ketika dia sudah beberapa hari pindah di tempat kost itu, dia mencoba mengadakan pendekatan. Dengan masih menaruh kecurigaan orang itu mempersilahkan Heru bertamu ke kamarnya. Heru agak heran melihat ada sebuah kayu besar dibalik pintu.
"Untuk apa kayu ini?" tanya Heru
"Banyak orang jahat di sekitar ini." kata penghuni kamr itu. Heru hanya tersenyum saja melihat keanehan perilaku tteman barunya.
Tomo adalah seorang eksekutif muda yang sukses. Ia sangat serius dengan kariernya. Baginya karier adalah yang paling utama dalam hidupnya, sehingga meskipun dia sudah berumur 35 tahun, masih tetap sendirian.
Ia dikenal bawahannya sebagai pimpinan yang sangat disiplin dengan waktu. Jam 8 pagi tepat sudah sampai di kantor dan pulang ke rumah tepat jam 5 sore tepat. Seluruh kegiatannya sudah terjadwal dengan ketat dan dia selalu tepat waktu. Kalau mengerjakan suatu pekerjaan harus sesuai dengan urutannya. Demikian juga ia selalu menekankan kepada bawahannya supaya seperti dia dalam melakukan pekerjaan
Kalau orang masuk ke dalam kantornya akan terkesan dengan kerapihannya. Segala sesuatu diatur. Tak ada satu barangpun yang terkesan semrawut. Berkas-berkas yang ada di atas mejanya tertumpuk dengan rapi. Kalau anak buahnya menaruh dokumen tidak di tempatnya dia akan marah-marah. Buku-buku yang ada di rak tersusun rapi sesuai dengan yang paling besar sampai yang kecil.
0 komentar:
Posting Komentar