I. PENDAHULUAN
Psikosa (psychosis) merupakan bentuk gangguan mental yang ditandai dengan adanya diorganisasi kognitif, diorientasi waktu, ruang, orang, serta adanya gangguan dalam emosionalnya. Keadaan tersebut menyebabkan penderita mengalami disintegrasi kepribadian, yang dapat menyebabkan terputusnya hubungan dirinya dengan realita, bahkan dapat menggangu fungsi sosialnya. Pada beberapa kasus disertai adanya halusinasi dan delusi.
Menurut Kartini Kartono (1989), psikosa dibagi dalam dua golongan, yaitu: organic psychosis (psikosa organik) dan functional psychosis (psikosa fungsional). Organis psychosic disebabkan oleh adanya gangguan pada faktor fisik/organik dan faktor intern, yang menyebabkan penderita mengalami kekalutan mental, maladjusment, dan inkompeten secara sosial. Pada umumnya penyakit ini disebabkan oelh adanya gangguan pada otak serta fungsi jaringan-jaringan otak (terjadi organic brain disorder). Hal ini mengakibatkan berkurangnya/rusaknya fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauannya.
II. ORANIC MENTAL DISORDER
Gangguan mental organik merupakan gangguan-ganguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak secara temporer atau permanen. Oeh karena itu, ganguan mental organik disebut juga organic brain syndromes, yang dikelompokkan dalam 7 tipe (Choca, 1980), yaitu :
No. | Nama Gangguan | Karakteristik utama |
1 | Demensia | Gangguan fungsi intelektual |
2. | Delirium | Gangguan konsentrasi dan kesadaran |
3. | Sindrom amnesic | Gangguan memori |
4. | Sindrom delusi organic | Munculnya khayalan-khayalan |
5. | Halusinasi organik | Munculnya halusinasi |
6. | Sindrom mental organik | Gangguang pada fungsi emosi |
7. | Intoksikasi | Gangguan intelektual dan fungsi motorik |
8. | Withdrawals | Gangguan intelektual czn fungsi motorik |
Gambaran umum gangguan mental organik (Rathus & Nevid, 1991) yaitu :
1. Penurunan fungsi intelektual dan memori
2. Gangguan dalam bahasa (language) dan berbicara (speak)
3. Disorientasi waktu, ruang, dan orang
4. Gangguan motorik
5. Gangguan dalam pembuatan keputusan tindakan
6. Ketidakstabilan perasaan dan emosi
7. Perubahan kepribadian
Sulit untuk melakukan diagnosa yang tepat pada perilaku abnormal yang disebabkan oleh faktor organik. Kerusakan otak mengakibatkan simptom-simptom yang bervariasi, tergantung pada faktor lokasi dan luasnya area kerusakan, dan adanya kemampuan penderita dalam mengatasinya, serta adanya dukungan sosial (social support).
Kerusakan pada struktur terntu atau bagian yang mempunyai fungsi tertentu, dapat menyebabkan terganggunya fungsi tersebut. Misal, bila yang mendapat gangguan kerusakan adalah area bicara motoris, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk berbicara (secara motorik).
Kerusakan pada area otak yang sama, tidak selalu mengakibatkan pola simptom yang sama; mungkin dikarenakan terjadinya perubahan minor pada tempat terjadinya kerusakan; mungkin karena faktor psikologis yang berinteraksi dengan faktor organik. Dengan mengetahui luas dan lokasi kerusakan pada otak dapat membantu menentukan range dan beratnya kerusakan. Makin meluasnya kerusakan otak, makin luas pula kerusakan pada fungsinya.
Diagnosis dini dari simptom-simptom yang terjadi, memungkinkan beberapa gangguan kondisi organik dapat segera diobati atau dipulihkan, dengan menggunakan treatment yang tepat. Misal, treatment yang tepat untuk tumor otak adalah dengan pembedahan/operasi, bukan dengan psikoterapi.
Pada umumnya, gangguan mental organik disebabkan oleh kerusakan atau trauma otak, penyakit (disease), ketidakseimbangan nutrisi.
Gambaran utama dari gangguan mental organik yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif
Meliputi gangguan daya ingat (memory), daya pikir (intelect), daya belajar (learning)
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
· persepsi (halusinasi)
· isi pikiran (waham/delusi)
· suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, dan cemas)
(PPDGJ-III, 1999)
III. DELIRIUM
Delirium berasal dari bahasa latin; de = dari, lira = garis/line: yang berarti menyimpang dari garis atau norma, dalam persepsi, kognitif, dan perilaku. Delirium merupakan sindrom yang meliputi keadaan mental yang kacau dan kesulitan dalam meusatkan perhatian/konsentrasi (Rathus & Nevid, 1991); yang mungkin disebabkan oleh gangguan fisik seperti benturan pada kepala, infeksi otak, intoksikasi atau pasca penggunaan zat-zat psikoaktif.
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
- Gangguan kesadaran
Yaitu dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma
- Gangguan perhatian
Penderita mengalami penurunan kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, dan mengalihkan perhatian, sehingga penderita mengalami kesulitan untuk mengikuti pembicaraan yang berpindah topik pada waktu yang hampir bersamaan. Penderita juga mengalami penurunan perhatian terhadap lingkungannya.
- Gangguan kognitif secara umum
· Penderita mengalami halusinasi (terutama halusinasi visual), ilusi, dan distorsipersepsi Ikesalahan interpretasi pada stimuli sensori)
· Mengalami hendaya daya ingat dan pengertian abstrak, dengan/tanpa waham yang bersifat sementara. Tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yaitu penderita tidak dapat mengorganisasikan pikirannya (mengalami kekacauan), yang diperlihatkan dengan berbicara melantur dan kacau (tidak mempunyai arti).
· Mengalami hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang masih utuh.
· Mengalami diorientasi waktu. Pad kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
- Gangguan psikomotor
· Penderita mengalami hipo atau hiper-aktivitas yang tidak terduga. Terjadi fluktuasi yang cepat antara keadaan gelisah (restlessness) dan keadaan pingsan (stupor).
· Waktu bereaksi yang lebih panjang
· Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
· Reaksi terperanjat meningkat
· Melakukan gerakan yang tidak ada tujuannya dan tidak tenang, misal memukul obyek yang tidak jelas.
- Gangguan siklus tidur-bangun
· Penderita mengalami insomnia atau tidak bisa tidur samasekali (pada kasus yang berat); atau mengalami terbaliknya siklus tidur bangun, mengantuk pada siang hari.
· Gejala-gejala makin memburuk pada malam hari dan dalam keadaan tidak bisa tidur
· Mengalami mimpi buruk dan sering terjaga dari tidur. Mimpi buruk tersebut dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
- Gangguan emosional
Penderita dapat mengalami depresi, anxietas, lekas marah, euforia, apatis, atau merasa kehilangan akal.
- Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang-timbul sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F05)
2. Faktor Penyebab
Delirium disebabkan oleh kombinasi gangguan menyeluruh pada proses metabolisme otak dan ketidakseimbangan neurotransmitter otak. Delirium dapat terjadi secara tiba-tiba yang dikarenakan adanya trauma atau luka di kepala. Dapat juga berkembang secara bertahap selama beberapa jam/hari yang secara umum disebabkan oleh infeksi, demam atau gangguan metabolisme.
Secara umum, delirium disebabkan oleh :
· Infeksi
· Trauma kepala
· Gangguan metabolisme yang disebabkan oleh liver atau ginjal, hipoglikemia, kekurangan thiamine, efek pembedahan, intoksikasi dan pasca penggunaan zat psikoaktif.
· Banyak faktor penyebab yangv tidak bisa diidentifikasi
(Rathus & Nevid, 1991)
3. The DT’s (Delirium Tremens)
Kasus delirium banyak terjadi pada pengguna drug yang secara tiba-tiba menghentikan penggunaannya, umumnya terjadi pada kasus alkoholik.
Diagnosa dan gambaran umum penderita :
· Penderita mengalami diorientasi
· Penderita mengalami gangguan persepsi dan dapat menalami halusinasi hal-hal yang menakutkan
· Penderita mengalami gangguan pemusatan perhatian dan gangguan bicara (speech)
· Mengalami gangguan kesadaran
· Tremor terjadi dalam beberapa jam pertama setelah menghentikan penggunaan drug.
· Serangan kejang-kejang dapat terjadi setelah 24 jam
· Delirium tremens dapat sembuh setelah seminggu atau lebih
4. Treatment
Delirium dapat dipulihkan melalui treatment yang tepat dengan mendasari pada kondisi organiknya. Treatment tersebut bisa sangat singkat, biasanya berkisar satu minggu, dan jarang lebih dari sebulan. Jika kondisi fisik mengalami kemunduran, dapat terjadi koma atau kematian.
Treatment terbaik di lakukan di rumah sakit, karena penderita dapat dipantau perkembangannya dan dapat dilakukan terapi obat (tranquilizers) untuk meringankan simptom-simptomnya terutama pada penderita delirium tremens; serta akan mendapat dukungan (suport) dari lingkungan.
IV. SINDROM AMNESTIK (AMNESIA)
Sindrom amnestik atau disebut juga amnesia, memiliki karakteristik utama terjadinya kemunduran fungsi daya ingat (memoru) yang cukup tajam, baik memori jangka pendek (short-therm memory) maupun memori jangka panjang (long-term memory).
Ada dua macam amnesia, yaitu :
1. Amnesia disosiatif (PPDGJ-III:F44.0)
Yaitu amnesia yang memiliki ciri utama hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi (selective), misalnya kejadian yang traumatis atau stressful, yang bukan disebabkan oleh gangguan mental organik, dan terlalu luas untuk dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum terjadi atau atas dasar kelelahan.
2. Sindrom amnesik organik
Yaitu amnesia yang disebabkan oleh adanya ganguan organik/fisik, yang akan dijelaskan pada bagian berikutini :
Ada dua macam amnesia yang disebabkan oleh gangguan mental organik :
a. Retrograde amnesia, yaitu hilangnya ingatan tentang kejadian-kejadian sebelum problem fisik yang menjadi penyebab amnesia
b. Antedrograde amnesia, tidak dapat mempelajari atau mengingat kejadian-kejadian setelah terjadi kerusakan (Mulyani, 1999).
1. Diagnosa dan gambaran umum penderita
a.. Ketidakmampuan daya ingat
· Hendaya memori jangka pendek, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat hal-hal baru (lemahnya kemampuan belajar materi baru). Penderita tidak mampu mengingat orang atau nama orang yang baru ditemui lima atau sepuluh menit yang lalu.
· Hendaya memori jangka panjang, yaitu mengalami ketidakmampuan untuk mengingat hal-hal atau pengalaman di masa lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
· Daya ingat segera (immediate memory/recall) masih berfungsi dengan baik , misal masih dapat untuk mengulang menyebutkan deret angka.
c. Penderita tidak mengalami gangguan perhatian (attention) dan kesadaran (consciousness). Fungsi intelektual secara umum masih baik.
d. Keadaan amnesia ini membuat penderita merasa terganggua karena hilangnya identitas diri. Untuk menutupi hal ini, penderita mungkin mengingkari problem memorinya ini atau kadang mengakuinya tapi tampak bersikap tak acuh dan ditutup dengan obrolan.
(Rathus & Nevid, 1991; PPDGJ-III, kategori diagnosis F04)
2. Faktor Penyebab
Amnesia dikategorikan sebagai akibat ganguan organik, secara umum disebabkan oleh :
- Traumatic event, yaitu terjadi benturan pada kepala (trauma kepala), electric shock, dan operasi
- Penyebab non-tramatic event, yaitu :
· Tumor kepala
· Efek sekunder dari pembedahan pada otak
· Infeksi (meningitis tuberkulosis, post-encephalitis, herpes simplex)
· Hypoxia (kekurangan oksigen pada otak secara tiba-tiba)
· Infarction (ganguan pembuluh darah otak sehingga terganggu pula proses suplai zat-zat penting ke otak) yang lebih dikenal dengan penyakit stroke.
- Penyebab lainnya yaitu akibat pemakaian alkohol yang kronis
3. Alcohol Amnestic Disorder
Gangguan amnesia dapat juga disebabkan oleh penggunaan alkohol yang kronis. Diagnosis pada sindrom amnesik organik alkoholik adalah :
a. Sindrom amnesik yang disebabkan oleh zat psikoaktif harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik (PPDGJ-III: F04), yaitu seperti yang tersebut di atas.
b. Syarat utama untuk menentukan diagnosis adalah :
1) Adanya gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi waktu (gangguan pada penyusunan kembali urutan kronologis, peninjauan kejadian yang berulang menjadi satu peristiwa, dll).
2) Tidak mengalami gangguan daya ingat segera (immdiate memory/recall)
3) Adanya riwayat atau bukti yang obyektif dari penggunaan alkohol atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi)
(PPDGJ-III: F10.6)
Menurut DSM-II-R (Rathus & Nevid, 1991), penyebab umum sindrom amnesia adalah defisiensi thiamine yang disebabkan oleh penggunaan alkohol yang kronis. Seorang alkoholis cenderung tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi tubuhnya, terutama thiamine.
Alcohol amnestis disorder sehingga menyebabkandefisiensi thiamine, sering juga disebut dengan Korsakoff’s syndrome, meskipun korsakoff’s syndrome itu sendiri tidak hanya terbatas pada alkoholik.
