BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Banyak orang yang tak menyadari
datangnya gangguan tiroid. Inilah yang membuat jumlah penderita tiroid terus
meningkat. Tanpa penanganan yang tepat,tiroid bisa berakibat fatal terhadap
kesehatan. Bentuk organ tubuh yang satu ini memang kecil. Meski bentuknya kecil
dan cenderung tidak diperhatikan, namun kelenjar tiroid merupakan salah satu
dari kelenjar endokrin yang berpengaruh besar pada tubuh manusia. Apalagi bila kelenjar tiroid
ini sudah meradang, tubuh pun ikut meringis kesakitan. Ironisnya, banyak orang yang tidak menyadari saat
tiroid mengalami gangguan. Sebagian dari mereka baru mendatangi dokter ketika
gangguan tiroid sudah cukup parah. Gangguan tiroid hampir 50% tidak disadari
oleh si penderita. Padahal tiroid fungsinya sangat luas sehingga apabila
terjadi gangguan, maka akan berdampak besar pada kesehatan.
Saat ini diperkirakan sekitar 300 juta orang
di dunia alami gangguan fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang
mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga
mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada
sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar
tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap
dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya,
sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah,
takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
I.2 Rumusan Masalah
1)
Apa yang dimaksud dengan
hormon tiroid?
2)
Bagaimana mekanisme kerja
hormon tiroid?
3)
Apa saja jenis-jenis
penyakit hormon tiroid?
4)
Bagaimana cara
pemeriksaan hormon tiroid?
5)
Bagaimana cara pengobatan
penyakit tiroid?
I.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai hormon tiroid
2) Untuk
mengetahui mekanisme kerja dari hormon tiroid
3) Untuk
mengetahui jenis-jenis hormon tiroid
4) Untuk
mengetahui cara pemeriksaan hormon tiroid
5) Untuk
mengetahui cara pengobatan penyakit tiroid
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Pengertian Tiroid
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH)
adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina
yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua
jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini
mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh. Istilah hormon
tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada
terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap
dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.
Tiroid berarti
organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang
bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah
anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang
paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina
pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan
trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu
jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di
leher, dan kadang- kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus
di depan laring.
Kelenjar tiroid
terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1,
terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus
berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina
cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar
tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar
tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah
kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram
tiroid).
Gambar
1. Anatomi Kelenjar Tiroid
Tiroid terdiri dari
nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu
dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel
kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut
koloid.
Sel-sel epitel
folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya
dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid
disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan
oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel
pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang
terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini
mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium
serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin (T4)
mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom
yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi
apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih
aktif dari pada T4.
II.2 Fungsi
Fungsi
utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler.
Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi
oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain.
Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan
otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang kuat juga diperlukan untuk
pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon
tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting. Kelenjar tiroid berfungsi
untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal
sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2
pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Hormon-hormon
tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi.
Efek-efek ini bersifat genomic, melalui pengaturan ekspresi gen, dan
yang tidak bersifat genomic, melalui efek langsung pada sitosol sel,
membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis
dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Hormon ini tidak
esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan
perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin,
serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme).
Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus,
gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
II.3 Sistem Hormon
Dua
jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon
tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam amino
dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur
asam amino.
II.3.1 Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin
(T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya. Hormon ini
disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel
kelenjar tiriod; pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan.
Kurang lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-binding
globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan
albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Bentuk T4 yang terdapat secara alami
dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya
memiliki sedikit aktivitas bentuk L. Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam
plasma terikat pada protein plasma, diantaranya:
1.
Globulin
pengikat tiroksin (TBG)
2.
Prealbumin
pengikat tiroksin (TBPA)
3.
Albumin
pengikat tiroksin (TBA).
Dari ketiga protein
pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling spesifik. Selain itu,
tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini di
bandingkan dengan triiodotironin. Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat
atau sekitar 8 μg/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2ng/dL (Gambar
2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang (6-7
hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan
ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.
II.3.2Triiodotironin (T3)
Hormon yang
merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang
terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap
molekulnya. Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui
deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin
(T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin.
Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu
disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami
hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.
