Selasa, 15 Maret 2022

Makalah Hormon Tiroid

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1     Latar Belakang

Banyak orang yang tak menyadari datangnya gangguan tiroid. Inilah yang membuat jumlah penderita tiroid terus meningkat. Tanpa penanganan yang tepat,tiroid bisa berakibat fatal terhadap kesehatan. Bentuk organ tubuh yang satu ini memang kecil. Meski bentuknya kecil dan cenderung tidak diperhatikan, namun kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin yang berpengaruh besar pada tubuh manusia. Apalagi bila kelenjar tiroid ini sudah meradang, tubuh pun ikut meringis kesakitan. Ironisnya, banyak orang yang tidak menyadari saat tiroid mengalami gangguan. Sebagian dari mereka baru mendatangi dokter ketika gangguan tiroid sudah cukup parah. Gangguan tiroid hampir 50% tidak disadari oleh si penderita. Padahal tiroid fungsinya sangat luas sehingga apabila terjadi gangguan, maka akan berdampak besar pada kesehatan.

 Saat ini diperkirakan sekitar 300 juta orang di dunia alami gangguan fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.

I.2     Rumusan Masalah

1)      Apa yang dimaksud dengan hormon tiroid?

2)      Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?

3)      Apa saja jenis-jenis penyakit hormon tiroid?

4)      Bagaimana cara pemeriksaan hormon tiroid?

5)      Bagaimana cara pengobatan penyakit tiroid?

I.3     Tujuan Penulisan

1)      Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hormon tiroid

2)      Untuk mengetahui mekanisme kerja dari hormon tiroid

3)      Untuk mengetahui jenis-jenis hormon tiroid

4)      Untuk mengetahui cara pemeriksaan hormon tiroid

5)      Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit tiroid

 

 


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1   Pengertian Tiroid

Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh. Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.

Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang- kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.

Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 Gambar  1.  Anatomi Kelenjar Tiroid

Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid.

Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.

Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif dari pada T4.

 

II.2   Fungsi

Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang kuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic, melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.

II.3   Sistem Hormon

Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.

II.3.1 Tiroksin (T4)

Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya. Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-binding globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Bentuk T4 yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L. Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, diantaranya:

1.      Globulin pengikat tiroksin (TBG)

2.      Prealbumin pengikat tiroksin (TBPA)

3.      Albumin pengikat tiroksin (TBA).

Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini di bandingkan dengan triiodotironin. Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 μg/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2ng/dL (Gambar 2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


II.3.2Triiodotironin (T3)

Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya. Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.

Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin lebih besar. T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit (Tabel 1).

 

 

 

 

 

 

 

 


II.4   Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian besar (±85%) hormon tiroid yang disekresikan dalam peredaran darah oleh kelenjar tiroid adalah T4, selebihnya (±15%) adalah T3. Di dalam hepar, ginjal dan otot skelet, T4 diubah oleh 5’-monodeiodinase menjadi T3. Selain T4 dan T3, baru-baru ini diidentifi kasi adanya derivat hormon tiroid yang disebut tironamin (TAM) yang juga mempunyai aktivitas fisiologis. TAM merupakan hormon tiroid hasil proses dekarboksilasi T4 yang berlangsung dalam sitoplasma.

II.5   Penyakit Hormon Tiroid

II.5.1 Hipotiroidisme

Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat pertambatan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis miksedema.

Gejala hipotiroidisme:

1.      Kelelahan

2.      Tidaktoleransi terhadap udara dingin

3.      Kulit serta rambut yang kering dan kasar

4.      Tingkat kolesterol meningkat

5.      Denyut jantung dan konsentrasi menurun

6.      Rasa sakit atau nyeri yang samar-samar

7.      Kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

8.      Sembelit

9.      Otot kram

10.  Sering mengalami keguguran

11.  Gangguan menstruasi seperti menjadi lebih sering

II.5.2Hipertiroidisme

Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh, Anda bisa mengalami kelenjar tiroid overaktif atau hipertiroidisme. Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.

Gejala:

1.      Memiliki keringat berlebih

2.      Mengalami penurunan berat badan meski nafsu makannya normal

3.      Gemetar

4.      Gelisah, mudah panik dan lekas marah

5.      Tidaktoleransi terhadap udara panas

6.      Mudah lelah

7.      Konsentrasi berkurang

8.      Mata melotot (seperti mau keluar)

9.      Menstruasi yang tidak teratur atau terlalu sedikit

10.  Detak jantung yang tidak beraturan atau lebih cepat

11.  Kelemahan otot yang terjadi di lengan atas dan paha

12.  Insomnia

II.5.3Hormon Tiroid dan Gagal Jantung

Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang paling sering ditemukan adalah penurunan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar 10-30% pasien gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang dikenal dengan low thyroid syndrome atau euthyroid sick syndrome. Turunnya kadar T3 serum berhubungan dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin rantai berat maupun gen SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan adalah penurunan kontraktilitas ventrikel kiri dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel kiri, yang menyebabkan perburukan fungsi sistolik dan diastolik jantung.