Korsakoff’s syndrome seringkali diikuti oleh serangan akut gangguan lain, yaitu Wernicke’s disease, yang memiliki karakteristik :
· mengalami kebingungan (confusion) dan disorientasi
· Ataxia, yaitu gangguan keseimbangan motorik kaki, terutama bila sedang berjalan
· Paralysis (kelumpuhan) otot-otot yang mengontrol gerakan mata.
Apabila simptom pada Wernike’s disease hilang, penderita akan kembali pada keadaan korsakoff’s syndrome dan mengalami gangguan daya ingat. Menurut DSM-III-R, korsakoff’s syndrome ini akan dialami sepanjang hidup, meskipun kondisinya sedikit membaik (Rathus & Nevid, 19991). Kebanyakan penderita korsakoff’s syndrome mengalami gangguan daya ingat jangka panjangnya.
4. Treatment
Deteksi dan diagnosis dini terhadap penyabab masalah gangguan ingatan sangat penting bagi kesembuhan penderitas sebesar 20-30%. Dapat atau tidsknya penderita untuk sembuh tergantung pada faktor penyebab amnesia, tetapi biasanya tidak dapat sembuh secara tuntas. Terutama apabila gangguan tersebut disebabkan karena adanya kerusakan pada bagian subkortikal otak, tidak dapat disembuhkan, meski gangguan ini jarang terjadi.
Treatment yang umum dilakukan pada penderita amnesia adalah dengan pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki peredaran darah pada otak (terutama korteks), sehingga suplai nutrisi ke otak dapat tercukupi. Disamping dengan pengobatan, terapi ingatan dapat membantu kesembuhan.
V. DEMENSIA
Demensia berasal dari kata de = keluar dan mens = mental. Demensia merupakan gangguan kognitif yang memiliki ciri menonjol adanya kemunduran ingatan secara progresif, terganggunya kemampuan berbahasa (language) dan kordinasi motorik.
Menurut PPDGJ-III, demensia merupakan suatu sindrom akibat gangguan otak yang biasanya, bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, termasuk di dalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Umumnya disertai, dan ada kalnya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
Proses kemunduran mental atau fungsi intelektual pada demensia tidak dapat disamakan dengan proses perubahan kemampuan intelektual pada manula, karena pada kasus demensia lebih mengacu pada gangguan degeneratif otak.
Demensia terjadi pada usia 65 tahun atau sebelumnya disebut presenile dementia. Simptom-simptomnya mulai berkembang cepat pada usia 40-50 tahun. Terjadi perubahan mental dan kerusakan-kerusakan otak dari tingkat ringan sampai tingkat berat. Menunjukkan adanya riwayat keluarga yang berpenyakit Alzheimer (PPDGJ-III: F00.0). Sedangkan demensia yang terjadi di atas usdia 65 tahun disebut senile dementia, yang ditandai dengan kemunduran fisik dan mental secara lamban dan progresif, dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya (PPDGJ-III: F00.1). Meskipun demikian, demensia dapat saja terjadi pada semua tingkat umur.
1. Diagnosis dan gambaran umum penderita
- Adanya kemunduran mental, seperti daya ingat, daya pikir atau kemampuan problem solving, dan berpikir abstrak, yang semuanya itu dapat menggangu fungsi sosial dan fungsi keseharian, seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll.
- Kehilangan ingatan, mula-mula agak ringan, makin lama makin parah sampai mereka tidak dapat mengingat informasi baru. Dan makin lama tidak dapat mengingat fakta mengenai dirinya dan kehidupannya.
- Afasia, yaitu kehilangan kemampuan menggunakan bahasa karena kerusakan pada daerah bahasa di otak. Ada dua macam afasia :
· Wernicke afasia : dapat mengucapkan kata-kata, tapi tidak ada artinya
· Broca afasia : gangguan pada produksi, tapi pengertiannya masih ada
- Apraxia, yaitu kehilangan kemampuan melakukan gerakan badan yang terkoordinasi yang disebabkan karena kerusakan otak.
- Agnoria, yaitu ketidakmampuan mengenal obyek atau pengalaman yang akrab, meskipun ada kemampuan untuk mengamatinya
- Tidak ada gangguan kesadaran
- Gejala dan disabillity sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
(PPDGJ-III; Mulyani, 1999; Rathus & Nevid, 1991)
2. Faktor penyebab
Penyebab utama demensia adalah kerusakan otak yang progresif dan parah. Sedangkan penyakit fisik yang dapat menyebabkan demensia adalah :
· Penyakit otak : Alzheimer dan Pick
· Multi-infarct demensia
· Infeksi otak
· Intoksikasi
· Tumor kepala
3. Treatment
Dalam beberapa kasus, demensia dapat disembuhkan, terutama demensia yang disebabkan oleh tumor, infeksi yang dapat disembuhkan, depresi, alkoholik. Treatment yang tepat/sesuai dapat membantu proses kesembuhan. Kecuali pada demensia yang disebabkan penyakit Alzheimer, tidak dapat disembuhkan.
4. Demensia tipe Alzheimer
Penyakit Alzheimer disebabkan karena sebagian besar jaringan pada korteks otak mengalami degenerasi, juga syaraf mengalami degenerasi dan membentuk gumpalan jaringan saraf yang abnormal (Mulyani, 1999). Keadaan tersebut menyebabkan kemunduran fungsi mental secara progresif, termasuk daya ingat, kemampuan bahasa (language), kemampuan problem solving.
5. 75 % dari kasus demensia disebabkan oleh Alzheimer dan lebih banyak terjadi pada perempuan. Alzheimer dapat terjadi pada awal usia 40 tahun, dan resiko meningkat tajam seiring dengan bertambahnya usia, terutama di atas 75 tahun. Alzheimer merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Amerika.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terdapat gejala demensia
· Onset bertahap, dengan deteriorasi lambat
· Gangguan progresif pada fungsi kognitif bersamaan dengan perubahan kepribadian dan hubungan interpersonal. Yaitu kehilangan ingatan, disorientasi, penurunan kemampuan membuat pendapat, kemunduran ketrampilan sosial, dan perubahan atau mendatarnya afek.
· Simptom lain yang dapat mengikuti : agitasi, keluyuran, halusinasi, delusi, agresif, insomnia, tidak mampu untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.
· Perkembangan Alzheimer biasanya 5-10 than, dan berakhir dengan kematian melalui perkembangan penyakit kompilasi seperti pneumonia
(PPDGJ-III: F00; Mulyani, 1999)
Treatment
Sampai dengan saat ini belum ada pengobatan atau treatment yang efektif untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer. Yang ada hanyalah teratment pengobatan untuk mengontrol gejolak emosi dan perilaku-perilaku yang tidak tepat, serta pemberian obat untuk mencegah semakin menurunnya kadar ACh di otak.