Triiodotironin
mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat TBG dibandingkan
dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan
sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik
triiodotironin lebih besar. T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi
monoidotirosin (MIT) dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal,
distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid
manusia mensekresi sekitar 4 μg (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar
0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 μg/dL yang secara normal terdapat dalam
plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada
protein, 46% pada TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan
pengikatan transtiretin sangat sedikit (Tabel 1).
II.4 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid
Kelenjar
tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh kelenjar
tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian besar (±85%)
hormon tiroid yang disekresikan dalam peredaran darah oleh kelenjar tiroid
adalah T4, selebihnya (±15%) adalah T3. Di dalam hepar, ginjal dan otot skelet,
T4 diubah oleh 5’-monodeiodinase menjadi T3. Selain T4 dan T3, baru-baru ini
diidentifi kasi adanya derivat hormon tiroid yang disebut tironamin (TAM) yang
juga mempunyai aktivitas fisiologis. TAM merupakan hormon tiroid hasil proses
dekarboksilasi T4 yang berlangsung dalam sitoplasma.
II.5 Penyakit
Hormon Tiroid
II.5.1 Hipotiroidisme
Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis
akibat dari defisiensi hormon tiroid,
yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan
anak-anak berakibat pertambatan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang parah
seperti retardasi mental.
Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan
deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular,
terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis miksedema.
Gejala hipotiroidisme:
1. Kelelahan
2. Tidaktoleransi
terhadap udara dingin
3. Kulit
serta rambut yang kering dan kasar
4. Tingkat
kolesterol meningkat
5. Denyut
jantung dan konsentrasi menurun
6. Rasa
sakit atau nyeri yang samar-samar
7. Kenaikan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
8. Sembelit
9. Otot
kram
10. Sering
mengalami keguguran
11. Gangguan
menstruasi seperti menjadi lebih sering
II.5.2Hipertiroidisme
Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan dalam tubuh, Anda bisa mengalami kelenjar tiroid
overaktif atau hipertiroidisme.
Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang cepat atau tidak
beraturan, penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-tiba meski nafsu
makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.
Gejala:
1. Memiliki
keringat berlebih
2. Mengalami
penurunan berat badan meski nafsu makannya normal
3. Gemetar
4. Gelisah,
mudah panik dan lekas marah
5. Tidaktoleransi
terhadap udara panas
6. Mudah
lelah
7. Konsentrasi
berkurang
8. Mata
melotot (seperti mau keluar)
9. Menstruasi
yang tidak teratur atau terlalu sedikit
10. Detak
jantung yang tidak beraturan atau lebih cepat
11. Kelemahan
otot yang terjadi di lengan atas dan paha
12.
Insomnia
II.5.3Hormon Tiroid dan Gagal Jantung
Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang
paling sering ditemukan adalah penurunan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar
10-30% pasien gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang dikenal dengan low
thyroid syndrome atau euthyroid sick syndrome. Turunnya kadar T3 serum berhubungan
dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin rantai berat maupun gen SERCa2.
Efek fenotipik yang ditemukan adalah penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel kiri, yang menyebabkan perburukan
fungsi sistolik dan diastolik jantung.
Penurunan kadar T3 juga menurunkan
polimerisasi aktin pada sarkomer, menyebabkan gangguan struktural dan susunan
geometri kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas jantung. Selain
hipertrofi fisiologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat memacu
sinyal-sinyal intraseluler yang menyebabkan hipertrofi patologis. Hipertrofi
patologis akibat T3 difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu transforming
growth factor β-activated kinase 1 (TAK-1). Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme
dalam jangka lama dapat menyebabkan gagal jantung. Hipotiroidisme menyebabkan
gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit dan perubahan susunan protein
kontraktil kardiomiosit. Efeknya adalah penurunan relaksasi kardiomiosit dan
gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga, secara klinis, terjadi
pengurangan kontraktilitas jantung dan curah jantung. Hipertiroidisme
menyebabkan kenaikan massa ventrikel kiri yang dapat menimbulkan efek berupa
gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri.
II.6 Diagnosis Penyakit Tiroid
Proses
diagnosis penyakit ini membutuhkan beberapa langkah pemeriksaan yang mendetail.
Jenis pemeriksaan tersebut meliputi tes darah, USG, pemindaian dengan isotop
radioaktif, serta biopsi melalui aspirasi jarum halus. Tes darah yang dianjurkan
adalah evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini berfungsi untuk mengukur kadar
hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone) untuk menentukan
kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang dialami pasien.