Penurunan kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin pada sarkomer, menyebabkan gangguan struktural dan susunan geometri kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas jantung. Selain hipertrofi fisiologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat memacu sinyal-sinyal intraseluler yang menyebabkan hipertrofi patologis. Hipertrofi patologis akibat T3 difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu transforming growth factor β-activated kinase 1 (TAK-1). Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme dalam jangka lama dapat menyebabkan gagal jantung. Hipotiroidisme menyebabkan gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit dan perubahan susunan protein kontraktil kardiomiosit. Efeknya adalah penurunan relaksasi kardiomiosit dan gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga, secara klinis, terjadi pengurangan kontraktilitas jantung dan curah jantung. Hipertiroidisme menyebabkan kenaikan massa ventrikel kiri yang dapat menimbulkan efek berupa gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri.

II.6   Diagnosis Penyakit Tiroid

Proses diagnosis penyakit ini membutuhkan beberapa langkah pemeriksaan yang mendetail. Jenis pemeriksaan tersebut meliputi tes darah, USG, pemindaian dengan isotop radioaktif, serta biopsi melalui aspirasi jarum halus. Tes darah yang dianjurkan adalah evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini berfungsi untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone) untuk menentukan kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang dialami pasien.

Melalui USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi ukuran serta jenis benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui aspirasi jarum halus akan memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan.

II.7   Pemeriksaan Hormon Tiroid

II.7.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium dikenal beberapa istilah diantaranya:

a.       PBI (Protein Bound Iodine) yaitu jumlah iodine yang terikat protein plasma darah dan kira-kira 70% daripadanya merupakan ikatan dengan T4

b.      BEI (Butanol Extractable Iodine), yaitu jumlah iodine yang berasal dari tiroksin yang terikat oleh protein plasma darah. Protein darah yang mengikat hormon tiroid adalah :

1.      Globulin alfa (85%) yang dikenal sebagai TBG (Thyroxine Binding Globulin)

2.      Pre-Albumin (sisanya), yang dikenal sebagai TBPA (Thyroxine Bindung Pre Albumin);

3.      Albumin (sedikit sekali)

Jadi hanya sebagian kecil saja hormon tiroksin yang bebas dalam darah, dan hanya hormon yang bebas inilah menetukan besarnya aktivitas biologis hormon tiroid, dengan kata lain menentukan status kelenjar tiroid seseorang, dan terdapat efek feedback antara TSH dengan hormon yang bebas ini.

II.7.2 Tes tiroid terdiri atas:  

a.       Tes untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari :

1.      Tiroksin serum (T4)

2.      Tri-iodotironin serum (T3)

3.      Kadar T4 bebas (FT4)

4.      Kadar T3 bebas (FT3)

5.      Indeks T4 bebas (FT4)

6.      Tes TSH

7.      Tes TRH.

Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid. Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. TSHs (Thyroid Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid dan dilanjutkan dengan tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs. Tes Thyroid Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur respons hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis akan memberikan respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme. Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau  tidak terdeteksi dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya  tidak diketahui .

b.      Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid :

Tes Antibodi antitiroid

1.      Antibodi Tiroglobulin (anti Tg)

2.      Antibodi tiroid peroksidase (anti TPO) /Antibodi mikrosomal

3.      Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb)

Antibodi Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama tiroid yang berperan dalam sintesis dan penyimpanan hormon tiroid.

Tujuan tes: terutama diperlukan sebagai petanda tumor dalam pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (well differentiated thyroid carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah tiroidektomi total, kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat kembali jika  terjadi metastasis setelah terapi. Pada penyakit Graves ditemukan antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH dari sel tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi hormon. Antibodi ini disebut thyroid growth immunoglobulins (TGI).

c.       Tes untuk monitoring terapi :

1.      Tiroksin serum (T4)

2.      Tri-iodotironin serum (T3)

3.      Tes FT4

4.      Tes FT3

5.      Tes TSH

Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 ,  FT4, FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes monitoring terapi untuk melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.