Kemungkinan penyebab penyakit Alzheimer
Meskipun sampai dengan saat ini belum ditemukan pengobatan atau treatment yang benar-benar efektif untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer, namun beberapa kemungkinan penyebab dapat diidentifikasi. Ada beberapa pendapat yang berusaha menjelaskan tentang kemungkinan faktor penyebab Alzheimer, yaitu :
· Pendapat terdahulu yang menyatakan bahwa faktor penyebab Alzheimer adalah slow-acting virus. Ada juga yang mengajukan dugaan karena kerusakan genetik atau karena trauma otak.
· Hasil penelitian lainnya mengemukakan adanya ketidaseimbangan neurotransmitter di otak, terutama acetylchloline (Ach), yang mungkin akibat dari rusaknya sel otak yang menghasilkan Ach.
· Ketidakseimbangan metabolisme otak, yaitu metabolisme glucose dan oksigen
· Terganggunya peredaran darah di otak sihingga menghambat suplai nutrisi penting ke otak, yaitu terutama glucose dan oksigen.
· Transmisi genetik diduga sebagai salah satu penyebabnya.
Bukti menunjukkan bahwa pada penderita Alzheimer terdapat penurunan kada Ach di otak dan aktivitas gelombang otak relatif lambat (dideteksi dengan EEG)
5. Pick’s Disease
5 % dari kasus demensia disebabkan oleh penyakit Pick. Penyakit ini berkembang pesat pada usia 60 70, dan kondisi penderita akan semakin menurun setelah 70 tahun. Penyebab gangguan ini belum diketahui pasti, tetapi ada dugaan karena adanya transmisi genetik. Kelurga daru penyakit Pick Disease, mempunyai resiko 17% terkena penyakit pick pada usia sekita 75 tahun. Laki-laki memiliki probabilitas resiko lebih tinggi terkena pick daripada perempuan.
Diagnosa dan gambaran umum penderita
· Adanya gejala demensia yang progresif
· Adanya gangguan perilaku dan emosi, sehingga secara sosial tidak terkendali, yaitu perilaku sosial yang kasar, euforia, emosi tumpul, disinhibisi, dan apatis atau gelisah.
· Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat (PPDGJ-II:F02.0).
6. Multi-infarct Dementia
Merupakan demensia yang disebabkan oleh multipel sroke yang terjadi pada waktu yang berlainan (terjadi berulang-ulang) atau bentuk kerusakan otak lainnya. Stroke yang terjadi secara berulang ini dapat menyebabkan luasnya efek pada fungsi mental. Penyakit stroke ini terjadi karena adanya gumpalan-gumpalan darah yang iasanya disebabkan karena adanya proses pengapuran. Dapat juga karena adanya proses penebalan dinding-dinding pembuluh darah otak, yang biasanya disebabkan oleh kolesterol. Keadaan tersebut menyebabkan terhambatnya suplai darah ke seluruh bagian otak, sehingga bagian yang tidak terlairi darah akan terhenti fungsinya, dan timbul gangguan biasanya pada fungsi motorik, fungsi bicara (speech), atau fungsi kognitifnya. Kematian bisa saja terjadi bila jika keadaan semakin parah.
Multi-infarct dementia mempunyai simptom yang sama dengan penyakit Alzheimer, yaitu adanya gangguan daya ingat dan kemampuan bicara, gejolak emosi, ketidakmampuan penderita untuk emnjalankan fungsi-fungsi keseharian. Gangguan pada fungsi-fungsi mental dan kemampuannya tergantung pada area kerusakan yang mempunyai fungsi tertentu. Ketidakmampuannya kognitif biasanya tidak merata, mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, atau gejala neurologis fokal. Namun daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgement) secara relatif tetap baik (PPDGJ-III: F01).
Terjadinya onset cenderung lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkin otak (PPDGJ-III: F01.1).
VI. PENYAKIT PADA BASAL GANGLIA (Disease of The Basal Ganglia)
Basal ganglia adalah kumpulan sel-sel saraf (simpul saraf) yang terletak di bawah korteks (subkortikal), yang mengontrol gerakan motorik manusia. Penyakit yang termasuk dalam penyakit basal ganglia :
1. Penyakit Parkinson
Penyakit ini pertama kali dideteksi oleh James Parkinson pada tahun 1818. Faktor penyebab parkinson adalah terjadinya proses degerasi sel-sel saraf dari basal ganglia, mungkin juga ada kerusakan pada bidang-bidang yang menyebar pada korteks serebral (mulyani, 1999). Kerusakan tersebut khususnya terjadi pada substansia negra (“black substance”).
Dugaan penyebab lainnya, rusaknya basal ganglia tersebut akibat dari penggunaan obat (7% dari kasus Parkinson). Dugaan lainnya adalah disebabkan oleh virus, keracunan (enviromental toxins), dan arteriosclerosis. Namun sampai dengan saat ini belum diketahui secara pasti penyebab penyakit Parkinson, terutama penyebab terjadinya kerusakan pada basal ganglia (Rathus & Nevid, 1991).
Diagnosa dan gambaran umum penderita
a. Gangguan parkinson biasanya bersifat progresif dan menunjukkan gambaran yang parah, termasuk gangguan motorik yang bermacam-macam dengan karakteristik :
· tangan, kaki, atau kepala dapat bergetar (tremor) tanpa dapat dicegah
· Terjadi kekakuan otot-otot sehingga sulit melakukan gerakan (arkinesia)
· Aktivitas motorik menjadi lamban (bradykinesia)
· Tidak mengontrol gerakan tubuh, misal, sulit untuk memulai berjalan dan juga sulit untuk berhenti
· Kehilngan koordinasi, yaitu tidak dapat mengkoordinasikan dua gerakan pada waktu yang sama
· Biasanya terjadi poerubahan postur tubuh yaitu badan condong ke depan
· Mukanya tidak berekspresi, simptom akibat terjadinya degenerasi sel-sel saraf yang mengatur otot-otot wajah.