Melalui
USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi ukuran serta jenis
benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui aspirasi jarum halus
akan memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan.
II.7 Pemeriksaan Hormon Tiroid
II.7.1 Pemeriksaan
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dikenal beberapa istilah diantaranya:
a.
PBI
(Protein Bound Iodine) yaitu jumlah iodine yang terikat protein plasma darah
dan kira-kira 70% daripadanya merupakan ikatan dengan T4
b.
BEI
(Butanol Extractable Iodine), yaitu jumlah iodine yang berasal dari tiroksin
yang terikat oleh protein plasma darah. Protein darah yang mengikat hormon
tiroid adalah :
1.
Globulin
alfa (85%) yang dikenal sebagai TBG (Thyroxine Binding Globulin)
2.
Pre-Albumin
(sisanya), yang dikenal sebagai TBPA (Thyroxine Bindung Pre Albumin);
3.
Albumin
(sedikit sekali)
Jadi hanya sebagian kecil saja hormon tiroksin
yang bebas dalam darah, dan hanya hormon yang bebas inilah menetukan besarnya
aktivitas biologis hormon tiroid, dengan kata lain menentukan status kelenjar
tiroid seseorang, dan terdapat efek feedback antara TSH dengan hormon yang
bebas ini.
II.7.2 Tes tiroid terdiri atas:
a. Tes
untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari :
1. Tiroksin
serum (T4)
2. Tri-iodotironin
serum (T3)
3. Kadar
T4 bebas (FT4)
4. Kadar
T3 bebas (FT3)
5. Indeks
T4 bebas (FT4)
6. Tes
TSH
7. Tes
TRH.
Tes
fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid. Tes T4
digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan
maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan
antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis
hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. TSHs (Thyroid Stimulating Hormon
sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar
yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam
menentukan status tiroid dan dilanjutkan dengan tes FT4 hanya bila dijumpai
TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif daripada FT3 dan lebih banyak digunakan
untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs. Tes Thyroid
Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur respons hipofisis terhadap
rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah
pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak
peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau
sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan memberikan respons
yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal menyingkirkan
diagnosis hipertiroidisme. Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai
hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau untuk
mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau
tidak terdeteksi dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang
penyebabnya tidak diketahui .
b. Tes
untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid :
Tes Antibodi antitiroid
1. Antibodi
Tiroglobulin (anti Tg)
2. Antibodi
tiroid peroksidase (anti TPO) /Antibodi mikrosomal
3. Thyroid
Stimulating Antibodies (TSAb)
Antibodi
Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama tiroid yang berperan dalam
sintesis dan penyimpanan hormon tiroid.
Tujuan tes: terutama
diperlukan sebagai petanda tumor dalam pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik (well differentiated thyroid carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah
tiroidektomi total, kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan
tidak ada jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat
kembali jika terjadi metastasis setelah
terapi. Pada penyakit Graves ditemukan antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH
dari sel tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut
thyroid stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang
merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi hormon.
Antibodi ini disebut thyroid growth immunoglobulins (TGI).
c. Tes
untuk monitoring terapi :
1. Tiroksin
serum (T4)
2. Tri-iodotironin
serum (T3)
3. Tes
FT4
4. Tes
FT3
5. Tes
TSH
Untuk memonitoring terapi
tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 ,
FT4, FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes
monitoring terapi untuk melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.
II.8 Nilai
Rujukan dan Interprestasi
1) TES
T4
a. Nilai
Rujukan :
Dewasa : 50-113
ng/L (4,5mg/dl)
Wanita hamil : pemberian
kontrasepsi oral meningkat diatas 16,5
mg/dl
Anak-anak : diatas
15,0 mg/dl
Usila : menurun
sesuai penurunan kadar protein plasma
b. Interpretasi
:
1. Meningkat:
hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus,
obat-obatan: heroin, methadone, estrogen.
2. Menurun:
hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen, kortikosteroid,
antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.
2) TES
T3
a. Nilai
Rujukan:
Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita
hamil pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infant
dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.
b. Interpretasi
:
1. Meningkat:
hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG,
obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau lebih dan obat T4 300 mg/hr atau
lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi
oral
2. Menurun: hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus
kadar T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida,
phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium,
propanolol, reserpin, steroid.
3) TES
FT4 (FREE THYROXIN)
a. Nilai
Rujukan: 10 – 27 pmol/L
b. Interpretasi
:
1. Meningkat
: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi
T4.