II.8   Nilai Rujukan dan Interprestasi

1)      TES T4        

a.       Nilai Rujukan :

Dewasa          :    50-113 ng/L (4,5mg/dl)

Wanita hamil :    pemberian kontrasepsi oral  meningkat diatas 16,5 mg/dl

Anak-anak     :    diatas 15,0 mg/dl

Usila              :    menurun sesuai penurunan kadar protein plasma

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik,  penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone, estrogen.

2.      Menurun: hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.

2)      TES T3

a.       Nilai Rujukan:

Dewasa  : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)

Wanita hamil pemberian kontrasepsi oral : meningkat

Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat: hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau lebih dan obat T4 300 mg/hr atau lebih,   dextrothyroxine, kontrasepsi oral

2.      Menurun:  hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida, phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium,   propanolol, reserpin, steroid.

3)      TES FT4 (FREE THYROXIN)

a.       Nilai Rujukan: 10 – 27 pmol/L

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T4.

2.      Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena  kelebihan produksi T3.

4)      TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)

a.       Nilai Rujukan  : 4,4 – 9,3 pmol/L

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T3.

2.      Menurun: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena  kelebihan produksi T3.

5)      Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE)

a.       Nilai rujukan : 0,4 – 5,5  mIU/l

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium.

2.      Menurun : hipertiroidisme  primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin.

6)      TES TSHs (TSH 3rd Generation)

a.       Nilai rujukan : 0,4 – 5,5  mIU/l

Batas pengukuran : 0,002 – 20 mIU/L

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium.

2.      Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme  primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin.

7)      Antibodi Tiroglobulin

a.       Nilai rujukan : 3-42 ng/ml

b.      Interpretasi :

1.      Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang tidak diterapi, penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.

2.      Menurun : hipotiroidisme neonatal.

8)      Antibodi Mikrosomal

a.       Nilai rujukan : hasil tes negatif

b.      Interpretasi  :

Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga  dapat ditemukan pada kanker tiroid.  Pada penderita dengan pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi tiroid.

9)      TS Ab

a.       Nilai rujukan: hasil tes negatif

b.      Interpretasi :

TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak mendapat pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada penderita Graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid.

II.9   Pengobatan Penyakit Tiroid

Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan menganjurkan langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan langkah ini tergantung pada jenis penyakit tiroid yang Anda derita, usia, serta kondisi kesehatan Anda. Terdapat dua cara yang biasanya diberikan untuk menangani penyakit tiroid. Langkah ini meliputi pemberian obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.

Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan terapi tersebut umumnya meliputi:

1.      Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh

2.      Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh

3.      Menghancurkan sel-sel tiroid.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

III.1  Kesimpulan

1.      Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme.

2.      Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Hipotalamus menghentikan pembentukan hormon pelepas tiroid.

3.      Adapun jenis-jenis penyakit tiroid diantaranya hipotiroidisme dan hipertiroidisme.

4.      Cara pemeriksaan hormon tiroid melalui laboratorium yakni tes fungsi tiroid, tes gangguan fungsi tiroid dan tes monitoring terapi.

4.      Pengobatan penyakit tiroid dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.

III.2  Saran

Pemeriksaan penyakit tiroid sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan lebih mendalam untuk menghindari penyakit yang disebabkan akibat kekurangan atau kelebihan hormon tiroid karena bila dibiarkan akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Biondi B, Cooper DS. 2008. The Clinical Signifi Cance of Subclinical Thyroid Dysfunction Endocrin

 

Brix K, Fuhre D, Biebermann H. 2011. Molecules Important for Thyroid Hormone Synthesis and Action - Known facts and future perspectives. Thyroid Research

 

Dahl P, Danzi S, Klein I. 2008. Thyrotoxic Cardiac Disease. Curr Heart Fail

 

Galli E, Pingitore A, Iervasi G. 2010. The Role of Thyroid Hormone in the Pathophysiology of Heart Failure

 

Hardjasasmita P, 2006. Biokimia Dasar B. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

 

Kahaly GJ, Dillmann WH. 2006. Thyroid Hormone Action in the Heart Endocrin

 

Klein I, Danzi,S. 2007. Thyroid Disease and the Heart Circulation

 

Ojama K. 2010. Signaling Mechanisms in Thyroid Hormone-Induced Cardiac Hypertrophy

 

Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. 2010. Thyroid Hormones and Cardiac Arrhythmias

 

Wang Y.Y, dkk. 2010. Up-regulation of Type 2 Iodothyronine Deiodinase in Dilated Cardiomyopathy Cardiovasc

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

jadwal-sholat