· Bicaranya terganggu dan kehilangan ritme normal
b. Terjadi gangguan kognitif, misal, sulit mengucapkan kata (gangguan bahasa).
c. Perhatian (attention), konsentrasi, dan daya ingat tetap baik pada tahap awal penyakit ini. Tapi pada tahap lanjut terjadi penurunan.
d. Akibat gangguan fisik yang parahb ini, seringkali membuat penderita mengalami penurunan harga diri dan menjadi depresi.
e. Demensia dapat terjadi pada penderita Parkinson yang sudah parah (PPDGJ-III:F02.3)
(Mulyani, 1999: PPDGJ-III, 1999: Rathus & Nevid, 1991)
Treatment
Pada penderita Parkinson ditemukan adanya penurunan jumlah neurotransmitter dopamine. Oleh karena itu, defisiensi dopamine pada otak dijadikan dasar untuk treatmentnya. Pemberian obat L-dopa (pertama kali digunakan pada tahun 1970-an) dapat memberikan harapan pada penderita, yaitu dapat meningkatkan kadar dopamine dalam otak. *0% penderita menunjukkan kemajuan yang berarti pada pengurangan simptom tremor dan motoriknya, setelah dilakukan terapi L-dopa. L-dopa terbukti dapat mengurangi simptom-simptom pada penyakitParkinson dan menghambat perkembangan penyakitnya. Namun, L-dopa tidak berarti dapat menyembuhkan penyakit ini. Sebagian besar penderita yang melakukan terapi L-dopa, tetap menunjukkan kemunduran secara bertahap.
2. Penyakit Huntington
Penyakit ini pertama kali diidentifikasikan oleh George Huntington pada tahun 1872. Penyakit Huntington disebabkan adanya kerusakan yang meluas pada subkorteks otak, dan bagian-bagian pada korteks frontal, yang mengontrol gerakan motorik korpus kolasum (Mulyani, 1999). Kerusakan progresif pada subkorteks yang mempengaruhi sel-sel saraf yang memproduksi Ach dan GABA (Rathus &Nevid, 1991).
Penyakit Huntington dapat terjadi pada anak-anak, tapi umumnya terjadi pada orang yang berumur 30-50 tahun. Penyakit ini terjadi melalui transmisi genetik (diduga terjadi kerusakan pada kromosom no. 4). Seseorang yang mempunyai orang tua yang menderita penyakit Huntington, akan memiliki probabilitas resiko sebesar 50%. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
a. Ditandai adanya gangguan gerakan choreiform (berasal dari bahasa Yunani choreia yang berarti “menari”) yang tidak teratur dan kronis yaitu melilit-lilit dan kejang-kejang tanpa koordinasi dari kedua lengan dan kaki. Karena itu penyakit ini disebut juga Huntington’s Chorea. Adanya gerakan koreoform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan bahu atau cara berjalan yang khas, yang merupakan gejala awal. Gejala ini biasanya mendahului gejala demensia (PPDGJ-III:F02.2)
b. Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan daya ingat relatif masih baik, sampai saat selanjutnya (PPDGJ-III:F02.2)
c. Gangguan ini juga menyebabkan gangguan kognitif dan kepribadian. Gangguan kognitif: mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang memerlukan kecepatan atau jalan pikiran, dan yang membutuhkan persepsi dan respon yang kompleks. Gangguan kepribadian: mudah marah, cemas, umumnya tidak dapat diprediksikan; mengalami gangguan dalam membuatpendapat; menjadi agresif atau impulsif secara seksual. Karena gangguan ini, penderita menjadi depresif dan apatis
d. Penyakit Huntington yang kronis dan progresif selalu diakhiri dengan psikosa (kegilaan) dan kematian.
(Mulyani, 1999; PPDGJ-III, 1999; Rathus & Nevid, 1991; Kartono, 1989)
Treatment
Sebab-sebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Sejauh ini diduga karena adanya faktor keturunan. Dan cara penyembuhan yang efektif jga belum diketemukan. Oleh karena itu, sikap pencegahan lebih bermanfaat, yaitu bila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit ini, lebih baik tidak menikah atau tidak menurunkan anak.
VII. INFEKSI OTAK
Terjadinya infeksi atau peradangan pada otak dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel saraf otak, dan dapat mempengaruhi keadaan fisik dan mental penderita. Beberapa tipe utama infeksi otak adalah encephalitis, meningitis, neurosyphillis dan AIDS dementia complex.
1. Encephalitis
Encephalitis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan pada jaringan-jaringan otak yang disebabkan oleh virus yang dibawa oleh serangga seperti nyamuk, kutu, dan serangga lainnya.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
a. Penderita mengalami kelesuan dan mengantuk yang diikuti oleh periode iritabiltas dan eksitabilitas.
b. Dapat terjadi delirium selama fase akut
c. Terjadi perubahan perilaku emosional yang ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tidak beralasan (euforia), mudah berubah menjadi iritabilitas (cetusan amarah) dan agresi yang sejenak. Pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran yang menonjol.
(PPDGJ-III:07.0)
2. Meningitis
Meningitis merupakan infeksi atau peradangan akut yang terjadi pada sistem syaraf pusat, yaitu peradangan pada meninges atau membran (selaput luar otak) yang melapisi urat syaraf tulang belakang dan otak.
Penyakit ini disebabkan oleh mikroba seperti virus, bakteri, dan protozoa. Frekuensi terbanyak disebabkan oleh bakteri meningococcus. Jika pada terapi awal dilakukan dengan obat antibiotik, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan. Tapi jika tidak dilakukan terapi apapun, dapat terjadi koma dan akhirnya kematian.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Penderita mengalami panas tinggi, kejang-kejang, sakit kepala yang hebat, rasa sakit dan kekakuan otot-otot, muntah-muntah, rasa kantuk, gangguan konsentrasi, iritabilitas, dan gangguan daya ingat.
· Retardasi mental dapat terjadi
· Karena penyakit meningitis sangat menular, maka sebaiknya penderita dikarantinakan untuk mencegah terjadinya penularan.
3. Neurosyphillis
Sipilis (syphillis) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum. Sipilis ini dapat ditularkan melalui kontak genital, oral, atau anal dengan penderita sipilis. Dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayi yang dikandungnya melalui plasenta.
Jika tidak dilakukan treatment pada penyakit sipilis, maka penyakit ini akan mengalami perkembangan. Penyakit ini bermula dari organ tempat masuknya bibit penyakit (chancre), sampai akhirnya berkembang dan bakteri sipilis mulai menyerangbagian tubuh yang lain, termasuk sel-sel saraf tulang belakang yang mengontrol respon motorik. Kadang dapat menyerang jaringan saraf otak.
Makin meluasnya infeksi dimana otak diserang secara langsung sehingga terjadi general paresis yaitu suatu bentuk kemunduran mental.
Dignosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terjadi simptom fisik seperti tremor, berbicara tidak jelas (slurred speech), gangguan koordinasi motorik, dan akhirnya dapat terjadi paralisis (kelumpuhan).