2. Menurun
: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
4) TES
FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)
a. Nilai
Rujukan : 4,4 – 9,3 pmol/L
b. Interpretasi
:
1. Meningkat:
pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T3.
2. Menurun:
hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
5) Tes
TSH (THYROID STIMULATING HORMONE)
a. Nilai
rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l
b. Interpretasi
:
1. Meningkat
: hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi
antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas
kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya
litium karbonat dan iodium potassium.
2. Menurun
: hipertiroidisme primer, hipofungsi
kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid,
heparin dan dopamin.
6) TES
TSHs (TSH 3rd Generation)
a. Nilai
rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l
Batas
pengukuran : 0,002 – 20 mIU/L
b. Interpretasi
:
1. Meningkat
: hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi
antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas
kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya
litium karbonat dan iodium potassium.
2. Menurun
: hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme
primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya
aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin.
7) Antibodi
Tiroglobulin
a. Nilai
rujukan : 3-42 ng/ml
b. Interpretasi
:
1. Meningkat
: hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang tidak diterapi,
penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.
2. Menurun
: hipotiroidisme neonatal.
8) Antibodi
Mikrosomal
a. Nilai
rujukan : hasil tes negatif
b. Interpretasi :
Adanya
antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan pengobatan tiroksin,
bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi tiroid.
9) TS
Ab
a. Nilai
rujukan: hasil tes negatif
b. Interpretasi
:
TSAb
ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak mendapat pengobatan, 15% pada
penyakit Hashimoto, 60% pada penderita Graves oftalmik dan pada beberapa
penderita kanker tiroid.
II.9 Pengobatan Penyakit Tiroid
Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan
menganjurkan langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan langkah ini
tergantung pada jenis penyakit tiroid yang Anda derita, usia, serta kondisi
kesehatan Anda. Terdapat dua cara yang biasanya diberikan untuk menangani penyakit
tiroid. Langkah ini meliputi pemberian obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau
prosedur operasi.
Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda,
tergantung dari jenis penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan
terapi tersebut umumnya meliputi:
1. Menggantikan
hormon tiroid dalam tubuh
2. Menurunkan
produksi hormon tiroid dalam tubuh
3. Menghancurkan
sel-sel tiroid.
BAB
III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Hormon
tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar
tiroid dengan menggunakan yodium. Fungsi utama
hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua
hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme.
2. Kelenjar
tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh kelenjar
tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Hipotalamus
menghentikan pembentukan hormon pelepas tiroid.
3. Adapun
jenis-jenis penyakit tiroid diantaranya hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
4. Cara
pemeriksaan hormon tiroid melalui laboratorium yakni tes fungsi tiroid, tes
gangguan fungsi tiroid dan tes monitoring terapi.
4. Pengobatan
penyakit tiroid dilakukan dengan cara pemberian
obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.
III.2 Saran
Pemeriksaan
penyakit tiroid sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan lebih mendalam untuk
menghindari penyakit yang disebabkan akibat kekurangan atau kelebihan hormon
tiroid karena bila dibiarkan akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Biondi B, Cooper
DS. 2008. The Clinical Signifi Cance of Subclinical Thyroid Dysfunction
Endocrin
Brix K, Fuhre D,
Biebermann H. 2011. Molecules Important for Thyroid Hormone Synthesis and
Action - Known facts and future perspectives. Thyroid Research
Dahl P, Danzi S,
Klein I. 2008. Thyrotoxic Cardiac Disease. Curr Heart Fail
Galli E, Pingitore
A, Iervasi G. 2010. The Role of Thyroid Hormone in the Pathophysiology of
Heart Failure
Hardjasasmita
P, 2006. Biokimia Dasar B. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kahaly GJ,
Dillmann WH. 2006. Thyroid Hormone Action in the Heart Endocrin
Klein I, Danzi,S.
2007. Thyroid Disease and the Heart Circulation
Ojama K. 2010. Signaling
Mechanisms in Thyroid Hormone-Induced Cardiac Hypertrophy
Tribulova N, Knezl
V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. 2010. Thyroid Hormones and Cardiac
Arrhythmias
Wang Y.Y, dkk.
2010. Up-regulation of Type 2 Iodothyronine Deiodinase in Dilated
Cardiomyopathy Cardiovasc
0 komentar:
Posting Komentar