· Simptom psikologis berupa terjadinya perubahan perasan, emosinya datar atau tidak ada respon emosi pada hal yang menyenangkan ataupun menyedihkan, dan iritabilitas (cetusan amarah): delusi: terjadi perubahan kebiasaan seperti menjadi tergantung kepada orang lain dalam menjalankan fungsi keseharian (memelihara dan merawat diri sendiri); terjadi kemunduran intelektual secara progresif, termasuk gangguan daya ingat yang berat, gangguan daya nilai dan pemahaman. Kadangkala terjadi euforia, dan beberpa kasus terjadi depresi dan lethargic (keadaan kesadaran yang menurun dan seperti tertidur lelap). Akhirnya penderita menjadi apatis.
· Dalam kondisi parah, kematian dapat saja terjadi
(Rathus & Nevuid, 1991)
Treatment
Deteksi lanjut dan terapi dengan pemberian obat antibiotik dapat menurunkan keadaan general paresis tersebut. Pemberian treatment tergantung pada tahapan atau keparahan infeksinya. Antibiotik dapat mencegah atau membendung perkembangan infeksi dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Pemberian obat tersebutf tidak dapat memulihkan fungsi-fungsi yang rusak.
4. AIDS Dementia Complex
Virus AIDS, yaitu treponema pallidum, yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan penyakit AIDS dementia complex (ADC).
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terjadi kemunduran mental dan fungsi motorik secara progresif. Lebih dari separuh penderita AIDS akhirnya akan mengalami gangguan mental atau demensia, yang meliputi gangguan kemampuan bahasa (language-skills), daya ingat, dan kemampuan berpikir.
· Penderita AIDS yang menunjukkan gejala ADC cenderung mengalami penurunan kondisi dan terjadinya kematian lebih cepat, dari pada penderita AIDS tanpa ADC
· Tanda awal terjadinya ADC adalah adanya ekspresi wajah depresi; gangguan konsentrasi; apatis; menarik diri dari lingkungannya; mengalami gangguan daya ingat jangka pendek; ketiadaan respon emosi
· Tanda neurologis awal yaitu mengalami problem dalam berjalan, koordinasi otot-otot (ataxia), dan refleknya
· Penurunan fungsi kognitif secara cepat dalam waktu dua bulan
· Demensia akan makin parah, seoiring dengan perkembangan penyakit ini, dimana terjadi delusi, diorientasi, gangguan daya ingat dan daya pikir
· Penderita yang menyadari keadaan dirinya, biasanya menjadi depresi
· Pada akhirnya penderita dapat mengalami koma dan meninggal.
(Rathus & Nevid, 1991)
VIII. TRAUMA OTAK
Trauma pada otak biasanya karena adanya luka pada otak yang disebabkan oleh benturan keras atau terputusnya jaringan otak, akibat dari kecelakaan atau penganiayaan. Beberapa tipe trauma otak meliputi :
1. Concussion
Concussion ini banyak dialami oleh pemain sepak bola dan petinju, karena profesi mereka memiliki resiko tinggi untuk mengalami trauma otak.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Hilangnya kesadaran beberapa saat (beberapa detik atau menit) karena pukulan atau benturan pada kepala. Dan dapat pulih dengan baik tanpa ada efek yang membekas.
· Dalam kasus berat, dapat terjadi delirium dan agitasi (kegelisahan)
· Dapat pula terjadi amnesia
· Dalam beberapa kasus, sindrom post-traumatic dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan seiring dengan lukanya.
· Karakteristik sindrom ini yaitu terjadi sakit kepala, anxiety (kecemasan), insomnia, depresi, dan penurunan daya ingat. Kerusakan permanen pada otak jarang terjadi.
(Rathus & Nevid, 1991)
2. Contusion
Contusion ini merupakan trauma otak yang lebih serius, yang dikarenakan benturan atau pukulan pada tengkorak kepala cukup keras sehingga menyebabkan jaringan lunak otak mengalami memar.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terjadi koma akibat adanya trauma tersebut, yang dapat berlangsung selama beberapa jam atau bulan
· Operasi pada kepala dilakukan apabila terjadi pendarahan pada otak
· Setelah sadar, penderita mungkin akan mengalami problem pada fungsi kgnitif dan bicara. Biasanya fungsi tersebut akan pulih kembali kira-kira setelah satu minggu
· Pengulangan kejadian concussion dan contusion dapat menyebabkan kerusakan otak, gangguan kognitif permanen, dan ketidakstabilan emosu.
· Simptom kognitif dan fisik meliputi : bicara tidak jelas (slured specch); cara berjalan yang gemetar dan tidak tegap; mengalami problem emosi; kemunduran daya ingat; kepeningan dan tremor.
(Rathus & Nevid, 1991)
3. Laceration
Trauma otak yang paling parah adalah laceration yang terjadi karena adanya luka yang disebabkan oleh benda asing yang menembus tengkorak kepala dan merusak jaringan otak. Tingkat dari kerusakan pada otak ditentukan oleh lokasi dan luasnya luka pada otak.
Laceration yang berat dapat menimbulkan kematian mendadak. Penderita yang dapat bertahan hidup, akan menglami kerusakan otak permanen, yaitu gangguan mayor pada fungsi mental dan fisik. Kadang, penderita hanya mengalami gangguan minor atau tidak ada efek permanen (Rathus & Nevid, 1991)
IX. GANGGUAN CEREBROVASCULAR
Otak sangat tergantung pada sirkulasi darah pada otak yang membawa oksigen dan glucose (proses metabolisme otak). Gangguan pembuluh darah otak terjadi bila suplai darah ke otak terputus karena adanya gumpalan pada pembuluh darah otak. Gangguan ini disebut juga cerebrovascular accident (CVA) atau stroke. Pecahnya pembuluh darah menyebabkan kebocoran darah yang dapat merusak jaringan sensitif otak.
1. Stroke
Pada stroke dengan tipe cerebral thrombosis, gumpalan bekuan darah yang berada pada pembuluh darah otak dapat menimbulkan penyempitan bahkan dapat terjadi penutupan (occlusion) sirkulasi darah di otak.
Tipe lainnya adalah artherosclerosis, yaitu terjadinya penyempitan pembuluh darah otak karena penebalan pembuluh darah yang disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding-dinding pembuluh darah otak.
Stroke dengan tipe cerebral embolism terjadi akibat adanya bekuan darah atau sumbat lainnya yang dibawa mengalir oleh darah sampai ke pembuluh darah yang kecil )kapiler) dan mengendap sehingga menyumbat aliran darah pada otak. Sumbat tersebut antara lain gelembung udara (air bubble) atau butiran lemak (fatty globule).
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Penderita dapat mengalami paralisis atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh
· Terjadi afasia (hilangnya kemampuan bahasa)
· Gangguan daya ingat
· Beberapa penderita tidak dapt berjalan
· Kondisi tersebut membuat penderita menjadi depresi dan mudah marah
2. Pendarahan Otak (Cerebral Hemorrhage)
Pendarahan pada otak tersebut disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak sehingga terjadi kebocoran di dalam jaringan otak dan merusak jaringan tersebut.
Rentannya pembuluh darah tersebut terhadap resiko pecah, mungkin karena faktor bawaan, atau karena hipertensi yang semakin lama dapat memperlemah dinding-dinding pembuluh darah.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Terdapat pembuluh darah yang pecah di otak
· Hilangnya kesadaran dengan tiba-tiba dan dapat menjadi koma yang disertai kejang-kejang
· Meluasnya pendarahan dapat menyebabkan kematian dalam waktu satu atu dua minggu
· Simptom-simptom yang dapat terjadi: gangguan motorik, afasia: gangguan daya ingat dan daya nilai
· Efek dari pendarahan otak tergantung pada besarnya pembuluh yang pecah dan area pada otak
X. TUMOR OTAK
Tumor jinak (benign) dan tumor ganas (malignant) pada otak dapat mempengaruhi sindrom mental organik yang serius. Tumor ganas atau kanker otak yang bermula pada otak disebut faktor penyebab primer. Sedangkan kanker otak yang terjadi akibat penyebaran kanker dari bagian tubuh lainnya disebut faktor penyebab sekunder.
Treatment pada tumor otak dapat dilakukan dengan pengangkatan tumor melalui operasi. Sedangkan pada kanker dapat dilakukan treatment radiasi atau kemoterapi.
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Buktu adanya tumor yang dapat dideteksi dengan CAT scan
· Gangguan daya ingat dan sakit kepala yang berulang-ulang, merupakan tanda awal
· Berkembangnya tumor dapat memperburuk simptom-simtomnya, yaitu terjadi sakit kepala yang hebat; terjadi disorientasi dan gangguan daya ingat; muntah-muntah; gangguan pandangan; gangguan koordinasi motorik; dan berapa kasus terjadi halusinasi.
· Simptom-simptom tumor otak tergantung pada ukuran tumor dan lokasinya
XI. DEFISIENSI NUTRISI
Ketidakseimbangan nutrisi atau defisiensi nutrisi juga dapat mempengaruhi fungsi mental
1. Pellagra
Defisiensi vitamin B atau niacin dapat menyebabkan timbulnya gangguan pellagra
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Simptom fisik : terjadi diare, kelainan pada kulit
· Simptom psikologis : kecemasan (anxiety), depresi, gangguan memory jangka pendek, gangguan konsentrasi
· Jika tidak dilakukan treatment, maka dapat terjadi halusinasi dan delirium, serta dapat terjadi kematian.
Treatment
Treatment dengan diet yang kaya vitamin B (niacin) dan vitamin penting lainnya, dianggap sangat efektif.
2. Beriberi
Beriberi merupakan gangguan yang disebabkan adanya defisiensi thiamine
Diagnosa dan Gambaran Umum Penderita
· Adanya gangguan saraf : kesulitan dalam konsentrasi dan daya ingat
· Terjadi iritabilitas, letargi/kelesuan yang ekstrim, ketidaan nafsu makan, insomnia, adanya perasaan letih dan tidak bergairah.
XII. GANGGUAN ENDOKRIN
Tinggi atau rendahnya aktivitas kelenjar endokrin dapat mempengaruhi aspek psikologis, bila hormon-hormon tertentu terbawa oleh darah dan mengalir ke seluruh tubuh, termasuk pada jaringan otak.
1. Gangguan pada kelenjar thyroid
Kelenjar tyroid menghasilkan thyroxin yang berfungsi mengatur metabolisme tubuh. Hyperthyroidism (disebut juga Grave’s disease) disebabkan oleh kelebihan produksi thyroxin, yang dapat mempercepat metabolisme tubuh. Sehingga timbul gejala”bug eyes” (mata yang membelalak), menurunnya berat badan (weight loss). Efek psikologis yang terjadi adalah excitability, insomnia, anxietas, kegelisahan (restlessness). Dapat terjadi halusinasi atau delusi.
Hypothyroidism yang disebabkan oleh rendahnya kadar thyroxin, yang menyebabkan cretinism pada masa anak-anak dini, yang ditandai dengan hambatan pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya sehingga penderita menjadi kerdil dan kecerdasannya menjadi terbelakang (retardasi mental). Pada masa dewasa (disebut juga myxedema) terjadi metabolisme yang lamban dan dihubungkan dengan perubahan fisik seperi kulit kering, bertambahnya berat badan. Perubahan psikologis yang terjadi adalah keletihan dan lembam; gangguan konsentrasi dan daya ingat; depresi. Treatment terhadap gangguan ini adalah dengan pemberian garam yodium untuk mencegah defisiensi thyroid.
2. Gangguan pada kelenjar Adrenallin
Kelenjar adrenalin terletak di bawah ginjal, yang terdiri dari lapisan luar (cortex) dan inti bagian dalam (medulla). Korteks adrenal memproduksi steroid, yang dapat mempertinggidaya tahan (resistance) terhadap stress dan mengatur metabolisme karbohidrat.
Aktivitas kortikal yang rendah dapat menimbulkan Addison’s disease, yang ditandai dengan adanya penurunanberat badan, tekanan darah rendah, keletihan, iritabilitas, ketiadaan motivasi, penarikan diri dari lingkungan (social withdrawal) dan depresi. Sedangkan aktivitas kortikal yang tinggi dapat menimbulkan Cushing’s syndrome, yang memiliki simptom fisik seperti terjadinya penambahan berat badan, keletihan, kelemahan otot-otot. Simptom psikologis yang terjadi adalah timbulnya keadaan perasaan yang negatif, yang dapat terjadi fluktuasi antara depresi dan kecemasan.
XIII. EPILEPSI
Penyakit epilepsi atau ayan merupakan penyakit pada kesadaran, karena terdapat gangguan pada otak. Sebab-sebab epilepsi yang jelas belum diketahui. Dari segi biologis dijelaskan bahwa adanya predisposisi dan faktor keturunan, sehingga terjadi gangguan pada otak, terutama pada kulit otak (cortex).
Hilangnya kesadaran disebabkan karena instabilitas dari neuron-neuron korteks. Sepertiga dari jumlah penderita epilepsi mempunyai riwayat keluargaberpenyakit epilepsi. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak berumum 6-24 bulan. Jika serangan epilepsi sudah dialami sebelum umum 7 tahun, maka akan mengakibatkan kelemahan mental, dan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya juga mengalami hambatan.
Sebelum terjadinya serangan epilepsi, terdapat gejala aura, yaitu penderita merasa pusing, merasa tidak enak pada perut dan punggungnya dalam beberapa detik. Penderita menjadi bingung dan merasakan getaran-getaran dingin, sehingga dia tidak dapat mempersiapkan diri terhadap serangan kekdjangan. Lalu penderita mengalami aura-stupor, yaitu rasa seperti terbius dan tidak berdaya, serta merasakan kelumpuhan atau kekakuan pada sebagian anggota badannya.
Ada 3 tipe epilepsi menurut serangan kekejangannya, yaitu :
1. Grand mal (tonic-clonic epilepsy)
Serangan ini merupakan yang paling berat. Sewaktu terjadi serangan kesadaran hilang dan penderita mengalami kejang-kejang. Nafasnya terhenti, mulutnya bergetar, dan rahngnya terkatup kuat. Lengan dan kaki terlentang kaku dan kejang-kejang, serta tangannya mengepal. Kemudian penderita terjatuh. Mungkin juga penderita merasa sakit, lalu menangis dan mengerang-erang, kemudian jatuh pingsan, tidak ingat sesuatupun juga. Mukanya menjadi kelam, lalu jadi pucat. Saat serangan terjadi, penderita dapat kehilangan kontrol diri, sehingga dapat kencing atau buang air besar yang tak terkendali, atau menggigit lidahnya.
Dengan masuknya oksigen dalam paruparu, kejang dan kekakuannya menurun. Tangan dan kaki tetap bergerak-gerak tapi mulutnya berbuih. Kejadian ini berlangsung selama kira-kira 1 menit. Setelah sadar, penderita mengalami kebingungan dan keletihan, dan dapat tertidur. Saat terjaga, penderita mungkin tidak ingat kejadian saat terjadi serangan, meski lidahnya sakit atau mengompol.
Penderita yang mengalami kekejangan tesebut memiliki resiko mendapatkan kecelakaan,seperti melikai diri sendiri, menggigit lidahnya hingga putus, atau tenggelam, terluka, atau terbakar.
2. Petit mal epilepsy (small illness)
Biasanya penderita tidak kehilangan kesadarannya. Ia berhenti sebentar, memandang kosong ke depan atau ke lantai, lalu berjalan kembali. Seringkali terdapat gerakan-gerakan pad kening dan alis, atu gerak ritmis pada kelopak mata, dekat telinga, bibir dan hidung. Barang yang sedang dipegannya, dapat terjatuh.
Petit mal ini banyak dialami oleh perempuan, terutama mereka yang sedang mengalami periode sekitar pubertas.
3. Jacksonism (Jacksonian epilepsy)
Srangan seperti pada grand mal. Hanya sersngan tersebut bermula pada sebagian badan dengan kekejangan otot atau ganguan indera, seperti merasa bingung, tidak dapat mendengar, tidak dapat merasakan apa-apa, merasa dingin atau panas, dan lain-lain.
Gangguan otot dan indra tersebut kemudian meluas ke seluruh badan. Pada awal serangan, penderita seringkali masih sadar. Kesaran hilang, saat serangan tersebut meluas, penderita pingsan dengan disertai kejang-kejang. Jika kekejangan tersebut jarang terjadinya, maka fungsi inteleknya tidak terganggu. Tapi jika kekejangan sering menyerang, dapat melemahkan fungsi intelek dan fungsi kejiwaannya.
Secar psikologis, kekejangan merupakan mekanisme untuk meredusir ketegangan. Pada orang yang mempunyai predisposisi herediter, ketegangan dan konflik psikis dapat menyebabkan timbulnya epilepsi Jacksonisme pada dirinya.
Treatment
Treatment fisik :
· Dengan diet tertentu dan pemberian obat-obatan
· Dapat juga diberikan elektroshock, yaitu kejutan-kejutan listrik
Treatment psikologis
· Sebaiknya dilakukan psikoterapi untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan, rasa malu dan terhina, hasrat untuk menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawal), rasa penolakan dan konflik bathin lainnya.
· Penderita dijaga perasaannya dari konflik-konflik batin supaya tidak terjadi kambuhnya serangan epilaepsi.
· Memperlakukan atau menerima penderita seperti layaknya orang normal (meskipun harus dijaga agar penyakitnya tidak kambuh) karena penderita epilepsi biasanya masih dapat menjalankan keseharian, seperti belajar, bekerja, atau menikah (meski ini tidak disarankan).
KESIMPULAN
Dengan memahami gangguan mental organik, kita dapat mengetahui bahwa faktor fisik damn mental/psikis tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit atau gangguan pada fisik manusia ternyata dapat menimbulkan efek psikologis, mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Gangguan mental organik merupakan gangguan pada mental yang disebabkan oleh adanya gangguan atau penyakit pada fisik. Umumnya disebabkan oleh adanya gangguan pada otak serta fungsi jaringan-jaringan otak. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tau rusaknya fungsi-fungsi kognitif, yaitu antara lain daya ingat, daya pikir (intelektual), daya belajar 9learning), daya nilai (juggment), daya konsentrasi dan perhatian; juga dapat mempengaruhibemosi dan motivasinya. Beratnya gangguan dan kekalutan mental tersebut tergantung pada parahnya kerusakan organis otak.
Gangguan mental organik ini merupakan efek sekunder dari ganguan yang sebenarnya. Dengan kata lain, efek gangguan pada mental menyertai atau merupakan akibat adanya gangguan utama pada fisiknya (primer). Gangguan pada mental ada yang dapat sembuh dan ada yang tidak. Terutama pada kerusakan otak yang permanen, cenderung meninggalkan efek mental yang permanen pula.
Treatment yang baikadalah yang sesuai dengan kebutuhan penyembuhan atau untuk emngurangi simptom-simptom yang terjadi. Disamping terapi fisik yang biasanya dengan obat-obatan, terapi psikologis sangat penting untuk mendukung kesembuhan atau mengurangi efek mental pada penderita. Biasanya, penderita akan mengalami depresi mental setelah menyadari adanya kekurangan atau gangguan yang terjadi pada dirinya, yang justru akan memperburuk keadaannya. Disamping psikoterapi, penerimaan lingkungan sosial terhadap keadaan penderita, dapat mendukung keberhasilan psikoterapi tersebut.
Daftar Pustaka
Choca, James, 1980, Manual for Clinical Psychology Practicums, New York: Brunner/Mazel.Inc.
Duke, Marshall P., dan Nowicki, Stephen, Jr., 1986, Abnormal Psychology, New York: CBS College Publishing
Kartono, 1989, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung: Mandar Maju
Maslim, Rusdi, 1999, Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan ringkas dari PPDGJ-III, Jakarta
Mulyani, Sri Martaniah, 1999, Psikologi Abnormal, Yogyakarta
Ramali, A., dan Pamoentjak, 1987. Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan
Rathus, A. Spencer, dan Nevid, S. Jeffrey, 1991, Abnormal Psychologi, New Jersey.Euglewood Cliffs.
0 komentar:
Posting Komentar